Semua Bab Kubalas Hinaanmu, Mas!: Bab 41 - Bab 50
195 Bab
BAB 41 PUKULAN TELAK UNTUK DIANDRA
PUKULAN TELAK UNTUK DIANDRA “Dia meninggalkan aku dan kedua anakku karena tidak sanggup hidup menderita. Dia menelantarkan kami demi bisa menikmati hidup dengan nyaman di bawah ketiak ibunya. Dua tahun aku menganggap dia sudah mati karena tak ada kabar sedikitpun sampai hari kita bertemu kembali waktu itu.”Yuda memejamkan mata. Ketenangan suara Arini menggores dadanya. Perih. Hatinya terasa nyeri saat mendengar setiap kata yang keluar dari mulut mantan istrinya.“Selama dua tahun dia tidak menafkahi kedua anaknya serupiahpun, Diandra. Jangankan nafkah, bertanya kabar pun tidak padahal nomor ponselku tidak pernah aku ganti.” Arini menghapus air mata yang membasahi wajahnya.“Beberapa waktu yang lalu dia mendatangi aku dan kedua anakku. Calon suamimu ini menjanjikan akan memberi kami tempat tinggal yang layak. Dia juga mengatakan akan memberi nafkah bulanan pada Rafa dan Naya. setelah malam itu, dia menghilang bak ditelan bumi padahal dia berjanji di depan kedua anak kami!” Napas Arini
Baca selengkapnya
BAB 42 ANCAMAN YUDA
ANCAMAN YUDA "Mas!" Diandra berteriak sambil memukul lengan calon suaminya. Yuda menyentak napasnya kasar, tak menyangka bahwa Diandra akan bertingkah seminus ini. Kekesalan laki-laki itu sudah berada pada puncaknya. "Kau keterlaluan, Mas! Tak seharusnya kau mengancamku seperti itu!" Tak ada tanggapan apapun dari Yuda selain tarikan napas berkali-kali yang menunjukkan betapa tertekannya laki-laki itu saat ini. Dia menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. Tak disangka agendanya hari ini membawanya bertemu dengan mantan istrinya kembali. "Mas!" "Diandra!" Yuda tak bisa lagi bersabar menghadapi wanita yang mendapat tempat khusus di hati ibunya. Entah pesona apa yang dimiliki oleh Di hingga mampu membuat ibunya seolah menutup mata terhadap sikap buruk yang seringkali ditampilkan oleh wanita itu. "Berhenti membuatku tertekan. Aku tak main-main dengan ancamanku. Aku benar-benar akan melakukan hal tersebut jika kau tak mengindahkan peringatan dariku." Diandra menyentakkan punggungnya
Baca selengkapnya
BAB 43 KERAS KEPALA DIANDRA
KERAS KEPALA DIANDRA "Mas!" "Berhenti meneriakiku seolah telingaku tuli! Aku tak main-main, Diandra!" "Mas. Aku tak akan seperti ini kalau kau mengabaikan keberadaan Arini dan anak-anak! Mulailah hidup baru denganku, Mas! Kau akan mendapatkan apa yang tidak kau dapatkan bersama Arini. Dan lagi, orangtuamu tidak perlu malu memperkenalkan menantunya pada semua orang. Tidak seperti saat menantunya seorang wanita udik yang bermimpi jadi Cinderella seperti Arini!" Yuda menahan gemeletuk giginya yang beradu kuat karena menahan geram. Pembahasan Diandra sudah melebar kemana-mana. Dia yang selalu menyalahkan Arini membuat Yuda mulai ragu dengan rencananya menikahi wanita ini. "Di, ayolah. Posisikan dirimu sebagai seorang wanita. Bayangkan jika apa yang menimpa Arini juga menimpamu, Di.”Perkataan Yuda membuat Diandra tertawa penuh ejek. Wajahnya yang putih bak porselen itu amat berbanding terbalik dengan hatinya yang penuh bercak noda. Dia menertawakan kalimat yang dikatakan oleh cal
Baca selengkapnya
BAB 44 ADUAN DIANDRA
ADUAN DIANDRAHampir sejam lebih mobil yang mereka kendarai akhirnya sampai di rumah orangtua Yuda. Rumah dua lantai dengan pagar tinggi menjulang itu terlihat megah. Warna putih mendominasi sebagian cat rumah.Diandra membanting pintu mobil dengan kencang saat menutupnya. Yuda mengembuskan napas kasar. Sorot matanya tajam menatap Diandra yang berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah.“Kenapa, Nak?”Yuda memijat keningnya saat mendengar suara tangisan Diandra. Dia melemparkan sepatu yang baru saja dilepas ke sembarang arah. Emosinya sedang tinggi. Sejak tadi dia berusaha menenangkan diri. Namun, mendengar tangisan Diandra di dalam sana membuat amarahnya kembali membuncah.“Kami bertemu Arini saat di toko kue tadi. Biasa, wanita itu mencari perhatian. Sampai-sampai Mas Yuda memberi dia uang dan menyalahkan aku.”“Benar itu, Yud?” Ratna langsung bertanya pada anaknya yang baru saja duduk di sofa. Wanita setengah baya itu dapat melihat gurat kelelahan sekaligus gusar di wajah anakny
Baca selengkapnya
BAB 45 KEBENCIAN MANTAN MERTUA ARINI
KEBENCIAN MANTAN MERTUA ARINI Kebencian itu semakin bertambah besar saat Yuda memutuskan pergi dari rumah saat mengetahui perlakuannya pada Arini. Segala cara Ratna lakukan agar Yuda kembali. Namun, anaknya bergeming. Dia mengalah, berjanji akan memperbaiki sikap asal Yuda kembali ke rumah.Dia membenci Arini yang telah menghasut anaknya agar berani membangkang. Segala cara Ratna lakukan agar Arini menyerah menjadi menantunya. Namun, semua usahanya sia-sia. Arini seperti batu yang tidak memiliki perasaan. Wanita itu tetap tegar walau dari mulutnya sering keluar kalimat-kalimat menyakitkan.“Aduh!”Ratna yang sedang sibuk dengan ponsel langsung berlari ke depan saat mendengar teriakan Arini. Matanya membelalak lebar saat melihat bagian bawah gamis yang Arini kenakan basah dan dipenuhi darah. Ratna memilih mengamati. Dia sengaja berlama-lama mengabaikan Arini. Membiarkan wanita itu meringkuk sambil memegang perutnya di halaman sana. Ratna berharap janin yang Arini kandung tidak bisa d
Baca selengkapnya
BAB 46 PERAYAAN SEDERHANA
“Selamat ulang tahun, Sayang. Semoga Naya menjadi anak yang menjalani hidup dengan bahagia, diberikan kesehatan dan dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi Naya. Aamiin.” Arini mencium pipi Naya.“Selamat ulang tahun, Adik.” Rafa memeluk Naya dan mengelus kepala adiknya. Dia memberikan oil pastels yang sudah dibungkus kertas kado bergambar kuda poni. Persis seperti kue yang ada di depan Naya.“Assalamualaikum, Nayaaa, selamat ulang tahun.” Widya masuk dan langsung memberikan boneka kuda poni berukuran besar yang dibungkus menggunakan plastik bening dengan pita merah muda sebagai pengikatnya. Wanita yang masih mengenakan seragam kerja itu mencubit pelan pipi Naya saat anak itu mencium tangannya.“Maaf ya, Mbak, tadi ada masalah di tempat kerja jadi aku pulangnya terlambat.” Widya duduk di samping Rafa. Dia tersenyum menatap wajah Naya yang berbinar. Pikirannya menerawang. Wanita itu melangitkan doa agar segera diberikan keturunan.Memasuki usia pernikahan yang ketiga, Widya dan su
Baca selengkapnya
BAB 47 PETAKA
“Ayo, Sayang, potong kuenya dulu biar Bunda Widya ikut mencicipi.” Arini membantu Naya memotong kue. Sepotong diberikan pada Rafa dan sepotong lagi untuk Widya. Setelahnya, Naya langsung duduk dan menikmati potongan kue miliknya.“Mas Yuda jadi mencarikan rumah, Mbak?” Widya berbisik pelan sambil menikmati kue. Arini akhirnya menceritakan semua setelah kedatangan Diandra waktu itu.Arini menggeleng cepat. “Aku tidak habis pikir dengan Mas Yuda, apa maksudnya datang dan pergi sesuka hati. Kalau denganku, aku sudah biasa saja. Tapi ‘kan kasihan Rafa, dia mulai mengerti dengan ayahnya.”“Mungkin pengaruh dari ibu dan tunangannya waktu itu, Mbak?”“Entahlah, Wid. Aku lelah dengan mereka. Aku sempat berharap perkataan Mas Yuda waktu itu benar-benar ditepati. Setidaknya, Rafa dan Naya bisa hidup berkecukupan. Tapi, ya begini. Dia datang dan pergi sesuka hati.”“Mbak kenal dengan wanita yang kesini waktu itu?”“Kenal.” Arini mengangguk. “Dia teman dekatku saat masih kuliah. Sebenarnya Diand
Baca selengkapnya
BAB 48 KONDISI NAYA
KONDISI NAYA "Bawa ke rumah sakit. Saya hanya bisa memberi obat untuk sementara waktu. Jangan ditunda. Saya rasa ini bukan alergi seperti kebanyakan," ucap Pak Mantri Qodir, laki-laki berprofesi sebagai perawat di salah rumah sakit milik pemerintah setempat. Laki-laki itu menurunkan kacamatanya, memandang secara langsung wajah mungil Naya sambil menggeleng perlahan. Gerakannya itu membuat Arini dan Widya yang bersisian makin panik. Bibir Naya semakin pucat, begitu pun tubuhnya yang makin melemah. Hanya erangan kecil yang hampir tak terdengar sebagai tanda anak itu benar-benar tak bertenaga. "Mbak. Aku ke depan buat nyetop angkot. Mudah-mudahan ada yang mau membawa kita kesana," ucap Widya sambil meraih lengan Arini. "Biar saya yang antar. Kalau pakai angkot khawatirnya terlalu lama di perjalanan. Anak Anda butuh perawatan secepatnya," ucap Pak Mantri Qodir yang langsung membuat wajah Arini terlihat makin bingung. Nyatanya laki-laki itu langsung ke dalam rumahnya. Bukan tanpa seb
Baca selengkapnya
BAB 49 BERTEMU MANTAN MERTUA
BERTEMU MANTAN MERTUA "Yuda sedang sibuk persiapan pernikahan dengan Diandra. Dia tak bisa diganggu. Ada perlu ada mencarinya?" Suara Ratna terdengar amat menakutan bagi telinga Arini. Wanita itu duduk dengan angkuh, menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri. Wajahnya tak bersahabat sama sekali, apalagi tamunya ini benar-benar tidak diharapkan kehadirannya. Rasa sinis itu kian membuncah saat mengingat penuturan Diandra mengenai mantan menantunya yang sedang berusaha mengacaukan acara pernikahan Yuda dengan wanita yang sudah dijamin bibir, bebet, dan bobot menurutnya. "Biasanya dia akan pulang jam sepuluh malam nanti. Maklum saja, Yuda harus mengantar calon istrinya itu pulang. Diandra harus dipastikan keamanannya oleh Yuda hingga sampai di dalam rumah." Sengaja Bu Ratna mengatakan hal yang sudah pasti akan menyakiti hati Arini. Bukankah puas melihat wanita itu diam tak berkutik seperti ini? "Ada perlu apa?" Akhirnya ibu kandung Yuda itu menanyakan maksud kedatangan Arini. Dia
Baca selengkapnya
BAB 50 PERLAKUAN TIDAK MANUSIAWI
PERLAKUAN TIDAK MANUSIAWI "Jaga ucapanmu! Dasar wanita tidak berpendidikan! Beruntung sekali kami karena kau sudah tidak menjadi bagian dari keluarga ini." Ratna terengah-engah menahan amarah. "Jangan memintaku menjaga ucapan sementara Ibu sendiri tidak bisa menjaga sikap." Arini memegang pipinya yang terasa panas. "Aku datang baik-baik meminta hak anakku. Bukankah seharusnya, sebagai keluarga yang berpendidikan tinggi, Ibu menerima kedatanganku dengan baik?""Dengar, Arini, saat ketuk palu hakim mengesahkan perceraian, detik itu juga hubungan Yuda dengan kalian selesai. Titik!"“Naya dan Rafa itu darah daging Mas Yuda, Bu. Tidak ada yang namanya mantan anak, hubungan darah selamanya tidak akan pernah bisa diputus dengan cara apapun.” Arini mengepalkan tangan. Kalau bukan karena dia benar-benar membutuhkan uang, dia tidak akan menginjakkan kaki di tempat ini lagi.“Urus anak-anakmu sendiri, Arini. Jangan pernah datang kemari lagi. Kau tidak akan pernah mendapatkan sepeserpun dari ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status