All Chapters of Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu: Chapter 161 - Chapter 170
185 Chapters
BAB 161. Nekat.
POV Lisa.***“Lepaskan anakku!" teriakku sekuat tenaga. Tergesa kumenaiki anak tangga. Aku takut sekali jika Via diturunkan di tangga dan akhirnya akan jatuh ke bawah. Teh Ocha menatapku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan lalu dia balik badan dan kembali masuk ke kamarku. “Mbak Ocha, buka!” Mbok menggedor pintu. Beliau kalah cepat dengan Ocha.“Teh Ocha, buka!" Kugedor pintu sekuat tenaga. Sial! Kunci cadangan ada di dalam tas sedangkan tasku ada di kamar. Bagaimana ini aku takut terjadi sesuatu pada Via.“Bagaimana dong, Mbok, apa kita dobrak saja, pintunya? Aku takut terjadi sesuatu pada Via." Tangisku pecah. Kurutuki diri sendiri yang tidak becus menjaga anak.“Iya, ayo, Bu, kita lakukan!" Aku dan Mbok berusaha untuk mendobrak pintu. Sepertinya tenaga kami kurang kuat bukannya pintu yang terbuka justru badan kami terasa sakit semua.“Via! Diam!” Kudengar Teh Ocha membentak Via. Kuterus memanggil-manggil anakku. Tak berselang lama terdengar tangisan dari dalam. Aku yakin
Read more
BAB 162. Berhasil.
POV Lisa.***“Sebaiknya lukanya diobati dulu, Pak, sebentar saya akan telepon keamanan," kata Pak RT, beliau sibuk dengan ponselnya sedangkan Mbok bergegas mengambil obat untuk bapaknya Teh Ocha.“Lihatlah kelakuan anak kalian yang gila itu. Sama bapaknya saja berani dan tega melukai apalagi pada anakku pokoknya jika terjadi sesuatu pada Via, Aku akan habisi Teh Ocha tak peduli penjara. Aku tidak akan pernah takut selama itu aku lakukan untuk anakku!” Ancamku.“Terserah Eneng apa yang akan Neng lakukan. Bapak sudah pasrah," jawab bapaknya Teh Ocha dan ini membuatku sangat geram. Bagaimana bisa dia menyerah begitu harusnya tetap membujuk anaknya. Mereka ini benar-benar keluarga sinting.“Pak, jangan bicara seperti ini, pak, anak kita melakukan ini pasti tidak sengaja. Pasti dia hanya untuk melindungi dirinya, Pak, kalau sampai Ocha di penjara ataupun dibunuh oleh Lisa kita nggak punya dia lagi, Pak," jawab ibunya Teh Ocha, sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku pun aku tak tega, tapi
Read more
BAB 163. Buat mereka mati kutu.
POv Lisa. *** “Apa-apaan si, Teteh! Kasar banget sama orang tua!” bentak Rara. “Kalian memang pantas untuk dikasari, pergi dari rumah ini, cepat pergi!" sentakku, tapi Rara seolah menantang. Bahkan dia bersedekap tangan dagunya diangkat dengan senyum mengejekku. “Sudah kalian enggak usah berantem. Ibu nggak apa-apa kamu mau ke mana Lisa, kamu mau bawa ke mana Via?" tanya mertuaku “Apa Inu tidak tahu bahwa cucunya ini sedang kesakitan akibat ulah dari perempuan gila itu? Pakai tanya segala akan aku bawa ke mana. Dasar orang tua nggak punya otak," makiku. “Lisa, jaga mulutmu, Ibu tahu kamu sedang marah, tapi nggak gini juga kamu ngatain Ibu seenak jidat," jawab ibu mertuaku. “Ibu pun bebas melakukan apa pun padaku seenak jidat Ibu, jadi jangan atur aku untuk berkata apa yang ingin aku keluarkan dari dalam hatiku." “Oh, jadi kamu dendam sama Ibu begitu, Lisa? Kamu dendam pada orang tua suamimu, Nenek dari anak yang kamu gendong itu, hah!? Kamu dendam sama ibu?" “Iya, memang aku d
Read more
BAB 164. Lemparan maut.
POV Lisa. ***“Lisa, kamu tuh kebiasaan ya, tangan kamu itu dipakai untuk nampar orang istighfar, Lisa!” seru ibu mertuaku“Kenapa Ibu nggak terima aku nampar menantu kesayangan Ibu ini atau Ibu juga kepingin merasakan tanganku?" tanyaku sinis.“Sudahlah aku nggak ada waktu banyak aku harus bawa anakku ke rumah sakit. Sekarang pergi dari sini atau kalian aku pukuli pakai linggis ini biar sekalian is dead!"“Lakukan, lakukan saja, Lisa. Jika kamu berani!" tantang ibu mertuaku.“Benar?” tanyaku memastikan.“Iya, lakukan saja biar kamu kualat!”“Ini sakit banget loh, bisa patah tulang kita. Kalau Ibu sampai patah tulang bisa pakai kursi roda ke mana-mana. Beneran mau aku pukul pakai linggis ini?”“Ibu, enggak usah nantang Teh Lisa, dia lagi kesurupan setan, Bu, yang ada kita rugi. Udahla, ayo, ebih baik kita pergi dari sini! Aku nggak mau Ibu cacat kalau Ibu cacat dan jalan pakai kursi roda siapa yang mau bantu? Aku nggak bisa, Bu. Aku banyak tugas kuliah dan aku harus kerja sedangkan T
Read more
BAB 165. Ketahuan lagi kebusukannya.
POV Lisa.***“Assalamualaikum … Mbak Lisa, ada di sini. Syukurlah ini orang yang tadi menyekap anaknya, Mbak Lisa mau disidang atau gimana mbak. Soalnya dari tadi kami menunggu, Mbak Lisa dan keluarga untuk datang, tapi tidak tidak datang-datang. Akhirnya saya putuskan ke sini," ucap pak RT beliau tergopoh-gopoh menghampiriku, menerjang panasnya matahari demi sampai ke rumahku.“Terserah kalian mau diapain aku serahkan semuanya dan aku percaya dia mendapat hukuman dari Pak RT. Waktu aku ini terbatas jadi bukan tidak mau menghukum mereka yang salah, tapi kalau Pak RT mau lapor polisi tidak apa-apa sekalian nih laporin mertuaku," kataku menakut-nakuti Ibu benar saja beliau langsung terbelalak kaget dan berupaya menyangkal perkataanku, tapi aku yakin beliau bingung mau menyangkal bagaimana.“Baik, Mbak Lisa… saya akan lapor polisi kalau gitu. Mungkin Mbak Lisa juga akan dipanggil sebagai korban, jadi tolong kerjasamanya ya, Mbak," jawab Pak rt.“Tenang aja Pak RT, selagi yang memanggil
Read more
BAB 166. Siapa lagi?
POV Lisa.***“Sebaiknya kita nggak usah bawa Via ke rumah sakit takutnya mertua ku menyusul. Kita bawa ke dokter anak saja nanti kalau ke rumah sakit pasti ngantri. Aku khawatir dengan kondisi Via," kataku.“Iya, Bu yang terbaik aja untuk Non Via," jawab Mbok. Pak sopir lalu putar arah mengantar kami ke dokter spesialis anak yang memang sudah langganan kami.“Oh, ya, Pak tentang uang yang dulu 30 juta dipakai oleh Mas Eko untuk mengurus mobil yang katanya ditipu oleh temannya itu masuk ke dalam laporan keuangan atau tidak ya?" tanyaku. Mustahil akan ketahuan karena kejadiannya sudah beberapa tahun yang lalu, tapi dengan begini aku akan mencatatnya di laporan keuangan lagi sewaktu-waktu diperlukan akan aku tanyakan pada Mas Eko.Demi apa pun aku tidak rela jerih payahku dimakan oleh dia dan para gundiknya. Cukup sudah selama ini aku diam karena tidak tahu setelah aku tahu sepeser pun yang aku miliki tak akan pernah kukembalikan padanya. Biar saja nanti Mas Eko akan merasakan bagaiman
Read more
BAB 167. Jadi pusat perhatian.
POV Lisa. ***“Ya, ampun pasti Ibu lupa sama aku karena penampilanku sekarang, kan? Aku Rini, temannya Ocha, anda mertuanya ‘kan?" jawab perempuan di sebelahku. Entah kenapa ini seperti kejadian yang memang sudah diatur oleh Tuhan. Agar aku tahu lebih jauh tentang Teh Ocha dan juga ibu mertuaku.“Oh, iya, Ibu lupa-lupa ingat. Dulu ‘kan kamu nggak pakai jilbab sekarang pakai jilbab jadi ya Ibu lupa-lupa ingat. Gimana kabar kamu?" tanya ibu kali ini beliau jadi sok ramah sekali padanya Ibu menarik lenganku untuk berdiri sejajar dengannya.“Kabarku baik, alhamdulillah. Ibu ke sini siapa yang sakit? anaknya Ocha atau anak Kakak madunya Ocha?" jawab perempuan ini lagi.Aku sebenarnya tidak terlalu terkejut karena memang sudah mengetahui siapa Ocha sebenarnya hanya saja setiap orang menyebut nama para maduku, hatiku teriris perih dan sakit sekali.“Eh ... kamu ngomong apaan sih, jangan suka ngelantur. Ibu ke sini nemenin menantu kesayangan Ibu Cucu Ibu lagi nggak enak badan dan tadi diba
Read more
BAB 168. Jadi Hamil?
POV Lisa.***“Iya, benar apa yang dikatakan Salsa. Tolong berikan uang Ibu, kami butu makan yang bergizi agar Ibu cepat pulih, Lisa," sahut ibu.“Oke. Baiklah, aku akan kasih kalian uang, tapi tolong kalian jangan seperti ini ditonton orang banyak bisa-bisa kita viral masuk berita memang ibu mau?” kataku pada akhirnya.“Baik, Ibu dan Salsa akan berdiri, tapi kamu janji akan berikan kami uang," kata ibu berusaha meyakinkanku lebih tepatnya memutuskan sesuatu sebelah pihak.“Baiklah. Cepat kalian berdiri. Ini aku ambil uangnya buat kalian, tapi sebelumnya bilang pada mereka yang menonton kita untuk bubar,” jawabku.“Iya, Teh, iya, aku akan suruh mereka pergi, Teh, tapi teteh jangan bohong ya?" Aku hanya menggangguk saja malas sekali rasanya mau berbicara dengan Salsa.Bergegas kuambil uang dari tas. Melihat tindakanku ibu dan juga Salsa langsung berdiri matanya berbinar sudah tidak menangis lagi dan orang-orang yang mengerumuni kami pun pergi satu persatu.“Aku kasih kamu uang Rp200.0
Read more
BAB 169. Mertuaku takut.
POV Lisa. ***“Oh ya, Lisa tadi ibu sudah nelpon orang tuamu katanya mereka akan ke sini lusa."“Ibu yang menyuruh orang tuaku ke sini," jawabku balik bertanya.“Iya, Ibu memberitahu kalau kita kecelakaan. Orang tuamu panik jadi mereka akan ke sini lusa setelah 3 hari kematian pamanmu."“Yah, baguslah kalau orang tuaku akan datang ke sini dengan begitu mereka akan tahu tentang keadaan rumah tanggaku."“Nah, yang akan Ibu sampaikan ke kamu. Pokoknya kamu nggak usah ngomong yang aneh-aneh tentang rumah tangga kamu. Anggap saja semuanya tidak terjadi apa-apa dan baik-baik saja, pokoknya kamu harus layani orang tuamu dengan baik mereka ‘kan ke sini nggak lama jangan buat mereka sedih. Paham, kamu Lisa,” pinta mertuaku. Sudah keduga bakalan panjang urusan.“Paham Bu, paham banget, tapi sayangnya aku nggak mau nurutin omongan Ibu. Kemauan Ibu itu terlalu berlebihan dan hanya menguntungkan Ibu saja. Aku akan katakan yang sebenarnya pada orang tuaku meski tidak kukatakan pun mereka sudah cur
Read more
BAB 170. Pekerjaan baru Salsa.
POV Lisa.***“Oh nggak usah, nggak usah, nggak usah! Biarkan mereka sama Ibu saja udah benar kata kamu setelah Ibu pikir-pikir bahwa mereka ini adalah saudara Ibu, jadi memang sudah kewajiban Ibu untuk menjamu mereka. Ocha ayo ikut ibu!" sahut mertuaku lagi bahkan beliau menarik lengan Teh Ocha mengajak menjauh dari sini.Ah, aku sih, terserah saja mau Ocha dibawa Ibu sekalipun tak mengapa aku tetap akan buka rahasia Ibu dan tentu saja rahasia mereka.Ocha tidak mau ikut, dia berontak lalu mendorong Ibu sekuat tenaga. Ibu terpelanting ke jalan dan mengaduh kesakitan. Akku yakin badan ibu luka-luka.“Astaghfirullahaladzim, Ocha, kamu nggak boleh gitu," teriak ibunya teh Ocha, membela dan membantu mertuaku sedangkan Teh Ocha dipegang oleh bapaknya.“Aduh badanku sakit sekali! Kamu itu gimana, sih! Enggak pernah ngajarin anak kamu untuk sopan santun masa sama orang tua begitu, kan kaliam tahu aku baru saja kecelakaan ini sudah dorong ke jalan. Sakit semua badanku," omel mertuaku sedangk
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status