All Chapters of BAKTI SI ANAK LAKI-LAKI YANG TIDAK DIHARGAI : Chapter 51 - Chapter 60
70 Chapters
Bab 51
"Astagfirullah," Dari celah pintu yang terbuka, telihat sesorang tergeletak mengahalangi pintu. "Itu Haji Mansur, Mas!"Haji Mansur sudah tergeletak tak sadarkan diri di balik pintu. Sekuat tenaga aku dan Mas Deni mendorong pintu, kemudian aku masuk ke dalam melalui celah pintu yang terbuka sedikit, karena bdanku yang besar, jadi sedikit kesulitan untuk masuk ke dalm rumah.Setelah berhasil masuk, hal pertama yang aku lakukan adalah mengecek denyut nadi Haji Mansur, syukurlah beliau hanya pingsan.Aku dan mas Deni langsung membopong tubuh Haji Mansur menuju mobil, kemudian membaringkannya di jok tengah. Tak lupa aku menghubungi Fauzan dan Winar untuk menyusul ke rumah sakit."Haji Mansur kira-kira kenapa ya, Mas? Apa mereka juga menyerang Haji Mansur?""Bisa jadi, Tur, tapi pas kita cek tadi gak ada tanda-tanda Haji Mansur di aniaya," timpal Mas Deni masih fokus dengan aktivitasnya menyetirnya.Sesampainya di rumah sakit, beberapa orang perawat langsung menyambut kami. Dengan sigap me
Read more
Bab 52
DahliaAda perasaan senag dan juga sedih ketika Mas Guntur pulang membawa mobil yang bagiku tergolong mewah. Mobil Fortun*r warna merah hati itu kini berdiri dengan gagah di samping rumah kami.Berkali-kali kami bersyukur dengan kehidupan kami yang meningkat cukup pesat, yang tadinya hanya pekerja pabrik, kini kami mempunyai usaha sendiri yang terbilang cukup maju. Suatu ketika, Nia mengutarakan ingin bekerja sama denganku, dia mempunyai lahan yang cukup strategis. Letaknya tepat di pinggir pantai. Dengan view yang sangat indah."Gimana Lia? Apa suamimu setuju, kita bekerja sama?" tanyanya ketika tempo hari datang ke warung.Wanita yang tengah berbadan dua itu memang sering ke warung, semenjak dia ngidam ingin makan mie ayam dan ternyata dia ketagihan dengan mie ayam goreng buatanku. "Belum sempat, Nia. Suamiku akhir-akhir ini sibuk banget. Apalagi sekarang Haji Mansur buka toko cabang baru," kilahku."Huf ... Padahal aku udah gak sabar pengen ketemu, eh maksudnya pengen buka usaha b
Read more
Bab 53
"Mas Guntur gak pernah berubah ya Lia." Tiba-tiba wanita berbadan dua itu telah berdiri disampingku sambil memainkan horden "Maksudnya Nia?" "Eh ... Gak apa-apa Lia, ayuk masuk! Aku tadi buat cemilah lho." Nia tak menjawab pertanyaanku, apa sebenarnya maksud Nia mengatakan hal itu?Nia keluar dari dalam membawa saru toples telur gabus, wanita itu memamg hobi membuat telur gabus, dulu waktu kami masih sama-sama ngajar, dia sering membawa cemilan ini ke sekolah."Ini sertipikat tanah itu, Li. Coba kamu lihat dulu!" Nia menyodorkan map berisi sertipikat tanah yang Nia katakan untuk membangun usaha nantinya.Aku periksa nama nama yang tertera di dalam buku tanah itu, mamastikan jika tanah yang nantiknya akan kami buat untuk membuka cabang itu tidak bermasalah."Hebat kamu Nia, bisa beli tanah disana. Harganya pasti mahal," ucapku kagum oada sahabatku itu."Hadiah dari papa mertua itu, Li. Aku bingung mau untuk apa, mau buka usaha, modalnya belum cukup, makanya aku ajak kamu join," pap
Read more
Bab 54
"Nia itu siapa Mas?" tanyaku penuh penekanan. "Dulu dia langganan roti di toko, sering pesan dalam jumlah banyak dan dikirim ke rumahnya, tapi anehnya dia maunya selalu Mas yang harus mengirim.""Terus?" cecarku."Suatu saat Nia bilang kalau suka sama Mas dan ingin menikah, tapi waktu itu Mas sudah naksir kamu, dan Mas sama sekali gak ada hati sama dia.""Astaghfirullah, apa karena itu dia baik sama Ridho?" tebakku."Jangan suuzon, dia kan sekarang sudah punya suami dan anak," balas Mas Guntur."Tapi sorot mata Nia itu beda lho ke kamu Mas. Pasti dia masih mendam rasa-rasa sama kamu, buktinya dia nikah saja belum lama. Itu juga karena di jodohkan sama keluarganya," sambungku."Sudah ah, gak usah dibahas lagi, nanti kamu malah yang cemburunya keterusan. Gak baik untuk usaha kita nantinya," ucap Mas Guntur sambil memutar stir bundar diddepannya."Tapi kanapa Mas gak tolak saja kemarin waktu Nia ajak kerja sama?" pancingku."Karena Mas gak mau ngecewain kamu, karena Mas lihat kamu sudah
Read more
Bab 55
Tak lama kemudian Mas Guntur masuk dengan mengucapkan salam. Mata tajam laki-laki itu sama halnya denganku, menatap pada bayi merah yang berselimut bedong dan bergantian menatap Ibu mertua."Oek ... Oek ...." Tiba-tiba bayi merah yang tengah dipangku Ibu itu menangis. Ibu pun berdiri dan menenangkan bayi itu, tetapi masih saja menangis. Kemudian Ibu memabwa bayi itu keluar rumah."Bayi siapa itu Bu?" tanya Mas Guntur pada ibunya."Bayi kalian," jawab Ibu mertua keenaknya."Maksudnya apa Bu?"Aku dan Mas Guntur duduk di sofa depan Ibu mertua duduk. Wajahnya kini tampak lelah, seperti semalaman tidak tidur. Sementara Mas Rahmat hanya dia sambil menyesap rokoknya."Itu bayi Tika, keamrin sore Tika pulang hanya mengantar bayi ini ke rumah, setelah itu pergi lagi. Katanya Madam Vina melarang bekerja membawa bayi," papar Ibu."Memang Mbak Tika kerja apa Bu? Mbak Tika kan ibunya, kenapa gak boleh bawa bayi? Memamg dia kerjanya 24 jam? Bapaknya siapa pula bayi itu Bu?" Cecar Mas Guntur. Waja
Read more
Bab 56
Bruk ... Sri menoleh ke arah sumber suara. Sekarung beras sukses mendarat di pojokan teras dengan posisi sama persis dengan beberapa waktu yang lalu."Gu-Guntur ...." Sri beringsut mendekati anak laki-lakinya. Kemudian tangisnya pecah seketika."Ibu ingat dengan sekarung beras waktu itu?" sindir Guntur."Sangat ingat, Tur. Sekarang Ibu benar-benar sadar atas apa yang telah Ibu lakukan selama ini terhadap kamu dan Dahlia. Hanya kalian berdua yang tidak pernah meninggalkan Ibu. Maafkan Ibu, Tur." Ada rasa ragu ketika Sri ingin memeluk anak laki-lakinya yang tidak pernah dia sentuh sama sekali.Dengan ragu, Sri membingkai wajah manis anak tengahnya itu, "maafkan Ibu," lirihnya."Apa ini masih bagian dari drama Ibu lagi?" Tangan Guntur hendak menepis tangan ibunya, namun Dahlia melarang, membiarkan ibunya merasakan ikatan batin terhadap anak yang telah menjadi asing selama bertahun lamanya."Bu, dalan tubuh ingin mengalir darah Ibu, aku tak bisa memungkiri hal itu. Sejauh apapun aku berla
Read more
Bab 57
RendiHatiku makin hampa ketika aku tahu Dahlia telah menikah dengan adik iparku sendiri. Tadinya aku berharap aku bisa mengulang kenangan bersamanya, dan menebus semua kesalahakh padanya. Namun nyatanya Dahlia sudah bahagia dengan Guntur.Laki-laki yang bersetatus adik iparku itu mampu menjadikan Dahlia ratu di hatinya, walaupun dalam sisi ekonomi, kehidupan mereka sangatlah pas-pasan.Sore itu aku datang ke rumah ibu mertua untuk menceraikan Tika, jujur selama bertahun-tahun aku berumah tangga dengannya, sedikitpun aku tak pernah merasa bahagia.Hal yang lebih mengejutkan, secara tidak sengaja Tika memberitahu jika dirinya selingkuh demgan seorang pria gang dua sebut Om.Walaupun aku tak pernah menaruh hatimu padanya, tetapi harga diriku sebagai seorang suami merasa terinjak-injak. Detij itu juga aku talak perempuan berna Tika itu dihadapan ibu dan saudara laki-lakinya.Sampai di rumah, aku langsung membereskan barang dan baju-baju untuk dibawa ke rumah Ibu."Papa, kita mau ke rumah
Read more
Bab 58 (season 2)
"Apa? Ibu mau minta di jodohkan sama Haji Mansur? Duh, Bu, Ibu kan sudah tua, masa masih mikirin mau nikah lagi." Aku terperangah mendengar keinginan Ibu untuk menikah lagi, apalagi laki-laki yang dikehendaki yaitu Haji Mansur."Apa salahnya Tur, kan Mas Mansur sudah nganggap kamu anak, jadi kenapa nggak sekalian aja jadi Bapak kamu." Ibu masih saja mencoba membujukku."Bukan begitu juga konsepnya, belum tentu Haji Mansur mau menikah lagi, Guntur tahu kalau Haji Mansur itu sangat mencintai istrinya." Aku tetap menolak keinginan Ibu yang menurutku diluar batas. Haji Mansur sudah menggapku sebagai anak saja sudah bersyukur, karena bantuan beliaulah aku bisa kenal dengan orang-orang penting, seperti Pak walikota, pejabat daerah dan masih banyak lagi-lagi orang-orang penting yang kini menjadi pelanggan setia usahaku."Kata siapa? Ibu tahu, Mas Mansur itu suka sama Ibu. Dia sering kesini bawa oleh-oleh, sering tanya kabar dan yang pastinya perhatian," protes wanita berwatak keras itu."It
Read more
Bab 59
Kulihat pria bernama Pandu yang menjadi driver taksi online itu tertawa geli melihat penampilan wanita bergelar Ibuku itu."Ibu! Kenapa Ibu pakai pakaian seperti itu?" tanyaku sedikit membentak."Mas, jangan kasar gitu sama Ibu," bisik Dahlia, tapi aku tidak bisa namanya berbicara oelah jika emosinku sedang di ubun-ubun."Ini namanya fesieeeen. Guntur! Gaul dong, biar tahu gaya kekinian. Dah ah. Ibu mau pergi. Jagain Mariam ya!""Bu, bajunya ganti yang lain kalau mau pergi," ucap Dahlia dengan hati-hati."Ah, kamu tu Lia, jaman sekarang itu harus update dong, jangan pakai gamis melulu, kayak kamu itu. Kuno!" cibir Ibu.Aku dan Dahlia hanya melongo melihat Ibu pergi dengan berlenggak-lenggok, tak lama wanita yang usianya lebih dari setengah abad itu masuk ke dalam mobil kemudian mobil melaju meninggalkan kami yang masih terbengong-bengong."Ibu makin menjadi-jadi Dek," sungutku."Sabar, Mas. Kita rubah perlahan," ujar Dahlia dengan tatapan sendu."Aku malah lebih suka Ibu yang dulu, wa
Read more
Bab 60
# MAKIN_TUA_MAIN_JADI 3Berkali-kali Dahlia menghirup udara dengan rakus, sementara aku menatapnya dengan perasaan gamang. Air wajahnya yang berubah seketika membuatku berpikir jika Dahlia masih menyimpan rasa untuk Mas Rendi."Mas," panggilnya. Aku menatap manik matanya dengan lekat. Aku sudah siap dengan jawaban apa yang akan terlontar dari bibir tipisnya."Tidak ada yang perlu khawatirkan. Allah mempertemukan aku denganmu karena kita berjodoh, hatiku sekarang sudah mengunci erat hatimu di dalam sini," ucap Dahlia sambil menepuk dadanya.Mataku kembali berbinar, seulas senyum terkembang dari bibirku. Aku memang tak setampan Mas Rendi, tapi aku bisa memenangkan hati Dahlia seutuhnya dan aku sangat bersyukur dipertemukan dengan wanita berhati malaikat seperti Dahlia.Aku meraih tangan Dahlia dan menggenggam lembut. "Dek, terimakasih sudah memberikan hatimu sepenuhnya untukku." Wanita bermata coklat itu tersenyum manis. Senyum itu yang selalu aku rindukan setiap saat."Ehem ...." Dehem
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status