All Chapters of Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku): Chapter 41 - Chapter 50
153 Chapters
Bab 41. Talak
“Enggak ada lagi yang harus Mas Arga jelaskan. Sudah cukup! Sampai kapan Mas Arga akan menyakitiku seperti ini? Tak cukupkah selama ini telah kuberikan kesempatan kedua kali? Aku sudah menerima kesalahan Mas Arga dan memaafkannya. Tapi, untuk sekarang tidak sama sekali. Jadi, kumohon lepaskan aku, Mas.”Aku menggeleng tak setuju. “Jangan bicara seperti itu, Sayang. Mas enggak mau kita pisah. Kumohon maafkan Mas sekali lagi.”“Cintamu palsu, Mas! Aku takbisa lagi bertahan kali ini. Kumohon dengan sangat, Mas Arga untuk menceraikanku.” Berulang kali kulihat Arum mengusap air matanya yang terus saja mengalir tanpa henti.Aku bersimpuh di hadapannya, memohon maaf yang mungkin saja akan sulit kudapat kali ini.“Mas mohon jangan minta pisah, Sayang ....” Aku mendongak memandang wajahnya. Sesegera mungkin dia memalingkan wajahnya ke arah lain. “Jika, Mas Arga tidak menalakku sekarang, biarkan aku pergi dari sini detik ini juga,” desisnya memberikan ancaman.“Jangan! Mau pergi ke mana kamu
Read more
Bab 42. Murka
Dengan gemuruh di dalam dada segera kuambil kunci mobil di kamar, pergi dari rumah dengan melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Aku ingin segera sampai dan memarahi Erika yang telah dengan lancang berbuat seenaknya.Sekarang hidupku hancur. Gara-gara Erika aku terpaksa mengikuti rencana konyolnya, dan kini Arum pergi pasti ulah dari istri mudaku itu. Aku memang sengaja menyewa rumah untuknya tak jauh dari rumahku bersama Arum, membuatku tak membutuhkan waktu lama agar bisa sampai.Kuparkirkan mobil di pinggir jalan depan rumah yang ditempati Erika. Saat turun dan membuka gerbang dahiku mengernyit kala sebuah motor terparkir di teras rumah. Apa ada seseorang yang bertamu? Siapa yang datang malam-malam begini?Namun, yang membuatku heran sepertinya ini bukan milik wanita. Bahkan, helmnya pun khusus untuk laki-laki. Dengan langkah tergesa, aku segera masuk ke dalam rumah yang ternyata tidak terkunci. Kucari istri mudaku itu, tetapi tak ada siapa pun di ruang tamu atau dapur. Lalu,
Read more
Bab 43. Kenyataan Pahit
“Mas, cukup!” Erika mencegahku saat aku kembali akan menghampiri pria itu.“Kenapa? Masih ingin membelanya?” Aku menoleh kepada pria tersebut sambil menatap nyalang. “Dan kamu! Pergi dari sini atau kupanggilkan satpam. Kalau perlu akan kulaporkan kau ke polisi.” Pria itu tidak berkutik saat kuberikan ancaman. Dengan tergesa dia memakai pakaiannya dan pergi dengan wajah ketakutan. Kulihat Erika memandang pria itu dengan wajah penyesalan.“Sejak kapan kalian berselingkuh?” tanyaku mencoba meredam emosi. Aku masih waras untuk melakukan sesuatu yang tak diinginkan kepada istri keduaku ini.“Mas, aku minta maaf. Aku khilaf, Mas,” mohon Erika. Namun, aku tidak bergeming.Ucapan Erika membuatku tertawa. Khilaf? Setelah berbulan-bulan berselingkuh di belakangku dia bilang khilaf? Bahkan, mungkin uang yang kuberikan setiap minggunya dipakai untuk menyenangkan selingkuhannya ini. Selain mendapatkan kehangatan di ranjang pula.Inikah yang dirasakan Arum saat tahu aku membohongi dan berseling
Read more
Bab 44. Ternyata Pria yang Kukenal
POV ArumSebuah mobil berhenti tepat di hadapanku, hingga membuatku mengernyit heran. Apalagi, ketika seseorang turun dan menghampiri. Aku tertegun ketika mengenali pria tersebut. Kenapa dia bisa di sini?“Lho, sedang apa kamu di sini, Rum? Ke mana suami kamu? Kenapa di pasar sendirian. Apalagi dalam keadaan hamil besar seperti ini,” tanya pria itu penasaran.“Dari pasar, Bang,” jawabku.Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin kukatakan kalau sudah bercerai dengan Mas Arga, dan statusku ini seorang janda.“Ya sudah. Biar aku antar kamu pulang!” ajaknya membuatku bingung antara menerima atau tidak. Pria itu membuka pintu depan mobilnya, mempersilahkanku masuk.“Kenapa masih bengong? Ayo naik! Cuacanya panas terik begini. Nanti kamu kelelahan dan dehidrasi. Kasihan dedek bayi di perutmu.” Kembali lelaki itu menyuruhku untuk masuk ke dalam mobil. Dengan terpaksa aku pun menerima ajakannya.Setelah masuk, dapat kulihat dia menutup pintu dan berputa
Read more
Bab 45. Dermawan
“Tahu, lah, Kak. Bang Satria kan suka sering ke sini bawa makanan dan baju baru buat kami. Juga mainan yang keren-keren.” Ucapan anak yang lain membuatku menoleh memandang Bang Satria. Tidak menyangka meski sudah lama tak bertemu. Dia tetap selalu datang ke sini dan masih ingat dengan adik-adik angkatku di sini.“Jangan memandangku begitu, Rum. Nanti aku baper, kamu harus tanggung jawab,” candanya menggodaku. Aku terkikik geli mendengar guyonannya, pun secara tak sadar langsung memukul lengannya. Seketika itu pula dia ikut tertawa sepertiku.Bu Rina datang dan menyambut Bang Satria. Mengajaknya mengobrol, sedangkan aku ke belakang terlebih dahulu untuk menyimpan belanjaan yang tadi kubeli di pasar. Tak lama, aku menyusul ke ruang tamu sambil menyajikan teh hangat dan camilan untuk Bang Satria. Bagaimanapun dia tamu di sini.Kusajikan teh itu di atas meja tamu. Bang Satria pun menoleh memandangku.“Lho, jangan repot-repot, Rum. Kayak ke siapa aja,” ujarnya saat melihatku menyiapkan hal
Read more
Bab 46. Teledor Kembali
Aku terkejut melihat Arum terjatuh dengan posisi duduk. Dia meringis menahan sakit di perutnya.“Rum, kamu tidak apa-apa, ‘kan?” tanyaku panik. Dia menepis tanganku yang akan membantunya berdiri. Aku begitu kecewa atas penolakannya tersebut. Namun, diriku bisa apa? Semua ini terjadi karena keteledoranku juga.“Kamu tidak apa-apa, kan, Rum?” tanya pria yang baru saja kupukuli tadi. Aku mendelik memandangnya tak suka. Akan tetapi, orang itu seolah tidak peduli, tetap saja dia menempel kepada Arum.“Tidak apa-apa, Bang. Hanya sakit sedikit,” jawabnya, sontak aku mengepalkan tangan, hawa panas menjalar di seluruh tubuh. Rasa cemburu ini bergelayut dalam hati bagai racun yang mematikan, aku tidak suka ada laki-laki lain yang perhatian kepada Arum.Semua orang yang ada di sana datang tergopoh-gopoh menghampiri kami, termasuk Bu Rina pengurus yayasan. “Arum, kenapa kamu sampai jatuh begini, sih? Kamu enggak apa-apa, kan?” tanya Bu Rina sambil membantu Arum berdiri, lalu memapahnya duduk di
Read more
Bab 47. Kantor Polisi?
Aku mengangguk tanda mengerti. Mungkin benar apa yang dikatakan Bu Rina. Arum saat ini butuh ketenangan. Namun, sampai kapan aku harus menunggu maaf darinya. Jujur, setelah perpisahan kami, hatiku begitu tak tenang. Setiap malam diri ini selalu mengingat dia dan putra kami.Apalagi, kerinduan ini semakin mengusik ketenanganku. Aku rindu sikap hangat Arum, belaian dan dekapannya serta mengelus bayi kami yang masih di dalam perut. Kegiatan yang setiap malam tak pernah absen kulakukan. Namun, tak bisa lagi kulakukan setelah aku dan dia berpisah.Tak lama setelah berbincang-bincang, aku pamit pulang karena ada panggilan dari pihak rumah sakit tempatku bekerja. Sebenarnya ada apa mereka? Apa ini ada hubungannya denganku yang selalu absen untuk bekerja tanpa izin dari atasan?**Bahuku terkulai lemas saat mengetahui pihak Rumah Sakit memberikan surat peringatan padaku karena terlalu sering cuti tanpa kabar. Kali ini, karirku terancam. Menghadapi masalah ini, mau tidak mau aku harus mempe
Read more
Bab 48. Bentrok
POV ArumSetelah kejadian sore itu, Mas Arga tidak pernah datang ke sini lagi. Hanya kebutuhan ibu hamil yang tak absen dikirimnya. Entah apa yang membuat dia berubah pikiran. Meski kami telah berpisah, mantan suamiku itu tetap melakukan hal seperti ini. Mungkin ingin memastikan kesehatan kandunganku. Bagaimanapun dia tetaplah ayah dari bayi yang ada di perutku..Proses perceraian telah bergulir di pengadilan. Atas persetujuan Mas Arga pula, segala prosesnya dipermudah. Kehamilanku kini sudah memasuki usia delapan bulan.Entah mengapa, setelah Bang Satria tahu aku telah berpisah dengan Mas Arga dia selalu sering datang mengunjungiku di panti dengan alasan ingin bertemu anak-anak. Siang ini Bang Satria datang kembali membawa berbagai makanan yang banyak sekali.“Terima kasih, Kak,” ucap salah satu anak panti di sini yang berusia enam tahun. Diikuti anggukan yang lainnya. Terlihat sekali, mereka sangat lahap ketika memakan apa yang dibawa Bang Satria. Terdapat binar bahagia di setiap wa
Read more
Bab 49. Di Mall
“Tapi ....” Aku tidak sempat mengatakan apa pun saat Mas Arga berlalu tanpa menunggu penjelasan dariku.“Bu, aku akan ikut bersama Bang Satria. Aku belum siap untuk satu mobil dengan Mas Arga lagi” jelasku dengan wajah sendu. Bu Rina mengusap lenganku lalu mengangguk tanda mengerti. Dia memberitahu mantan suamiku kalau sudah ada yang mengantar kami. Entah apa yang dikatakan Bu Rina sampai membuat Mas Arga menurut.Tidak lama Bu Rina datang menghampiri.”Nak Arga akan tetap mengantar kita. Dia menyusul dari belakang, Maafkan ibu tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.” Aku menghela napas. Mas Arga memang susah kalau sudah keras kepala seperti ini. Biarlah dia mengikuti kami. Aku lelah kalau harus berdebat gara-gara masalah seperti ini. Tidak lama mobil Bang Satria berhenti di depanku. Bu Rina masuk terlebih dahulu di kursi belakang. Saat akan masuk, dapat kulihat dari kaca spion Mas Arga kalau dia memandangku dengan tatapan yang ... entahlah. Aku mencoba tak menghiraukannya. Toh
Read more
Bab 50. Tak Tahu Malu
Aku memutar bola mata malas melihat pemandangan di depanku. Kini Erika dengan tak tahu malu bergelayut manja di lengan kekasihnya. Harga diriku sebagai seorang pria seakan terkoyak. Kurang aj*r memang mereka. Kukira dengan menceraikan wanita itu, dia akan sadar akan kesalahannya. Namun, apa yang kulihat? Menjijikkan. Sungguh tidak tahu adab.Setelah kemarin bapaknya memintaku untuk membantunya membebaskan Erika dari kantor polisi karena tuduhan asusila. Sekarang apa yang kulihat? Mereka tidak kapok sesudah istri pacarnya menggerebek dan melaporkan mereka ke pihak kepolisian. “Maaf, ya, Mas. Aku hanya meminta hakku. Mas Arga kan sudah janji mau memberikan kompensasi kalau sudah menceraikanku. Uangnya akan kami pakai untuk menikah lagi,” ujar Erika dengan tidak tahu malu.Apa katanya? Dia meminta dariku uang perpisahan dan akan dia pakai untuk menikah lagi dengan pacarnya? Apalagi belum habis masa iddah setelah perceraian kami. Inikah wajah asli Erika? Hanya wanita murahan yang tidak t
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status