All Chapters of Naik Ranjang CEO : Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Pelaku Utama
Setelah mendapat panggilan dari sang ibu, akhirnya Anya menyimpan ponsel. Meski Mira mengatakan baik-bak saja dan puterinya tak perlu khawatir, sisi manusiawinya menolak. Cemas dan takut berlebihan. Satu-satunya keluarga yang dimiliki tengah terancam nyawa sekarang."Ada apa sebenarnya? Semoga biang kerok dari semua masalah ini cepat tertangkap!" ucapnya dengan nada kesal."Tunggu!" Arga meminta Anya tak menyimpan ponsel."Hem?" Anya keheranan. Namun, ia pasrah kala tangan Arga mengambil ponselnya.Dengan serius, pria berwajah oriental tersebut menggeser layar. Anya tahu, pasti ada sesuatu yang sedang Arga upayakan sekarang, tapi ia tak tahu apa?"Apa terjadi sesuatu?" Anya bertanya ragu dan pelan."Em." Sementara sibuk dengan ponselnya, tak menjawab pertanyaan Anya. Begitu mendapatkan sesuatu yang dicari, Arga beralih mengambil ponselnya sendiri. Lalu memindah angka-angka dari satu ponsel ke ponsel yang lain."Hallo!" Arga menghubungi seseorang. "Periksa lokasinya. Nomornya sudah ku
Read more
Jejak Kematian
"Ehm. Bau anyir Tuan!" Max menyeru sambil memegangi hidung. Sementara satu dari dua anak buahnya cekatan mengambil sample di lantai."Tolong sembunyikan ini dari polisi." Arga mengucap pada semua orang di sana.Lelaki dengan manik mata kelam itu merasa semua ini adalah ulah sang papa. Karenanya ia tak boleh gegabah. Selain mengancam kedudukan perusahaan, juga ia masih setengah hati menyerahkan sang papa ke pengadilan. Namun, meski begitu dalam hati Arga berjanji, jika telah jelas semua dengan bukti-bukti, dia akan menyerahkan sang papa nanti.Max dan anak buahnya lalu bergerak kembali, mencari lubang galian di belakang bangunan. Barangkali mayatnya dikubur di sana. Atau ke bagian bangunan yang renovasi, takut jika mayat Mira dicor di dalamnya."Sepertinya, mayat itu tak dikubur di sini Tuan." Max meniup berat. Disusul Arga yang mendesah panjang."Kita kembali saja. Cek di lab apa darah itu benar milik Mira. Jika perlu bayar detektif swasta untuk menyeledikinya," titah Arga pada semua
Read more
Penculikan
Sementara Anya masih berkutat dengan pekerjaannya, Arga berpikir agak lama. "Ehm. Yah. Pergilah ...." Arga menenggelamkan kembali tubuh dengan malas ke ranjang king size miliknya. "Hati-hati!" sambungnya lagi."Yah. Tentu saja." Anya tersenyum, lalu meninggalkan pekerjaan, mendekat pada Arga untuk mengucap terimakasih. Ia duduk di sisi ranjang, mengusap pipi Arga yang kembali memejamkan mata. Seketika mata pria itu terbuka karena merasakan hangat ada sentuhan.Anya tersenyum. "Makasih," ucapnya dengan sedikit membungkuk sebagai penegasan.Arga membalas senyum. "Hem, nakal, ya!" Suaranya tertahan. Direngkuh tubuh Anya ke ranjang, sejajar dengannya."Om, ih. Sudah mau subuh ini!" seru wanita yang masih mengenakan setelan lingerie di pelukan Arga."Biarin sekalian mandinya!" paksa Arga yang membuat wanita dalam pelukannya terkikik. Masa yang mereka lalui memang sulit, tapi tak menghalangi untuk tetap bahagia. Yah, cinta yang mengikat sepasang kekasih menjadi obat mujarab untuk setiap m
Read more
Islam yang Menyelamatkan Hatinya
"Dasar gubl*k!" Sebuah tendangan mendarat ke kaki kering seorang pria yang terikat dari beberapa pria lain.Pria itu mengaduh sakit, tapi masih enggan bicara siapa yang mengirimnya. Meski mulut dan beberapa bagian tubuh lain sudah berdarah."Katakan!" teriak Max kesal. "Bunuh saja kami!" Pria lain berseru sombong dengan pelipis dan bibir penuh semburat kemerahan. Sudah persis seseorang yang baru saja makan saos memenuhi setiap sudut mulutnya.Max mendekati pria yang berbicara dengan angkuh."Hemh. Sudah terdesak saja masih sombong!" Ditampar pipi kanan salah satu kawanan yang tak bisa melawan karena kalah jumlah itu."Joe!" Max kini memanggil salah satu anak buahnya."Ya, Bos!" Pria dengan tubuh gempal datang. Berdiri mensejajari Max."Gimana? Kita kubur di gunung atau lempar ke kandang buaya saja buat menghilangkan jejak mereka?" Max melirik sinis pada para penculik istri bosnya, dengan senyum jahat di wajahnya."Kandang buaya, ide terbaik Bos!" Joe berseru mantap."Kasian sekali is
Read more
Cinta yang Baru
"Boikot semuanya!" seru Admaja dari ujung telepon."Maaf, Tuan. Tak semudah itu. Psycho Man memiliki banyak sekali fans."Apa susahnya? Kamu tinggal Minta Lukman si pejabat gila uang itu untuk membuat undang-undang!" sentak Admaja. "Em, prosesnya akan memakan waktu sangat lama. Em, kenapa tak gunakan cara lain? Kita sewa saja buzer sebanyak-banyaknya.""Yah, terserahlah. Tapi aku mau Arya tidak dilepaskan hingga proyekku berhasil." Admaja mengucap tenang."Eum, soal itu ada yang mengajukan banding atas tanah proyek itu Tuan." Anak buahnya bicara dengan ragu. Sejak kasus Psycho Man mencuat, banyak tokoh sekitar akhirnya buka mata dan ikut memperjuangkan hak warga."Oh, shit!"Gigi Adamaja bergemerutuk. Menahan emosi. Sia-sia banyaknya uang dan waktu yang dikerahkan untuk proyek. Tapi justru begini akhirnya. Ia tak menyangka jika akan salah langkah."Jadi?" Pria di ujunga telepon menunggu jawaban. Tak ada jawaban dari Admaja. Kepalanya sudah buntu. Belum lagi bis bebas dari tuduhan ya
Read more
Kekuatan Opini
Suasana dalam sekejap terasa berbeda. Yahya berhasil mengejutkan semua orang dengan pernyataannya. "Saya akan melamar Ibu Mira." Tatapan Yahya beralih sebentar pada Mira, lalu pada anak dan menantunya, Anya dan Arga. Seolah meminta persetujuan mereka.Arga yang sempat tak berkedip menatap Yahya dengan keputusan tak terduganya, akhirnya mengulum senyum. Lalu menatap pada Anya. Menggerakkan kepala, agar istrinya itu merespon. Namun, wanita yang hatinya senang karena baru bertemu sang ibu itu menggedikkan bahu. Tak mengerti harus bicara apa."Em, soal itu saya ...." Ucapan Mira menggantung. Sementara semua orang kini menatap ke arahnya. Penasaran. Termasuk Amora dan neneknya. Gadis kecil bernama Amora itu bahkan tak berkedip sedikit pun. Hatinya berdebar. Sejak bertermu dan kemudian dekat, ia menginginkan Mira menjadi sosok ibu yang terus ada di sisinya."Apa Bapak melamar saya karena kasihan?" tanya Mira menyembunyikan pipinya yang memerah. Sambil memegangi perut buncitnya.Kali ini
Read more
Melebur Ego
"Pasal apa yang Anda sebutkan?" Pengacara Arya mengangkat kertas yang dipegangnya. "Klien kami tidak pernah menyebut nama person." Diangkat pula benda di tangan satunya. Barang bukti yang disiapkan untuk membela Arya."Bagaimana dia disebut mencemarkan nama baik? Sejauh ini narasi yang ditulisnya berdasarkan fakta, dan sebagai koreksi sosial. Bagaimana kebijakan yang telah dibuat hanya berpihak pada pengusaha. Lihat tulisan ini ....." Pengacara tersebut menyodorkan barang bukti pada hakim untuk diperiksa, bahwa yang dikatakannya adalah benar. Psycho Man, tak pernah menuliskan sesuatu atau menamabah-nambah informasi yang berbeda dengan di lapangan.Hakim manggut-manggut. Namun, dengan cepat jaksa kembali memberatkan. Mereka bilang, "Membuat gaduh dan menggoyang stabilitas keamanan dan politik juga bagian dari tindakan kriminal."Diserahkan tumpukan kertas yang berisi track record Psycho Man pada hakim."Apa?" gumamnya nyaris tak terdengar. Arya melebarkan mata. Jadi dia sudah diseret-s
Read more
Pria Asing dan Tampan
"Eum, ayolah. Jangan dilepas," protes Arga yang dagunya menempel di pundak Anya.Arga memeluk erat tubuh seorang wanita yang berada di depan cermin, kala mengeringkan rambutnya yang masih basah. Anya hanya tersenyum melihat suaminya berkelakuan gak sangat manja. Padahal mereka sudah melalui malam panas, ia bahkan mampu membuat Arga tumbang dalam puncak kesenangan berkali-kali."Masih kurang juga." Anya menahan tawanya. Ia pasrah dan tak mengadakan perlawanan ketika tubuh kekar ayah dari anaknya itu mendekap."Habisnya ... gak terus bisa gini. Apalagi kalau Rania bangun." Arga menenggelamkan kepala di leher Anya yang sebagian tertutup rambut panjang."Hem ... ya, tapi ... tadi malam 'kan ...." Ucapan wanita yang masih mengenakan handuk itu terpotong. Tatapan Anya mengarah pada cermin yang memantulkan bayangan sepasang kekasih dengan tubuh saling merapat.Cinta kadang sekonyol itu. Mereka yang dulu saling membenci dengan kebencian teramat, kini bisa saling dekat. Sangat dekat malah. Sa
Read more
Pembunuh Dara
"Aku tutup ya, Om." Anya tersenyum sambil mengangkat tangan akan memencet icon merah di video callnya. "Ish, gak boleh gitu lah ... durhaka sama suami namanya." Arga mendecih. Entah, kenapa rasa rindunya makin sulit dikendalikan belakangan. "Hem. Senjata ya. Durhaka sama suami." Anya kembali menggosok rambutnya yang basah. Karena riweh dengan bayinya, ia menunda mandi hingga matahari mulai meninggi. Padahal subuh sudah mandi, tapi suaminya yang 'nakal' membuatnya terpaksa mandi lagi. "Eh, Sayang. Ada yang datang. Nanti lagi, ya.""Bukan cewek, kan. Kenapa dimatiin?" Mata Anya menyipit. Mendekat ke layar ponsel yang di letakkan di samping cermin. "Iya, sudah kupecat manajer dan sekretaris ceweknya ganti cowok semua. Ini klien pun aku pilih laki lho.""Duh, sadis.""Hem. Demi kamu. Itu pun masih dicemburui. Ya udah aku matiin.""Hem. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Arga mematikan ponselnya. Lalu merapikan pakaiannya agar tampak berwibawa di depan Mister Denward yang sudah
Read more
Semua karena Dara
"Apa Mas Arya sakit?" Yahya bingung melihat lelaki bersamanya tampak syok. Lelaki yang telah menjadi ayah tiri bagi Anya dengan menikahi Mira tersebut terlanjur percaya pada Arya. Pasti yang ditangkap dari ucapan Arya tak seperti dalam pikirannya. Mana mungkin Dara, gadis yang dulu selama bertahun-tahun dijaga pria tampan itu mati di tangannya. Tak mungkin.Lagi pula selama lebih sepuluh tahun, Yahya tak mendapati hal mencurigakan dari Arya. Semua prasangka buruk sudah terpatahkan sejak kali pertama Yahya mendapati kebaikan anak majikannya itu. Hal mustahil pula, jika ia pembunuhnya akan mengidap trauma karena kehilangan, yang menyiksa seluruh sisa hidupnya.Kakak Arga tersebut tersenyum samar mendengar pertanyaan yang Yahya lontarkan. Sebagai lelaki sakit itu aib baginya, apalagi sakitnya seperti seorang pengecut. Ia tak bisa menguasai diri kala trauma datang."Maaf, sebelumnya Mas. Jika saya lancang. Dulu tanpa sengaja saat keluar dari ruang kerja Tuan Admaja, saya mendengar perbin
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status