Lahat ng Kabanata ng Di Atas Ranjang Om Rudy : Kabanata 31 - Kabanata 40
66 Kabanata
Rahasia, untold story
Sejenak Satria memandangi wajah Liany yang memucat, “Iya, benar, Tante Katrin-mu itu adalah ibu kandungku. Aku anak dari pernikahan pertamanya yang gagal, perempuan yang telah meninggalkanku dengan trauma dan luka hati yang dalam.”Liany tak berkata-kata lagi, dia menyongsong Satria dan memeluknya erat. Sungguh tak diduganya jika cerita kelam masa kecil Satria karena Tante Katrin.“Mengapa Myla sampai tidak tahu kalau kamu abangnya?” tanya Liany setelah melepaskan pelukannya, rasa penasaran dan simpati berbaur jadi satu.“Dia merahasiakan semua masa lalunya termasuk aku, beberapa kali aku menantangnya untuk mengungkap siapa diriku sebenarnya tetapi dia tidak mau. Sampai detik ini aku masih membencinya, Liany.” Ekspresi Satria lebih cenderung terlihat sedih dibandingkan marah atau dendam seperti yang kata benci yang diucapkannya.“Tante Katrin pasti punya alasan tersendiri, cobalah untuk memahaminya,”“Tidak, Lia, kau tidak tahu apa-apa tentang dia, mungkin dia memang kerabat ibumu tet
Magbasa pa
Just A Friend
Tante Katrin memilin jemarinya, sungguh ini kejutan luar biasa yang didengarnya barusan. Dia membayangkan jika Satria Abimana putranya akan menikah dengan seorang gadis dari kalangan terhormat dan menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.“Kamu yakin kalau kamu akan menikahi Liany?” tanya Tante Katrin yang ingin meyakinkan pilihan Satria.“Tentu saja, bukankah itu bagus? Aku bisa menyelamatkan pernikahanmu karena suamimu tengah mengincar janda muda ini. Paling tidak aku bisa menjauhkan Liany dari laki-laki yang mencari kepuasan selain dari istrinya,” jawab Satria telak. Tante Katrin menghela napas paling tidak ucapan Satria ada benarnya. Suaminya akan menjauhi Liany jika perempuan muda itu menikah dengan Satria.“Aku sedang tidak meminta izin darimu, aku hanya ingin memberitahumu, Liany memintaku untuk memberitahukan kabar baik ini kepada ibu kandungku.” Satria menekankan suaranya pada kata ibu kandung. Mata Tante Katrin mengerjap menghalau air yang mulai berkumpul di matanya.“Dan sa
Magbasa pa
Kekasih Lama
“Bagaimana Om tahu aku pulang ke rumah jam segini? Om mau apa?” tanya Liany terheran-heran, rasa kagetnya belum juga pergi. Lelaki itu mendekat dengan tatapan sayu, serindu itu Om Rudy kepadanya.Sesaat Om Rudy memandangi Liany, “Aku melihatmu meninggalkan kantor dan mengikutimu.” Om Rudy menutup pintu rumah hingga rapat.“Aku berusaha untuk melupakanmu, tetapi semakin aku mencoba aku tidak mengenyahkan bayanganmu Liany. Maafkan aku, tetapi aku benar-benar telah jatuh cinta padamu,” Om Rudy mendekat, tangannya terjulur hendak menyentuh LIany.“Ta-tapi Om, Lia tidak bisa bersama Om, Lia jatuh cinta pada pria lain dan kami akan menikah dalam bulan ini,” ujar Liany ketakutan. Samar tercium bau alkohol dari napas Om Rudy, Liany semakin menjaga jarak dari laki-laki itu yang sepertinya sedikit mabuk.“Tolong tinggalkan rumah ini, Om. Lia tidak mau Myla semakin salah paham kepada Lia. Beberapa hari yang lalu Lia juga sudah menjelaskan kepada Tante Katrin kalau Lia tidak ingin merebut Om dari
Magbasa pa
Cemburu buta
Myla sudah beraktifitas seperti biasa, tanpa sepengetahuannya Tante Katrin membawa Om Rudy ke psikiater tempat belasan tahun yang lalu Om Rudy menerima perawatan. Tante Katrin memutuskan untuk menutupi kejadian itu dari putrinya. Dia tidak mau putranya merasa semakin buruk dengan apa yang telah dilakukan papanya pada Liany.Ponsel gadis itu mengeluarkan bunyi denting, sebuah pesan ajakan makan siang bersama Demian baru saja diterimanya. Paling tidak dengan adanya Demian kawan seru Myla bertambah lagi. Demian yang sering memberinya lelucon receh tetapi mampu membuatnya tertawa riang. Sosok yang membuatnya sejenak lupa pada cinta pertamanya, Satria Abimana.[Aku sudah di lobby, aku jemput ke atas ya?] Demian mengirimkan pesan untuk Myla. Gadis itu berpikir sejenak, lalu meminta Demian untuk menunggu di bawah saja. Myla berdalih agar Demian tidak perlu repot-repot naik ke kantornya, dia hanya tetap menjaga jarak. Hatinya masih terpaut pada Satria meskipun pria itu sudah dengan tegas meno
Magbasa pa
Yang mengejar waktu
Tante Katrin basah kuyup tak sadarkan diri di lantai kamar mandi, Om Rudy segera membopongnya ke tempat tidur dan mengeringkannya.“Kat… Katrin, ada apa denganmu, Kat? Bangunlah,” ucap Om Rudy cemas sambil mengeringkan tubuh Tante Katrin dan menggantinya dengan baju kering. Wajah Katrin sangat pucat nyaris seperti mayat.“Katrin, bangunlah, jangan membuatku takut seperti ini,” ujar Om Rudy lagi dengan mendekatkan botol minyak angin ke arah hidung istrinya. Sesaat jemari Tante Katrin bergerak. Om Rudy segera meraih jemari istrinya dan menempelkannya kepada dadanya.“Kat, kamu kenapa?” tanya Om Rudy cemas. Sebelah tangannya membelai kepala Katrin dengan lembut.“Aku … aku hanya kelelahan saja, aku baik-baik saja, tekanan darahku sepertinya menurun,” jawab Tante Katrin dengan pelan. Om Rudy belum bisa menekan kecemasannya, baru kali ini dia melihat istrinya jatuh pingsan, rasa takut kehilangan tiba-tiba muncul dan menguasainya.“Kita ke dokter yaa, Katrin, kita pastikan apa yang terjadi
Magbasa pa
Permintaan maaf
Tante Katrin masih tak sadarkan diri di dalam ruangan perawatan intensif, infus, masker oksigen membuatnya terlihat seperti orang yang sedang sekarat. Myla tak berhenti menangis dari balik jendela perawatan. Om Rudy pun hanya bisa memeluk dan mengusap punggung Myla dengan lembut berulang kali.“Pa, Mama kenapa? Mama selama ini sedang sakit ya? Kenapa Myla gak bisa lihat itu, Pa?” Myla terisak dalam pelukan papanya.“Papa juga gak tau, Myla, Papa minta maaf karena sudah egois dan hanya mementingkan diri Papa sendiri, Papa benar-benar tidak menyadari jika Mama sedang sakit.” Om Rudy menyesali perbuatannya akhir-akhir ini, membiarkan dirinya tenggelam dalam obsesinya pada Liany, putri dari mendiang mantan kekasihnya dulu.Dokter Wilma yang ketika tahu Tante Katrin jatuh pingsan lagi segera datang dan untuk melihat pasiennya itu. Saat di dalam ruangan bersama dokter Wilma Tante Katrin siuman.“Kat, apa keluargamu sudah tahu?” bisik dokter Wilma pada Tante Katrin. Tante Katrin menggeleng l
Magbasa pa
Cinta dan Kebesaran Jiwa
Myla terisak menuju parkiran mobil, perasaannya kacau balau dengan apa yang baru saja diketahuinya itu. Masa lalu mamanya sungguh mengejutkan dirinya, andai saja mamanya bisa berterus terang lebih awal Myla merasa tidak akan meradang seperti ini. Gadis itu tak berhenti merutuki dirinya yang tidak beruntung dalam percintaan. Cinta pertamanya yang membuatnya gelisah dan kasmaran harus berakhir kandas dengan kenyataan yang pahit.Satu rangkulan lembut di bahunya membuatnya sedikit terkejut, papanya sudah mensejajarkan langkah dengannya.“Ayo kita ke suatu tempat karena Papa juga ingin membicarakan hal penting denganmu,” ajak Om Rudy mengarahkan langkah Myla menuju mobilnya. Kali ini mereka tidak memakai sopir, Om Rudy sendiri yang menyetir mobil.Myla masih terdiam setelah berhenti menangis, wajahnya masih tertekuk dan matanya merah dan bengkak.“Kita mau kemana, Pa?” tanya Myla yang melihat jalanan yang tidak biasanya mereka lewati.“Papa mau ke suatu tempat, Papa dan Mama sudah lama ti
Magbasa pa
Lilis Nyasar
Sepasang pengantin baru itu berbaring di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar mereka. Liany masih memakai gaun pengantinnya hanya riasan rambutnya saja yang dilepasnya. Satria pun hanya memakai kemeja sementara jas-nya sudah disampirkannya di bahu kursi. Mereka berpegangan tangan dengan erat, seulas senyum tipis penuh kebahagiaan tersungging dari bibir keduanya.“Aku tidak menyangka kita benar-benar sudah sampai di sini, butuh sekian bulan untuk mengetuk pintu hatimu, Lia. Syukurnya Rangga berpihak padaku dari awal, aaahh … great job my Boy!” seru Satria dengan bahagianya. Liany hanya tertawa kecil mendengar penuturan suaminya.Mereka berbalik bersamaan dan saling berhadapan, Satria menarik tangan Liany dan mengecup punggung jemari Liany dengan lembut.“Terima kasih karena telah menjadi bagian dari hidupku, aku merasa beruntung memilikimu,” ujar Satria masih memandangi wajah Liany.“Terima kasih juga karena kau tak lelah berjuang untukku dan Rangga,” ucap Liany lirih.“Kata
Magbasa pa
Sweet Lovely Night
Liany harus menenangkan Satria setelah lelaki itu mengomeli Lilis berjilid-jilid, gadis itu terlihat ketakutan dan tetapi tidak menghilangkan kepolosannya.“Lilis udah bener Tuan, masuk ke liftnya, pas ada ibu-ibu yang keluar juga dia ajak Lilis ikut keluar lift. Lilis kira itu lantai kamar kita, semua pintunya sama tetapi Lilis gak nemu kamar Lilis. Lilis mau cari liftnya lagi tetapi liftnya udah gak ada. Lilis muter-muter sampai kepala Lilis pusing, Tuan,” sahut Lilis polos. Satria memandang Lilis dengan rasa tidak percaya, syukurnya Rangga baik-baik saja dan tengah tertidur pulas. Satria dan Liany mengantarkan Lilis di lantai kamar mereka.“Ini pintu kamar kamu, ingat saya dan ibu mau istirahat, sekali lagi kamu bikin ulah saya akan pulangkan kamu malam ini juga ke kampung!” ancam Satria galak. Liany mengelus punggung lengan Satria agar tidak membuat Lilis ketakutan lagi.“I-iya Tu-tuan… Lilis gak akan bikin ulah lagi, Lilis akan jaga Den Rangga sebaik mungkin, Lilis janjiii Tuaan,
Magbasa pa
Keluarga Belahan Jiwa
“Kita harus melakukan transfusi darah secepatnya dan golongan darah mamamu AB rhesus negatif, golongan darahmu apa, Myla?” tanya dokter Wilma sebelum dia menghubungi Satria. Stok darah yang dibutuhkan Tante Katrin sedang kosong dan merupakan golongan darah yang cukup sulit ditemukan.“Sayangnya golongan darahku A rhesus postif, Bu Dok, jadi bagaimana dengan mama saya?” Myla mulai terlihat cemas. Dari balik jendela mereka berdua melihat Tante Katrin yang wajahnya sepucat mayat dan Om Rudy yang tengah duduk di samping tempat tidurnya menunggui Tante Katrin. Lelaki itu hanya bisa memegang tangan Tante Katrin yang lemah terkulai dan menciumi punggung tangan itu.“Kalau begitu saya akan menghubungi Satria, mungkin dia bisa menolong mama kamu, dia putranya kan? Mari berharap semoga golongan darah mereka sama dan Satria bisa mendonorkan darahnya untuk mamamu,” jawab dokter Wilma. Dengan lembut dielusnya bahu perempuan muda itu, dokter Wilma pun berpamitan untuk ke ruangannya untuk menelpon S
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status