Semua Bab Di Atas Ranjang Om Rudy : Bab 41 - Bab 50
66 Bab
Yang kalah oleh waktu
Liany meminta Satria untuk kembali ke rumah saja setelah dari rumah sakit, meskipun hanya semalam saja di hotel mewah hatinya sudah cukup senang. Tentu saja Lilis pun senang mereka pulang sehingga tak harus repot menghapalkan jalan ke kamar mereka di lantai yang semuanya terlihat mirip. Satria yang masih ingin tinggal akhirnya mengalah, kondisi tubuhnya juga terasa sedikit lemah dan rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk istirahat.“Dalam minggu ini kita akan pindah ke rumah baru, jadi bersiaplah,” ujar Satria setelah mereka tiba di rumah. Rangga sudah tertidur pulas di dalam box sementara Lilis sedang beristirahat di kamarnya.“Apa tidak terlalu cepat, Sat?” tanya Liany sambil membuka kancing bajunya, terlihat daster berwarna merah muda yang diletakkannya di bangku meja riasnya, dia akan mengganti bajunya dengan daster motif bunga itu.“Lebih cepat ‘kan lebih baik, Sayang,” jawab Satria lalu mendekap mesra Liany d
Baca selengkapnya
Duka kematian
Myla nyaris terhempas ketika dokter Wilma menyatakan hari dan jam kematian mamanya, lalu dokter sahabat mamanya  menarik selimut Tante Katrin hingga menutup wajah cantik yang tak bernyawa itu lagi. Seakan seperti mimpi buruk Myla menampar-nampar pipinya sendiri agar bisa terbangun, sayangnya ini bukan mimpi, mamanya memang sudah pergi untuk selamanya. Om Rudy berjalan perlahan mendekati jasad istrinya, disibak selimut yang menutupi Tante Katrin, diamatinya wajah yang cantik seakan sedang tertidur.“Kat, kamu kok gak pamit sih mau pergi jauh seperti ini, Sayang? Kenapa kamu gak tunggu aku dan anak-anak kamu ada? Kenapa kamu pergi diam-diam, Kat?” suara parau Om Rudy terdengar sesak. Dokter Wilma membuka kacamatanya dan mengusap air mata yang tak bisa dibendungnya, Tante Katrin bukan hanya pasiennya tetapi sahabatnya untuk berbagi suka dan duka, kehilangannya begitu cepat bukan hal yang bisa diduganya.“Rud, tabahkan hati kamu, ikhlaskan kepergiann
Baca selengkapnya
Move on
 Om Rudy mengurung diri di dalam kamar, dalam dekapannya ada foto Tante Katrin dan dirinya ketika baru saja menikah. Wajah terakhir Tante Katrin yang dilihatnya di rumah sakit mengingatkannya kepada pesona Tante Katrin saat baru menikah dulu. Om Rudy mengenang jika istrinya adalah perempuan yang jarang marah, selalu tersenyum tetapi sangat tegas di kantornya.Dari ruang tengah samar terdengar putrinya tengah berbincang serius dengan pengacara perusahaan mendiang istrinya. Rupanya Tante Katrin sempat menuliskan wasiat jika dia telah membagi perusahaan itu dengan bagian Myla hanya menerima seperempat saham saja selebihnya adalah bagian milik Satria, kakaknya. Myla tak keberatan karena dia sendiri adalah calon tunggal pemilik dari RH Company milik papanya. Pengalihan secara resmi akan segera dilakukan agar perusahaan cepat mendapat ganti pemimpin yang baru.Om Rudy tidak ingin ikut campur urusan perusahaan Tante Katrin dan mempersilakan semuanya berjalan sesu
Baca selengkapnya
Niat terselubung
 Ibu Witri memandangi surat-surat perjanjian bagi hasil bisnis antara mendiang anaknya Adam dengan rekan bisnisnya. Profit yang dihasilkan dari investasi putranya itu sudah menyentuh angka yang cukup besar dan menggiurkan. Jadi selama ini dia tidak mengetahui jika putranya telah berinvestasi pada perkebunan milik salah seorang temannya dan usaha mereka sukses besar. Namun, yang menjadi masalah di surat itu tertulis jika hasilnya hanya akan diberikan kepada istri dan anak Adam saja bukan ibu atau saudarinya. Perempuan paruh baya itu sedang pusing tujuh kelling, Eve putri semata wayangnya kini tengah menghadapi kemelut rumah tangganya. Suami Eve selingkuh dengan alasan Eve mandul tidak bisa memberinya keturunan. Baru menikah setengah tahun tetapi ujian sudah mendera pernikahan putrinya itu. Lalu kini rejeki nomplok sudah di depan mata tetapi bu Witri tidak bisa menikmatinya karena dia harus menemukan dulu cucunya itu dan menjadi walinya agar bisa menikmati ha
Baca selengkapnya
Rencana licik ibu dan anak
Liany baru saja tiba dari kantor bertemu dengan Karinda sekretarisnya yang sedang membantunya untuk mencarikan perguruan tinggi baginya. Sementara Satria menelpon untuk mengabarkan jika dia akan lembur malam ini di Sparkling. Sekotak brownies dari sebuah toko terkenal diletakkannya di atas meja dapur dan mencari Lilis pengasuhnya.“Rangga tidur yaa, Lis? Sini kita makan kue yuuk,” ajak Liany ketika Lilis sedang merapikan perlengkapan Rangga.“Iya, Bu, kayaknya badan Rangga agak hangat deh, Bu,” lapor Lilis pada majikannya. Liany menyentuh dahi Rangga dan memeriksa suhu tubuh putranya.“Mungkin karena efek imunisasi terakhinya kali ya, Lis. Bi Inah mana?” Liany mengecup lembut pipi Rangga, bayi itu sedikit menggeliat.“Bi Inah pulang, mau bersih-bersih dulu katanya, Non Myla dan Tuan Rudy masih lama pulang dari luar negeri.” LIlis membuatkan Liany secangkir teh untuk menemaninya bersantap brownies yang dibeli
Baca selengkapnya
Papa sambung papa andalan
Liany menatap jam dinding, sudah hampir tengah malam ketika dia mendengar suara deru mobil memasuki pekarangan rumah. Suara mobil yang sangat dihapalnya, dia sudah berjam-jam berdiri menggendong Rangga yang tidak ingin diletakkan di boxnya. Liany juga sudah kasihan kepada Lilis yang sudah terlihat sangat lelah mengurus Rangga yang rewel.Pelan-pelan Liany keluar kamar sambil menggendong Rangga yang baru saja tertidur di gendongannya.“Lho kamu kok pulang sih, Sat? Pertemuan kamu sama Bimo gimana?”tanya Liany dengan setengah berbisik. Satria menyimpan tasnya dan menuju wastafel untuk mencuci tangannya.“Kamu pikir aku bisa tenang di sana meninggalkan Rangga yang sedang sakit? Aku gelisah sepanjang jalan dan kepikiran ke rumah terus ternyata anakku lagi sakit,” jawab Satria dengan suara rendah. Dielusnya dengan lembut punggung bayi itu lalu beralih kepada Liany.“Kamu udah kecapean banget, aku ganti baju dulu dan kita gantian j
Baca selengkapnya
Firasat buruk
Sudah beberapa hari kondisi Rangga mulai membaik, demamnya sudah turun, Satria dan Liany beraktifitas seperti semula. Beberapa brosur perguruan tinggi dikirimkan Karinda untuk dipelajari Liany agar bisa sesuai dengan kebutuhan dan waktu Liany yang masih memiliki bayi. Hari ini adalah hari pertama Demian bekerja sebagai CEO di Karisma Developer. Satria benar-benar mempercayakan Karisma di tangan Demian sahabatnya itu.Celotehan Rangga bersama Lilis terdengar dari halaman samping rumah, gadis pengasuh itu sedang mengajak Rangga bermain sambil menyuapinya makanan. Liany sedang menyiapkan jas yang akan dikenakan Satria ke kantor.“Sayang, hari ini ada klien baru Sparkling dan mungkin akan ada pertemuan-pertemuan sampai sore. Aku sedikit pulang terlambat tidak apa-apa, ya?” Satria merengkuh pinggang Liany ketika perempuan itu sedang memasangkan dasi di leher suaminya.“Kenapa harus tanya begitu? Aku tahu Sparkling kian hari kian besar dan banyak kli
Baca selengkapnya
Air yang berubah jadi darah
Eve memandangi secarik kertas yang diberikan Tomy dan Dody kepadanya lalu memandangi kedua orang itu bergantian. Perempuan itu mendengkus kesal ketika mendengar kedua laki-laki di hadapannya tidak lagi menerima tawaran pekerjaan dari Eve.“Saya hanya ingin mengambil keponakan saya, saya ini Tantenya berarti saya gak menculik ‘kan? Jadi preman nanggung amat siih!” cecarnya lagi.“Maaf, Mba Eve, kami ada tawaran pekerjaan lain di luar kota, cari saja orang lain untuk bekerja dengan Mba Eve.” Tomy masih berbaik hati bicara dengan sopan pada Eve yang melipat dada di depannya dengan sikap angkuh.“Masih banyak yang mau kerja denganku, kalian hanya tinggal mengambil dari seorang janda miskin saja tidak bisa, lemah!” Eve menghempaskan sisa uang yang dijanjikannya ke atas meja. Dody ingin sekali membentak Eve tetapi Tomy menahannya dan mengajak mereka berlalu dari hadapan Eve.“Sudah! Jangan diladeni, perempuan itu
Baca selengkapnya
Tamu tak pernah diundang
Hampir sepekan Rangga menghabiskan waktu di rumah sakit, Liany sama sekali tidak pulang ke rumah dan hanya mempercayakan Lilis untuk bolak balik mengambil keperluannya. Kadang Bi Inah juga datang bersamanya untuk mengantarkan makanan pesanan Liany. Bahkan Satria pun turut menginap bersama mereka. Dia hanya pulang untuk mandi, ganti baju dan berangkat ke kantor.Kabar baik pun tiba dari dokter yang merawat Rangga, putra mereka akhirnya diperbolehkan pulang. Kondisinya sudah jauh lebih membaik, semua orang senang dengan kepulangannya itu. Di rumah Bi Inah sudah menyambut mereka dengan aneka masakan. Liany begitu tergesa ingin segera pulang sehingga tidak sempat lagi mengganti bajunya, yang dikenakannya hanya baju kaos biasa dan rok plisket.“Halooo… keponakan Aunty Dora yang ganteeeeng!” seru Dora yang muncul dari pintu kamar perawatan, dia diminta Satria untuk menjemput Rangga karena tiba-tiba ada rapat penting yang harus dihadirinya.“Halo juga Aunty Dora yang cantik, mau jemput Rangg
Baca selengkapnya
Perseteruan sengit
 “Ibu jangan buat keributan di rumah ini yaa! Tiba-tiba saja datang begitu saja untuk mengambil anak Liany, Ibu bisa saya laporkan ke Polisi!” ancam Dora sengit. Apapun yang terjadi Rangga tidak boleh sampai dibawa pergi oleh kedua orang ini.“Heh… tadi kan udah dibilang, jangan ikut campur dengan masalah keluarga kami!” bentak Eve pada Dora. Seketika Dora naik pitam dan mendorong bahu Eve agar menjauh dari sisi ibunya. Kesempatan itu digunakan Lilis untuk merebut Rangga dari tangan Ibu Witri, Eve melawan dan mendorong Dora hingga jatuh terjengkang.“Bawa Rangga masuk ke kamar dan kunci pintunya, Lis!” seru Liany yang menghalangi Ibu Witri yang ingin mengejar Lilis. Sementara Dora juga berusaha keras untuk menghalangi Eve yang ingin merangsek masuk mengejar Lilis.“Keluar kalian di rumah ini! Kelakuan kalian tidak beradab!” seru Dora yang mendorong Eve menuju pintu.“Kami gak akan p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status