Share

Air Kebahagiaan.

Motor ku belokkan ke arah rumah Mbak Ratmi. Aku tidak bisa memendam masalah ini sendiri. Segera kuparkirkan kendaraan roda dua ini di depan rumah kakak perempuanku. Semoga dia bisa menerima aku sebagai adiknya.

Kutekan egoku dalam-dalam sebelum mengetuk pintu rumah bercat cream tersebut. Sebagai seorang adik yang tidak dikehendaki kehadirannya, aku harus bisa merendahkan hati serendah-rendahnya di hadapan Mbak Ratmi.

"Assalamualaikum." Salam ketiga pintu rumah ini baru terbuka.

"Waalaikummussallam. Tumbenan datang ke sini? Mau apa?" Wanita bertubuh berisi itu membuka pintu depan wajah kaget. Pertanyaannya pun cukup ketus. Tidak sepantasnya seorang kakak bertanya demikian ketika adiknya datang. Namun, kali ini aku tidak boleh tersinggung seperti sebelum-sebelumnya.

"Ada perlu, Mbak." Kuikuti langkah Mbak Ratmi yang berjalan ke arah sofa. Aku harus lebih ramah.

"Mau pinjem duit? Aku tidak memiliki banyak uang seperti kamu. Apa kurang kiriman Radit untuk Ralia?" Pertanyaan yang serupa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Etoks
semoga belum diapa-apain. Jika sekedar masih disuruh ngamen, mulung, atau ngemis di lampur merah, masih bisa bersyukur, namun jika sudah dirusak, benar benar kasihan Ralia, akan lebih baik tinggal dg bapak kandungnya, ketimbang Desti yg belum mampu lepas dari lelaki bejat macam Irwan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status