All Chapters of Ketika Istri Mati Rasa : Chapter 131 - Chapter 140
149 Chapters
Akhir Kehidupan Radit
POV RaditSenja ini terasa indah. Seindah hidupku saat ini. Aku memang lelah bekerja seharian ini. Namun, semua itu terbayar oleh senyuman istriku yang selalu menyambut manis saat pulang kerja."Assalamualaikum, Sayang." Kutatap wanita yang berwajah manis yang menyambutku di ambang pintu. Baru saja ia membukakan pintu untukku. Perempuan yang pernah menjadi janda ditinggal mati itu menjawab salamku seraya mencium punggung tangan ini dengan takzim. Diperlakukan seperti ini membuatku sangat bahagia.Aku merasa beruntung bisa menikahinya. Dia perempuan yang berwajah sederhana, tidak secantik Desti, jauh apabila dibandingkan dengan Alina. Namun, hatinya sangat tulus dan sebaik ibunya Wildan.Namanya, Rini. Wanita yang kunikahi melalui proses ta'aruf itu satu janda tanpa anak. Bersamanya aku merasa menjadi manusia yang lebih baik lagi. "Mas, kok malah melamun. Bukannya, diminum airnya. Kenapa, ada masalah?" Rini menyentuh pahaku dengan lembut. Aku tersenyum menanggapi pertanyaannya."Mas
Read more
Radit Bertemu Desti
POV Radit****Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Aku dan Rini berangkat ke Belitang. Tentu, tujuan utamaku ke rumah Desti. Guna bertemu dengan Ralia. Namun, sebelumnya aku mampir ke rumah Pak Mundir dulu. Beliau masih mengenalku dengan baik.Hujan mengungkung, hingga dua jam kami berada di rumah orang yang pernah memberikan aku makan siang waktu itu. Selanjutnya, kulajukan kendaraan roda empat milik istriku ke arah rumah Desti. Hatiku membuncah saat membayangkan akan bertemu dengan Ralia. Gadis kecil yang mukanya mirip dengan aku itu pasti kaget dengan kedatanganku yang secara tiba-tiba.Dadaku bertalu-talu saat membelokkan mobil ke arah rumah Desti. Bukan karena mau bertemu dengan Desti, bukan. Rasaku terhadapnya sudah tidak ada sama sekali. "Yuk, turun Sayang. Ini rumahnya ibunya Ralia." Rini menganggukkan kepala sebelum membuka pintu mobil. Tak lupa tangannya meraih parsel buah yang telah kami persiapkan.Kugenggam tangan istriku setelah turun dari mobil sebelum menuju rumah D
Read more
Alina Bertemu Widuri
"Sudah siap, Sayang?" tanya Bang Randu seraya membuka pintu kamar kami. "Sudah dong, Bang." Aku membalikkan badan seraya tersenyum ketika menatapnya."Masya Allah … cantik bener istri Abang." Bang Randu tertegun menatapku. Hingga ia mematung beberapa saat. "Bisa aja, Abang mah." Aku menyambut uluran tangannya setelah dia sadar dari kekagumannya. Kami bergandengan tangan ke luar kamar. Langkah kaki kami menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Siang ini aku dan Bang Randu sepakat akan pergi ke suatu tempat. Kami akan menemui orang yang telah mengirimkan foto editan waktu itu. Setahun yang lalu. Seharusnya masalah ini sudah selesai dari tempo dulu. Namun, karena orangnya menghilang waktu itu, sehingga kami baru sempat menemuinya sekarang.Kali ini kami pergi berdua, sebab Wildan sedang ada Mbahnya di rumah. Ya, di rumah kami sedang kedatangan Bunda dan Bapak. Rencananya, mereka berdua memang akan menetap di rumah kami. Aku dengan kedua Abang sudah membuat kesepakatan. Tidak
Read more
Ending Season 1
"Kenapa bengong di situ, Sayang? Ayu, masuk!" tegur Bang Randu lembut sembari menarik tanganku. "Sebentar, Bang. Itu beneran Mas Radit?" tanyaku dengan pelan. Aku ingin memastikan penglihatan ini tidak salah lihat. "Bener. Itu bapaknya Wildan. Ayo, kita masuk!" Aku yang masih di depan teras pun mengangguk. Dari sini aku bisa melihat mereka. Namun, karena Mas Radit sedang sibuk ngobrol dengan orang tuaku sehingga tidak menyadari kedatangan kami. "Assalamualaikum …" Aku menyapa seluruh penghuni ruang tamu kami. "Mas Radit kapan datang?" tanyaku setelah mereka menjawab salamku. Aku tersenyum manis saat mata ini bertemu pandang dengan perempuan berwajah manis yang duduk di sebelah Mas Radit. "Barusan, Lin. Apa kabar kalian?" Mas Radit menangkupkan kedua tangan ke arahku. Lalu, menjabat tangan Bang Randu. "Alhamdulillah, kami baik. Ini istri barunya, Mas?" Rasa penasaran mendorongku untuk segera bertanya. "Ya, Lin. Ini ibu sambungnya Wildan." "Rini. Apa kabar, Mbak?" Wanita yang kut
Read more
Season 2. Mencari Nafkah Itu Kewajiban Anakmu!
"Des! Minta uang!" Mas Irwan menghampiriku yang sedang masak di dapur.Aku memutar bola malas. Kenal dengannya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku!"Bisanya minta uang terus! Kalau pengen uang itu kerja! Bukan minta pada istri!" Tanpa menoleh, aku mendebatnya. Tanganku terus mengulek bumbu sambal ikan asin. Sengaja, memasak apa yang tidak disukai oleh mereka."Buat apa aku kerja kalau kamu saja sudah pandai cari uang!" Suara Irwan semakin dekat di bekalangku. Kuputar tubuh ini menghadapnya. "Kalau kamu nggak mau kerja jangan minta uang padaku!" Muntu batu yang ada dalam genggaman kutunjuk lurus ke mukanya. "Aku cari uang untuk siapa? Untuk istri, kan? Sementara kamu udah pandai cari duit. Lalu, untuk apa aku sibuk kerja?" Irwan mundur beberapa langkah, sebab hidungnya nyaris tersentuh oleh muntuku.Ya Tuhan … apa laki-laki itu Engkau ciptakan tanpa otak? Sehingga tidak bisa mikir."Ternyata selain tanpa otak, kamu juga laki-laki tanpa harga diri ya, Mas!" Sekali lagi muntu batu
Read more
Season 2. Ada Apa dengan Ralia?
Sekarang sabar dulu, Des. Sabar! Menghadapi orang seperti mereka tidak bisa dengan gegabah. Bisa bahaya. Aku harus belajar dari Alina. Dalam diam, dia bisa menghanyutkan Bang Radit pada waktu itu. "Ibu, Ralia mau sekolah." Aku tersenyum saat menatap gadis kecil yang sudah siap berangkat itu. Dia datang menghampiri kami yang sedang ribut di dapur. Ralia, sudah bisa mengurus diri sendiri. Mungkin, karena sudah terbiasa ditinggal sendiri di toko. Sehingga membuat anak itu sudah tampak mandiri.Pagi ini, dia tampil cantik dengan bando di kepalanya. Tapi, wajah Ralia berubah saat menatap Irwan. Semacam ada ketakutan dari sorot matanya. Ada apa ini? Sekilas kulirik Irwan, lelaki itu tersenyum menyeringai kemudian melangkah mendekati Ralia. "Ralia, Sayang. Berangkat sekolahnya sama Ayah Irwan saja, ya," Irwan berlutut, mensejajarkan diri dengan anakku. Suaranya berubah menjadi lembut terhadap putriku. Kuperhatikan wajah Ralia yang semakin menegang. Dia tidak menjawab, tapi matanya berka
Read more
Season 2. Ke mana Perginya Ralia?
Ketika Istri Mati Rasa.Kutinggalkan ruang guru dengan langkah gontai. Sesekali kutengok ke arah kelas Ralia. Namun, sepertinya anak itu sudah anteng di kelasnya. Ingin rasanya aku bertanya pada anak itu sekarang. Tapi, bagaimana kalau dia masih membungkam mulutnya?Aku berjalan seperti tidak menapak ke bumi. Di kepala ini rasanya banyak kunang-kunang yang bertebaran. Aku tidak bisa mengendarai motor dengan keadaan seperti ini. Sebaiknya, aku ke kembali warung nasi uduk tadi. Semoga teh manis bisa memberikan kekuatan pada tubuh ini. Badanku lemas seperti ini mungkin karena belum makan sejak tadi."Bu, nasi uduk sama teh manisnya satu, ya." Kupesan nasi putih yang dibumbui santan itu pada perempuan bertubuh tambun. Pemilik warungnya."Ya, Bu. Pake sambal?" tanya Ibu itu dengan ramah. Aku hanya bisa mengangguk. Tak lama kemudian dia sudah menyerahkan piring yang berisi nasi uduk lengkap dengan pelengkapnya serta tak lupa sesendok sambalnya. Meskipun bertubuh tambun, perempuan itu terma
Read more
Air Kebahagiaan.
Motor ku belokkan ke arah rumah Mbak Ratmi. Aku tidak bisa memendam masalah ini sendiri. Segera kuparkirkan kendaraan roda dua ini di depan rumah kakak perempuanku. Semoga dia bisa menerima aku sebagai adiknya. Kutekan egoku dalam-dalam sebelum mengetuk pintu rumah bercat cream tersebut. Sebagai seorang adik yang tidak dikehendaki kehadirannya, aku harus bisa merendahkan hati serendah-rendahnya di hadapan Mbak Ratmi."Assalamualaikum." Salam ketiga pintu rumah ini baru terbuka."Waalaikummussallam. Tumbenan datang ke sini? Mau apa?" Wanita bertubuh berisi itu membuka pintu depan wajah kaget. Pertanyaannya pun cukup ketus. Tidak sepantasnya seorang kakak bertanya demikian ketika adiknya datang. Namun, kali ini aku tidak boleh tersinggung seperti sebelum-sebelumnya. "Ada perlu, Mbak." Kuikuti langkah Mbak Ratmi yang berjalan ke arah sofa. Aku harus lebih ramah."Mau pinjem duit? Aku tidak memiliki banyak uang seperti kamu. Apa kurang kiriman Radit untuk Ralia?" Pertanyaan yang serupa
Read more
Foto dari Radit
Ketika Istri Mati RasaSeason 2POV Author"Gimana kabarnya Ralia, Tante? Sudah lama Saka nggak ketemu si mungil." Saka menatap buliknya dengan lekat. Mungil julukan yang disematkan untuk Ralia dari anggota keluarga Ratmi.Desti terdiam. Wanita yang hatinya sedang tidak baik-baik saja itu tidak tahu harus menjawab apa? Tubuh Desti ada di rumah Ratmi, tapi tidak dengan pikirannya. Desti terlihat menghembuskan napas berat. Tatapannya menerawang. Banyak hal yang ia pikirkan.Saka menatap ibunya sembari mengangkat dagu ke arah Desti. Sorot mata pemuda itu seolah berbicara, 'lihat Tante, Bu!' Paham dengan tatapan anaknya, Ratmi segera menepuk pundak adik perempuannya tersebut."Desti, kenapa melamun? Ada apa? Ralia tidak kenapa-kenapa, kan?" Tepukan Ratmi di pundaknya membuat Desti terjingkat kaget. "Hah … kenapa, Mbak?" Desti tergagap. Dia benar-benar tidak paham dengan apa yang ditanyakan kakaknya."Kamu kenapa? Ada masalah apa?" Ratmi kembali memberi pertanyaan pada adiknya.Desti kem
Read more
Ancaman Radit pada Desti
Tubuh yang semakin hari semakin kurus itu melorot ke lantai seiring dengan luruhnya air mata yang deras seperti aliran anak sungai. Mengingat foto kiriman dari Radit, penyesalan Desti kian menjadi. Dadanya yang dipenuhi rasa bersalah itu terasa semakin sesak saat menyadari dirinya penyebab semua ini."Seandainya aku tidak berbuat serong, maka semua ini tidak akan pernah terjadi." Salah satu ungkapan penyesalan terbesar dari seorang Desti.Rasa bersalah bergulung-gulung di dalam dada wanita yang telah melahirkan Ralia. Puluhan kata seandainya bermunculan di dalam benaknya sebagai ungkapan penyesalan yang tak ada ujungnya."Maafkan Ibu, Nak! Ini semua terjadi karena kebodohan ibumu ini, Ralia!" Beberapa kali Desti melayangkan pukulan di kepalanya sendiri. Semua itu dia lakukan untuk menghukum isi kepalanya.Menurut Desti, isi di balik tempurung kepalanya wajib diberi pelajaran sebab dari sana ide main gila itu bermula. "Innalillahi … Desti! Apa yang kamu lakukan?" Ratmi yang muncul d
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status