Semua Bab Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan: Bab 11 - Bab 20
63 Bab
Part 11
"Kamu yakin mau mengundurkan diri secara mendadak gini, Sa?" Denada, selaku atasan Annisa, memastikan apakah keputusan yang diambil perempuan bermata coklat itu sudah dipikirkan matang-matang."Yakin, Bu. Sangat yakin," jawab Annisa tegas."Tapi ini cukup gila lho, Sa. Kamu resign mendadak, nggak bisa dapat surat pengalaman kerja, gaji bulan ini juga di potong, sebanyak kamu hadir aja dibayar. Malah sekarang pertengahan bulan lagi. Apa nggak sebaiknya di tunggu sampai bulan depan aja? Dua minggu lagi lho, padahal? Kalau dihitung hari kerja, juga cuma lima hari lagi.""Iya, Bu. Aku sudah tahu konsekuensi gimana prosedur kalau resign dadakan gini. Dan, aku emang nggak bisa undur, karena udah banyak planning yang mau aku kerjakan, Bu.""Kamu diterima di perusahaan lain?"Annisa menggeleng cepat, disusul sahutan kemudian, "nggak, Bu," jawabnya sekenanya saja."Hmm ... baiklah, kalau memang kamunya sudah bulat tekad dan memikirkan matang-matang saya juga tidak bisa berbuat banyak. Meskipun
Baca selengkapnya
Part 12
"Ras, itu kok kayak mas Ibra, ya?" Dinda menunjuk ke arah pintu masuk, kebetulan posisi Laras membelakangi pintu masuk utama. Dia pun menoleh."Iya, Din."Saat berpapasan jalan, Dinda pun menyapa Ibra."Eh, mas Ibra, apa kabar?" sapanya dengan ramah."Mas," sapa Laras pelan, seulas senyum pun terukir di bibirnya yang tanpa polesan itu."Baik," jawabnya ketus. Bukannya menyapa Laras, dia malah menatap nanar, tersirat benci di gurat wajahnya."Oh, syukurlah. Kita duluan, ya!" Dinda masih bersikap sopan meski dalam dadanya bergemuruh hendak menyerang."Siapa tadi, Ib?" tanya Bryan penasaran kala mereka sedang menunggu pesanan datang."Bukan siapa-siapa, Bry." Ibra menjawab agak ketus seolah mengisyaratkan tak ingin ditanya lebih lanjut."Oh."Seakan paham, benar saja, Bryan tak lagi menanyakan lebih lanjut perihal dua perempuan yang tadi. Sempat menaruh curiga karena tatap Ibra yang tak biasa, akan tetapi liat gurat wajahnya seperti itu, Bryan lebih memilih untuk tidak ikut campur.***L
Baca selengkapnya
Part 13
"Jangan menghalangi apa yang sudah menjadi milikku, Bu!" Senyuman kecut pun dia suguhkan.Tampak Ibra berjalan menghampiri mereka, Liana malah pura-pura mundur seperti di dorong. Dari belakang memang tidak begitu jelas. "Au ... bu, aku salah apa sih? Sampai di dorong seperti ini," celetuk Liana."Bu! Ibu kalau nggak suka sama istri kedua aku, nggak gini juga caranya, Bu." Ibra langsung membentak tanpa bertanya lebih dahulu.Tanpa menggubris lebih lanjut, bu Yani pun bertolak dari sana. dia lebih memilih diam daripada mendengar setiap kata makian yang keluar dari mulut anaknya itu.Melihat Ibra memarahi ibunya, tentu ada kemenangan tersendiri bagi Liana. Berhasil meruntuhkan rumah tangga Laras, sekarang meruntuhkan kasih sayang antara ibu dengan anak. Ini terjadi, dikarenakan bu Yuni lebih memilih Laras ketimbang dirinya."Kamu tidak apa 'kan, Sayang?"Ibra menyentuh pundak Liana juga memeriksa bagian tubuh lainnya. "Tanganku agak ngilu, Mas. Dicengkeram sama ibu kamu. Aku udah ramah
Baca selengkapnya
Part 14
"Setahu aku, belum sampai sekarang, Bu.""Nah, berarti dia selingkuhannya istri kamu. Anak yang dikandung nak Laras, itu anaknya teman lelakinya itu."*"Setelah telponan dengan ibu, aku sempat merenung, dan benar juga kata ibu. Kalau hamil, harusnya kamu yang hamil, bukan Laras. Terus juga kenapa hamilnya malah sekarang, saat semuanya terungkap."'Nah, aku bilang juga apa. Udahlah, Mas. Tinggalin aja. Buat apa lagi kamu pertahankan, lelaki selingkuh biasa. Tapi kalau perempuan? Apalagi sudah punya suami juga anak? Apa nggak malu itu, Mas? Mencoreng nama baik keluarga." Dengan bersemangat Annisa berujar."Nantilah, aku pikirkan lagi soal itu. Aku bertahan juga demi Kinara kok, Sayang. Rasaku pada Laras juga sudah berkurang.***Sesampainya di hotel, Ibra langsung memesan kamar untuk tiga hari dia pikir, Annisa akan berlibur dan cuti hanya tiga hari saja. Annisa pun juga tidak protes.Di dalam kamar pergelutan pun terjadi. Rindu menggebu harus tuntas malam ini. Ganasnya Annisa, membuat
Baca selengkapnya
Part 15
"Iya, Bry. Sorry, aku lupa ngasih tahu kamu. Kalau nggak bawa istriku ke rumah sakit, mungkin hari ini aku tidak akan telat." Ibra memang ahli dalam berkilah, semenjak dirinya menggapai sukses di perusahaan lama.""Oke, semoga ini untuk terakhir kalinya, Ib. Kita memang temanan, tapi aku nggak bisa ngasih toleransi terlalu jauh dalam soal pekerjaan.""Siap, Bry. Aku paham. Sorry.""Sip, hari ini, aku mau kamu temuin beberapa user, silakan nanti mulai promosikan produk yang kamu bawa.""Oke, Bry. Kamu ikut?""Hmm, rencananya begitu, Ib. Hanya saja, aku harus bertemu user yang lain. Nanti aku kasih database user mana aja yang akan kamu temui seharian ini, juga sama jadwal prakteknya.""Oke, sip, Bry."Pukul dua siang, Bryan lebih dulu keluar dari kantor. Memang banyak user dokter juga apoteker yang akan dia temui hari ini. Selain itu, dia juga ingin mengetahui langsung pergerakan produk divisinya, apakah sesuai target atau tidak."Hallo, Ib. Di mana?" "Ni udah di user yang pertama, Bry
Baca selengkapnya
Part 16
"Nggak, cuma nanya gimana kunjungan kemarin? Penyambutan usernya ke kamu gimana? Bagus nggak?""Bagus, Bry. Ramah-ramah mereka. Ya, sedikit banyaknya kemarin aku cerita soal alasan pindah ke sini. Ya, mereka juga prihatin apalagi karir aku di sana bagus. "Oh begitu, awal kunjungan yang bagus ya, berarti, Ib?""Iya, Bry. Alhamdulillah. Semogalah nanti banyak produk kita yang diresepkan. Tawaran promosi jabatan masih berlaku 'kan, Bry?""Oh, jelas masih lah, Ib. Aku nggak pernah ingkar janji, kok. Buktikan aja.""Pasti, Bry. Aku juga tidak mungkin mengecewakan kamu.""Sip. Eh iya, ini daftar user yang akan kamu temu hari ini, Ib." Bryan, menyerahkan selembar kertas HVS."Oh, oke-oke. Kita visit, Bry?" tanya Ibra memastikan."Hari ini sepertinya belum, Ib. Aku masih ada janji dengan user lain."Bryan, memang tidak ingin langsung menyimpulkan apa yang sudah dia temukan kemarin. Kebohongan Ibra memang fatal. Namun, Bryan, ingin memberinya kesempatan sekali lagi."Bry, dari lima dokter yan
Baca selengkapnya
Part 17
"Terlepas dari apa alasan kamu, Ib. Yang jelas aku hanya bisa memberimu pilihan. Jika mau izin tidak kunjungan sore nanti, besoknya kamu cukup bawa surat pengunduran diri. Atau sebaliknya, kamu tetap mengunjungi semua user, dan besok tetap masuk seperti biasa. Bagaimana? Pilihan ada di tangan kamu," ucap Bryan dengan ketegasan. Di ruangan hanya ada mereka berdua, dikarenakan marketing lain sudah duluan terjun ke area."Kamu mau memecat aku, Bry?" Suara Ibra malah meninggi, serasa direndahkan teman sendiri."Ya, dengan terpaksa jika kamu memilih untuk tidak kunjungan, Ib.""Kamu jadi kasar gitu sama teman sendiri, Bry?""Siapa yang kasar, Ib. Di dunia pekerjaan kamu bukanlah anak baru. Tahu pasti jika persoalan ini tidak bisa dicampuradukkan dengan pertemanan.""Oke, lah, aku akan tetap kunjungan. Cukup tahu bagaimana karakter kamu yang sesungguhnya, Bry." Dengan tatapan tak suka Ibra berucap.Dia terpaksa memilih untuk kunjungan, demi suatu hal.Dduuaaarrr ...Suaea ledakan gas dari
Baca selengkapnya
Part 18
"Dennis!" sentak Laras."Ayuk, masuk dulu!""Nggak usah, aku ada perlu, biar sendiri aja. Kamu duluan aja,""Makanya masuk, dulu, Ras!" titahnya lagi tanpa menjelaskan detail.Laras pun mengiyakan dan masuk ke dalam mobil."Kenapa? Kamu kaget?" tanya Dennis sembari mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang."Ya iyalah, tumben lewat sini, Den.""Nggak tumben, kok. Emang tujuannya ke sini jemput kamu. Untung aja nggak telat banget.""Jemput aku? Maksudnya gimana?"**"Den, di mana? Sibuk?" Dinda menelepon Dennis usai menelepon dengan Laras."Sibuk ngantor biasa. Napa?""Hmm ... enggak, bisa cuti mendadak nggak, izin atau apa kek gitu.""Kenapa emang? Lu ada masalah?""Gue sih nggak ada masalah, cuma karena gue nggak bisa nganterin Laras ke pengadilan, itu yang jadi masalah.""Lu sakit?""Iya, meriang dari Subuh tadi. Jadi gimana? Bisa antar? Ini kesempatan lu, Den.""Kesempatan apa sih, Din. Gue nggak ngerti.""Halah ... sok-an lu. Lu pikir gue nggak tahu gimana hati lu ke Laras, Den.
Baca selengkapnya
Part 19
"Dia, Liana tidak akan berhasil menghancurkannya, kalau kamu tidak ikut mendukungnya. Jangan berkilah sekarang, kalau kamu khilaf, ada khilaf bertahun. Hati, hati itu, ketika berbuat salah, saat itu juga sadar kok, hanya pikiran dan na*su kamu yang lebih berkuasa. Jadi, sampai sini paham, Mas.""Bukan aku yang pergi, tapi kamu yang melepaskan, melepaskan aku sejak kamu mengkhianati aku juga Kinara. Simpan permintaan kesempatan kamu itu, Mas. Nikmati hasil pengkhianatan dan pendzoliman yang kamu lakukan selama ini.""Aku bukan perempuan berhati sempurna. Banyak kekurangan, seperti yang pernah kamu ucapkan di malam itu. Masih ingat bukan, bagaimana kamu membanggakan Liana. Ya, aku memang perempuan banyak kekurangan, termasuk kurang untuk memberimu kesempatan, sampai kapanpun!"Laras menyeka air matanya, memejamkan mata sesaat, dan membalikkan tubuhnya.Sesak di dada, kata-kata yang selama ini hanya terangkai dalam benaknya keluar juga, terluapkan tanpa dia menginginkannya.Menerima takd
Baca selengkapnya
Part 20
Ibra tersentak kaget. Merasa tak dihargai, di pikirannya, pasti orang di luar itu sedang bersama istrinya. "Huh, kamu mau bermain-main denganku, Annisa!""Dobrak saja!" seru salah seorang dari lelaki itu."Jangan, kita saja dia keluar."Derap langkah kaki Ibra terdengar jelas menuju pintu utama."Ada apa? Bisa sopan tidak kalau bertamu," serangnya tanpa basa-basi."Wuis, belagak dia." Seorang lelaki tadi pun ikut terbawa emosi. Namun, ditenangkan sama temannya satu lagi."Tenang, kalau dia tidak bisa memenuhi apa yang kita minta baru kita hajar.""Mau apa kalian ke sini, saya tidak banyak waktu untuk berbasa-basi," serang Ibra kembali."Jangan gertak aja yang gede. Bayar hutangmu. Kalau nggak mampu bayar jangan beli! ujar lelaki tanpa rambut, botak licin, saking licinnya, semut bisa bermain seluncuran di kepala lelaki ganas itu."Hutang apa? Kalian datang-datang malah nagih hutang. Saya tidak punya hutang!"Bugh!Sebuah pukulan lumayan keras mendarat di pipi kiri Ibra, membuat diriny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status