Semua Bab Insecure Membuat Pernikahanku Hancur: Bab 11 - Bab 15
15 Bab
Chapter 11
Perkiraan dokter memang tak selalu akurat, kandungannya juga baru saja memasuki bulan ke delapan. Namun, malam ini ketubannya pecah, Clarissa berulang kali membangunkan sang suami yang bahkan baru saja terlelap setelah sebelumnya menggarap pekerjaan. Matanya masih betah terpejam, hingga teriakan Clarissa berhasil membuatnya terbangun seketika. "Akh, sakit." "Apanya?" tanya Adit khawatir. Menatap Clarissa yang terus memegang perut. Begitu melihat ada darah yang mengalir di paha Clarissa, buru-buru Adit membawa tubuh itu menuju mobil. Pikiran Adit kosong, tak begitu terpikir untuk meminta bantuan orang lain. Rumah sakit menjadi tujuan pertamanya. Selama di perjalanan Clarissa tak pernah berhenti merintih. "Sabar ya, Sayang. Ini sebentar lagi sampai kok," ucapnya sembari sesekali menoleh ke jalanan, dan Clarissa secara bergantian. Jam sepertinya baru menunjuk pukul tiga pagi, di mana orang sedang enaknya terlelap. Sesekali Adit hampir terlonjak antara panik, dan mengantuk yang beradu men
Baca selengkapnya
Chapter 12
Sabrina pasti sengaja menghabiskan semua uang yang Adit beri, dia menenteng belanjaan di dalam kantung besar. Menaruhnya di ruang televisi tepat di depan Tamara sedang duduk. "Kenapa banyak banget?" Kakinya memutari kursi demi meneliti setiap isi dari belanjaan itu. "Ngapain pakai beli handuk banyak banget? Satu aja cukup loh." Sebagai perempuan yang lahir di era dulu, yang namanya irit tetap harus nomor satu. Pola pikirnya tak berubah seiring bertambahnya zaman. Tamara memungut barang-barang yang sekiranya tak penting. Sabrina melototkan mata. "Mau diapakan, Bu Tamara?" "Dijual lagi, sayang kalau beli banyak-banyak." Meski bukan milik Sabrina, namun perempuan itu merampas beberapa barang pilihan Tamara. "Udah dibeli nggak bisa dikembalikan." "Kata siapa? Bisa kok dijual ke tetangga." Adit dan Clarissa yang mendengar keributan itu datang. Membawa ekspresi yang berbeda-beda. "Udah pulang, Sab?" Clarissa berdiri di samping Sabrina. "Udah tapi--" "Biar nggak pemborosan ini mau Ibu jual l
Baca selengkapnya
Chapter 13
"Clarissa mana?" tanya Adit pada si pengasuh yang baru saja selesai memandikan sang anak. "Tadi pagi keluar, Pak." Adit melangkahkan kaki menuju pintu depan, barangkali istrinya pulang berbelanja seperti kegiatan baru Clarissa selama setengah bulan kurang itu. Namun, bukan itu yang Adit dapati. Clarissa keluar dari rumah Sabrina dengan stelah khas olahraga. Adit mengernyit heran. "Habis ngapain, Clar?" Istrinya tersenyum canggung dengan tangan yang menggaruk tengkuk tak gatalnya. "Habis lari pagi." Sangat bukan Clarissa, bahkan semasa gadis dulu istrinya jarang olahraga. "Tumben." Perempuan itu berhenti tepat di ambang pintu, menatap suaminya memicing. "Kamu nggak lihat badan aku udah bengkak kaya gini?" "Jadi?" "Ya aku mau langsing kaya dulu lagi." Adit sebenarnya tak suka kalau Clarissa membahas hal itu, meski jarang-jarang obrolan itu masuk dalam gendang pendengarannya. "Mau beli sarapan kapan?" Pertanyaan yang disengaja dialihkan itu membuat Clarissa menepuk jidatnya pelan. "Duh a
Baca selengkapnya
Chapter 14
Habis sudah riwayat Clarissa, kini sang suami menatapnya nyalang. "Ayo pulang!" Meskipun suaranya tak keras, namun ada datar dalam setiap nadanya. Clarissa menenteng kotak makanan yang masih separuh itu untuk dibawa pulang. Menatap ke arah Sabrina dengan tak enak. Sabrina melambai-lambai sembari cengengesan. "Maaf." Hampir tiga puluh menit, Adit hanya mendiamkan Clarissa. Pria itu berdiri menghadap ranjang sang anak, sedangkan Clarissa duduk dengan gelisah di atas meja rias. "Kamu mar--" "Jelas!" Adit memotong perkataan Clarissa dengan suara yang syarat akan kemarahan. "Di mana pikiran kamu, Clar?" Kepala Clarissa menunduk dalam-dalam. Siap mendengarkan kemungkinan buruk dari setiap omelan suaminya. "Aku udah kasih semuanya, uang bulanan aku cukupi, kamu mau pengasuh untuk anak kita juga aku turuti. Satu yang paling penting aja kamu nggak bisa kasih?" "Sayang, aku nggak bermak--" "Aku kecewa," kata Adit lirih. Hening, kalau sudah satu kata terakhir itu yang terucap dari bibir Adit. Di
Baca selengkapnya
Chapter 15
Gimana mau nggak?" Dimintai untuk membayar harga setengah dari herbal diet yang Sabrina pesan. Clarissa sejak tadi tak berhenti membolak-balik kemasan kardus mungil itu demi meneliti setiap kandungannya. "Aku coba omongin sama Adit dulu deh." Sabrina nampak tak suka, mata satunya memicing. "Ngapain bilang, Clar? Ini udah urusan kita berdua aja." "Masalahnya sekarang aku udah nggak pegang uang." "Sepeserpun?" tanya Sabrina tak percaya. Clarissa menggeleng perlahan bersama bibirnya berkata, "Masih, cuma itu uang tabungan aku sendiri." "Ya udah deh gimana caranya, tapi kamu mesti dapat itu uang." Clarissa tak punya pilihan lain selain meminta langsung pada Adit. Uang dalam celengan yang dia simpan di bawah kolom ranjang sudah dia tetapkan sebagai uang jaga-jaga kalau perekonomian keluarga merosot. "Lagian kamu ngapain si beli yang mahal banget?" "Kalau nggak mahal jarang ada yang manjur, emang kamu mau cuma sia-sia minum?" Tak punya pilihan, Clarissa akhirnya mau juga menikmati herbal di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status