Semua Bab Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir: Bab 11 - Bab 20
198 Bab
Part 11. Manusia Tak Tahu Malu
Hara tahu pesannya sudah dibaca oleh Violet saat centang dua berwarna biru muncul di halaman obrolan. Tidak sia-sia dia mencuri nomor Violet dari ponsel Vier. Kalau Violet berpikir dia akan diam saja, maka itu hanya kebodohan yang dipelihara oleh perempuan itu. Yang diinginkan oleh Hara adalah dia mendapatkan balasan dari Violet. Sayangnya, perempuan itu tidak menjawabnya sama sekali. Tidak masalah. Hara bahkan punya ribuan cara untuk mengusik ketenangan Violet. Satu tak berhasil, maka ada cara lainnya yang sudah dipikirkan olehnya. Senyum jahat tercetak di bibirnya. Kalau dia tak bisa mengganggu Violet, maka itu bukan Hara. “Sudah malam, Hara. Pulanglah.” Senyum yang tadinya merekah itu kini tertutup mendengar suara Vier. Hara jelas tak suka dengan ‘ide’ Vier yang mengusirnya dari rumahnya. Ini masih sangat sore baginya. Baru pukul 07.00 malam. Dan lagi, biasanya Vier yang akan mengantarnya. Sekarang lelaki itu justru mengusirnya tanpa perasaan. Apa-apaan ini. Hara tak terima. “
Baca selengkapnya
Part 12. Suami Yang Disinggung
Violet menoleh saat suara pintu terkunci. Vier berdiri di depan pintu kamarnya sambil menatap ke arahnya. Violet tak tahu apa yang ingin dilakukan oleh suaminya di dalam kamarnya, tapi dia tahu jika lelaki itu tak bermaksud jahat.“Ada apa?” tanyanya kepada Vier setelah dia selesai memasukkan barang-barangnya yang dimasukkan ke dalam tas kerjanya. Tangannya bersedekap di depan dada, matanya balas menatap Vier. Mengikuti langkah Vier yang mendekat kepadanya. “Kita bicarakan masalah rumah,” jawab Vier tanpa basa-basi. Violet memberi kode kepada lelaki itu untuk duduk di sofa kamarnya. Dia juga mengikuti suaminya dengan keheningan yang tercipta. “Kita sudah berada di rumah yang sama. Bagaimanapun, kamu adalah istriku.” Vier menarik kartu dari saku kemejanya lalu meletakkan di atas meja. “Gunakan kartu ini untuk kebutuhan rumah.” Violet melihat kartu debit itu dengan tatapan santai. Tidak menyentuh apalagi mengambilnya. Tatapannya berpindah pada sang suami kemudian menjawab, “Aku tid
Baca selengkapnya
Part 13. Ancaman Si Pecundang
Vier menggunakan waktunya untuk melamun di sela-sela bekerja. Pikiran tentang mencari tahu masalah Violet dan Evan tidak mau hilang dari kepalanya. Rasa penasaran tiba-tiba saja mengoyak ketenangannya. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Violet dan Evan harus berakhir dengan perpisahan padahal mereka selalu terlihat bak Romeo dan Juliet. Tapi sisi lain hatinya menolak untuk tidak melakukan sesuatu yang bukan urusannya. Tidak ada untungnya bagi dirinya. Evan masih mengejar Violet dan sebagai suaminya kamu seharusnya menghalangi tingkah lelaki itu. Batinnya lagi, memberontak pada pikirannya. Vier mengacak rambutnya ketika dia diserang dengan pikiran-pikiran yang menginginkan ikut campur dalam masalah yang tidak seharusnya. Sejak kapan dia tertarik dengan urusan orang lain? Memangnya Violet orang lain? Dia istrimu, kan?Ah, sial. Kenapa hati dan pikirannya saling bertolak belakang? Menjengkelkan. “Vier!” Panggilan itu membuat Vier sedikit linglung. “Ada apa denganmu? Saya sudah mem
Baca selengkapnya
Part 14. Aku Datang Jika Tak Ada Dia
Vier seperti sedang berselingkuh ketika bertemu dengan Raya secara diam-diam. Di samping gedung kantornya ada sebuah kafe dan pertemuan itu dilakukan di sana. Setelah tidak mendapatkan informasi apa pun dari Evan siang tadi, maka terpaksa dia melanjutkan rencananya untuk bertanya pada Raya. “Sebenarnya apa yang ingin Bapak tanyakan kepada saya?” Raya terlihat tak tenang. Matanya tidak fokus pada Vier. Terus saja berputar menatap di sekitar mereka. Mungkin saja gadis itu takut akan ada isu-isu buruk saat ada orang yang memergokinya bersama dengan suami bosnya. “Katakan, sebenarnya apa yang terjadi pada Violet dan Evan.” Pertanyaan Vier membuat Raya terkejut. Gadis itu tersenyum garing. “Bapak ini bicara apa? Maksud saya, kenapa Bapak bertanya itu kepada saya? Harusnya Bapak tanyakan sendiri kepada Ibu.” “Karena saya tahu, kamu mengetahui sesuatu tentang mereka.” Vier mendesak. “Kamu tidak lupa saat itu saya mendengar kamu mengatakan kepada Violet kalau kamu dihubungi Evan, kan? It
Baca selengkapnya
Part 15. Antara Mantan Calon Suami dan Suami
Vier tidak berniat menerima kartu tersebut meskipun Violet menyerahkannya kembali kepadanya. Belum juga Vier mengatakan sesuatu, deringan ponselnya terdengar. Nama Hara tampak di sana. Violet bisa melihat sekelebatan nama perempuan itu di ponsel Vier. Tak ada reaksi apa pun yang diperlihatkan oleh Violet. Vier pun tidak mencoba menyembunyikannya. “Hallo!” Bahkan lelaki itu menerima panggilan tersebut tepat di depan Violet. “Bisa kita berbicara besok saja, Hara? Ini sudah malam.” Vier menarik nafas panjang sebelum menyetujui ajakan perempuan itu. Setelah panggilan itu berakhir, Vier menatap Violet kemudian dia bilang, “Aku akan bertemu dengan Hara. Dia mengancam akan datang ke sini kalau aku tidak menemuinya.” Setelah mengatakan itu, Vier berlalu dari hadapan Violet. Bahkan tanpa mengganti bajunya, lelaki itu melesat pergi tanpa berpikir lagi. Violet meremas kartu yang digenggamnya itu dengan kuat. Satu ide masuk ke dalam kepalanya. Dia berbalik kemudian masuk ke dalam kamar Vier. I
Baca selengkapnya
Part 16. Penjelasan Yang Tidak Perlu
Mata Evan terlihat seperti bara api yang ingin membumi hanguskan Violet. Ekspresinya kaku luar biasa. Amarah memenuhi hatinya. Kepalan tangannya bahkan membulat sampai kukunya memutih. “Kamu seharusnya memilih orang yang lebih dariku, Violet.” Evan bersuara. “Dia bukan siapa-siapa dibandingkan denganku.”“Jadi kamu merasa lebih tinggi dibandingkan dengan Vier? Kamu marah karena itu?” Suara tawa Violet menguar sampai telinga Evan dan Vier. Sepersekian detik, tawa itu musnah begitu saja digantikan dengan ekspresi dingin yang membekukan. “Kalau kamu tidak bisa memberi nilai pada dirimu sendiri, maka mati sajalah.” Violet semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Vier. “Biar aku kasih tahu. Kamu adalah laki-laki yang bahkan tidak akan aku pilih seandainya dunia ini hanya menyisakan dirimu seorang diri. Aku bahkan mual berhadapan denganmu.” Cemoohan itu menyakitkan telinga sampai ke hati. Evan pasti merasa terbakar oleh amarahnya sendiri. “Jadi kamu berpikir jika Vier adalah laki-laki y
Baca selengkapnya
Part 17. Perempuan Tak Tahu Berterima Kasih
Hari itu hari minggu. Pagi-pagi sekali, Violet sudah berdiri di depan rumah dengan kepala menengadah ke arah langit. Udara pagi menyejukkan paru-parunya. Embun pagi yang lembut terasa memberikan ketenangan. Tampaknya, Violet harus lebih menikmati waktunya dengan bersenang-senang. Senyumnya terbit ketika dia mengingat percakapan yang terjadi dua hari yang lalu. Seorang teman baik yang sudah lama tidak terlihat mengirimkan dia pesan agar tetap sehat sampai dia pulang ke Indonesia. Karena orang itu perlu bertanya banyak hal tentang pernikahan Violet yang batal dengan Evan dan digantikan oleh lelaki lain. “Mau olahraga?” Suara Vier terdengar di telinganya. Violet menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Vier sudah siap untuk olahraga. Kapan terakhir kali Violet menggerakkan tubuhnya untuk olahraga? Dia rasa sudah sangat lama sekali. “Violet!” Vier menyadarkan Violet dari lamunannya. “Mau olahraga?” tanyanya lagi. Violet berpikir sejenak sebelum mengangguk. Dia masuk sebentar ke dal
Baca selengkapnya
Part 18. Baku Hantam
Hara berteriak keras ketika Violet berlalu dari hadapannya setelah mengatakan itu. Bahkan dengan sengaja perempuan itu menyenggol tubuh Hara dengan kuat sampai Hara terhuyung ke belakang. Berhadapan dengan Violet selalu membuat Hara semakin membuat kebenciannya kepada perempuan egois itu bertambah berkali-kali lipat. “Apa itu tadi?” Hara menatap ke arah Vier yang kini sedang duduk di kursi. “Kamu tidak mengajarinya bersikap baik kepada orang lain?” Akan selalu menjadi salah Vier ketika Hara mendapatkan serangan dari Violet. Itulah yang ada di dalam pikiran Hara. “Kamu datang untuk bertemu denganku, kan?” tanya Vier tanpa menanggapi pertanyaan Hara.“Tentu saja. Tapi dengan melihat wajah perempuan itu, aku ingin sekali melemparkannya ke luar angkasa. Dia benar-benar tidak tahu malu.” Dengan bersungut kesal, Hara ikut duduk di kursi berseberangan dengan Vier. “Lalu?” tanya Vier lagi. “Kamu mau mengajakku jalan-jalan?” Tawaran itu sebenarnya terdengar sangat menggoda, tapi Hara tamp
Baca selengkapnya
Part 19. Dendam Dimulai
Seumur hidupnya, Violet tidak pernah diperlakukan buruk oleh siapa pun. Dia begitu dihormati sejak kecil dan selalu mendapatkan hal baik. Tapi karena kecemburuan seseorang, Violet harus merasakan bagaimana sakitnya jambakan, bahkan cekikan. Hal itu membuat Violet meradang. Amarahnya begitu tinggi sampai dia merasa tak bisa mengendalikan lagi. Kepalanya yang terasa berdenyut sakit karena rambutnya ditarik kuat oleh Hara, mengetuk tindakan bar-barnya untuk keluar.Violet ikut menyerang Hara dengan jambakan yang sama dan mereka berguling di lantai dengan teriakan demi teriakan. Bukan Violet yang berteriak, tapi Hara. “Gusti, Ibu, Mbak!” Bibi yang mendengar keributan itu segera datang untuk memisah dua perempuan itu. Alih-alih bisa melakukannya, Bibi justru terguling di samping mereka. “Bapak, tolong!” Jeritan itu tak bisa lagi ditahan oleh Bibi. Vier segera keluar kamar dan terbelalak lebar melihat Violet dan Hara yang saling menjambak. Vier tidak mendengar keributan itu karena suara
Baca selengkapnya
Part 20. Meminta Maaf Untuk Kekasih
Suara lelaki itu dalam dan kuat. Tampak tidak terima wajah halus putrinya harus tercoret luka seperti itu. Itu adalah luka cakaran, yang mungkin saja, Hara baru saja mendapatkan serangan dari seseorang. Begitulah pikiran ayah Hara. “Katakan, Vier. Apa yang terjadi? Kenapa wajah Hara mendapatkan luka seperti itu?” Kini ibu Hara yang bertanya.Atmosfer di antara mereka tidak bisa dibilang baik-baik saja. Orang tua Hara pastilah tak terima melihat putri kesayangan mereka tampak berantakan. “Ini bukan perbuatanmu, kan?” tanya ibu Hara lagi.“Hara bertengkar dengan Violet.” Vier segera menjawab. Tidak ada niat untuk menutupi kebenaran. “Hara yang tahu bagaimana detail kejadiannya, karena saya sedang tidak ada di sana saat peristiwa itu terjadi.”“Apa?” Ibu Hara melotot marah. “Bagaimana bisa kamu membiarkan Hara dan Violet berdua saja sedangkan kamu tahu mereka adalah musuh?”Musuh? Seharusnya mereka bisa berhubungan baik jika Hara tidak selalu mengambil kesempatan untuk menyerang Violet.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status