Lahat ng Kabanata ng Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu : Kabanata 11 - Kabanata 20
122 Kabanata
11. Bingung
Setelah menyiapkan air hangat Aluna kembali ke kamar dan membangunkan sang suami untuk segera bangun. Meskipun biasanya Ardan sangat sulit dibangunkan dan pasti akan terbawa emosi dia tetap membangunkannya. “Mas, bangun sudah jam enam pagi, semua sudah aku siapkan, segeralah mandi dan sarapan pagi juga sudah ada di meja makan,” ucap Aluna tanpa jeda. Tidak ada pergerakan dari Ardan, wanita cantik itu kembali mendekat. Wajahnya sedikit dicondongkan dan menatap wajah tampan itu. “Apakah dia sakit?” gumamnya seraya menempelkan telapak tangannya ke kening Ardan. “Tidak panas, tapi biasanya sudah bangun meskipun dengan omelan. Kenapa ya?” Aluna masih bingung sementara Ardan malah sengaja berpura-pura masih terlelap tidur. Aluna kembali menggoyangkan tubuh Ardan tapi pria tampan itu tidak juga bangun. “Kenapa hari ini sangat sulit dibangunkan sih?” ucapnya sedikit kesal. Masih penasaran Aluna masih berusaha untuk membangunkan sang suami. Namun, dengan sengaja Ardan malah menarik tubu
Magbasa pa
12. Kotak Makan Siang
“Aku yakin tidak salah orang, wanita itu yang ada di tempa kejadian. Dia yang menolong Ardan. Mas, aku takut kalau Aluna sampai mengatakan sesuatu kepada orang lain atau dengan Ardan tamat riwayatku, Mas,” ucapnya dalam ketakutan.“Ayolah Sayang jangan takut seperti , kalau pun memang Aluna memang ingin menindasmu dia tidak akan bisa karena aku sendiri yang akan menyingkirkannya. Seharusnya yang mati adalah Ardan tapi dia seperti kucing saja mempunyai sembilan nyawa. Mungkin kita tidak akan melakukan rencana itu lagi karena sangat berbahaya pastinya mereka sudah lebih berhati-hati, kita akan pakai halus dan aku merasa yakin kalau kamu bisa menikah dengan Ardan,” jelas Om Ardi begitu bernafsu untuk mencumbu tubuh Delia yang begitu seksi. Dengan cepat Ardi menaikkan gairah Delia sehingga dalam hitungan menit saja mereka melakukannya. Napas mereka masih terdengar tersengal-sengal. Delia dengan cepat merapikan pakaiannya yang sudah berantakan akibat ulah Om Ardi. Begitu juga pria paru
Magbasa pa
13. Makan Siang
Di dalam mobil Ardan tampak diam, dia hanya fokus untuk menyetir padahal sedari tadi Delia sudah panjang lebar bercerita tentang kegiatan yang akan menyita waktunya. Ardan masih bergeming dia malas untuk menanggapi semua ocehan Delia, karena entah kenapa semenjak kehadiran Rayhan semut menjadi rumit. Di tambah ucapan Rayhan yang seakan-akan ingin mengambil Aluna dari sisinya. Mobil mewah itu berhenti tepat di sebuah gedung tinggi. Tempat di mana Delia akan bekerja sebagai model. Hari ini jadwal Delia sedikit padat karena banyak pemotretan yang harus dia kerjakan. “Sayang, aku sudah sampai tapi wajahmu sepertinya tidak suka dengan kehadiran aku, apa ada? Apakah kamu tidak mencintaiku lagi?” tanya Delia lembut sembari mengecup pipi Ardan. “Aku enggak apa-apa, turunlah jangan sampai kamu terlambat, nanti siang aku jemput untuk makan siang,” jawab Ardan dan membalas ciuman hangat untuk Delia.Wanita seksi itu pun turun dari mobil dan segera masuk ke gedung. Sedangkan Ardan kini melaju
Magbasa pa
14. Amarah Ardan
“Cepatan Mbok, apa perintah saya kurang jelas?” bentak Ardan terlihat kesal. “Bu—bukan begitu Den cuma aneh saja, permisi Den,” sahut Mbok Asih segera melangkah pergi mencari Aluna. Untung saja dia tahu keberadaan wanita cantik itu dan segera menghampirinya.“Nyonya Lun?” panggil Mbok Asih sedikit nyaring sehingga Luna menoleh. Wanita cantik itu sedang asyik membaca buku agam sebelum masuk waktu Zuhur. Dia pun menutup bukunya dan berusaha menghampiri Mbok Asih yang terlihat berlari kecil menuju ke arahnya.“Jangan panggil Nyonya, kesannya ketuaan Mbok, memang ada apa sih Mbok, kok sepertinya ada yang penting?” tanya Aluna penasaran.“Itu ada Den Ardan pulang, sekarang dia ada di meja makan,” jawab Mbok Asih sambil mengatur napasnya yang terdengar masih tersengal-sengal tapi membuat Aluna heran.“Mas Ardan pulang, kok tumben ini kan jam makan siang bukannya dia bilang mau makan siang bersama Mbak Delia?” tanyanya penasaran.“Nggak tahu Neng, cepatan Neng ke sana dia mau Neng Luna y
Magbasa pa
15. Bertengkar
“Lepaskan aku Mas! Apa yang kamu lakukan?” Aluna semakin berontak ingin terlepas dari pelukan Ardan, tapi pria tampan itu malah semakin mengeratkan pelukannya sehingga membuat Aluna sulit bernapas. Tongkat penyangga kakinya pun terlepas dari tangannya karena berusaha mendorong badan Ardan tapi tetap saja Aluna tidak mampu menggeser tubuh kekar itu.“Kenapa kamu berontak, bukankah kamu ingin aku sentuh walaupun sebenarnya aku sangat jijik denganmu, bahkan aku tidak pernah ingin mempunyai anak darimu. Kamu tahu kenapa karena kamu cacat dan bagaimana jika keturunanku juga cacat sepertimu, penerus generasi keluarga Batara tidak sempurna?” ejek Ardan dengan menyeringai jahat. Seketika wajah Aluna memerah, terlalu sakit untuk di dengar tapi wanita cantik itu berusaha bersikap untuk tidak mengeluarkan air matanya.“Baik, jika kamu memang menganggapku sampah, aku juga sudah tidak peduli lagi! Kamu ingin kita pisah, aku sudah siap tidak perlu menunggu setahun lagi, bahkan kamu sudah terang-t
Magbasa pa
16. Keputusan
“Bagaimana dengan Tuan Ardin, beliau akan merasa sedih dan penyakit jantungnya?” tanya Mbok Asih merasa kasihan.“Aku tahu Mbok makanya kami akan memutuskan berpisah setelah Papa pulang dan merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke dua. Rasanya sudah cukup aku bertahan sedangkan Mas Ardan juga masih mencintai Mbak Delia,” jawab Aluna dengan suara sedikit bergetar.Mbok Asih tidak bisa berkata-kata lagi, antara bahagia dan sedih dengan keputusan yang Aluna ambil. Bahagia karena Aluna bisa mengambil keputusan yang menurutnya tepat dan sedih karena Aluna tidak akan tinggal di rumah itu lagi. ***Ardan kembali ke kantor dengan wajah yang masih terlihat kesal. Untuk menghilangkan pikiran tentang Aluna dia pun kembali bekerja, memeriksa laporan. Ada saja yang terkena amukan Ardan sehingga para karyawan takut dengannya.Dia melempar pulpennya tak menentu, bukannya menghilang tatapi malah semakin mengingatnya. “Ah sial!” rutuk Ardan kesal. Dia semakin mengingat wajah Aluna.Ardan lalu m
Magbasa pa
17. Penasaran
“Halo, maaf Sayang, aku tadi banyak pekerjaan dan sekarang kepalaku pusing jadi aku pulang.”“Sekarang kamu di mana? Di rumah atau apartemenmu?”“Aku sekarang ada di apartemen, kamu ke sini saja, aku tunggu.”“Baiklah Sayang aku langsung ke sana sekalian aku belum makan siang dari tadi nungguin kamu enggak datang-datang.”“Oke, aku akan menebus kesalahanku sesuai dengan keinginanmu, sekarang kamu puas?”“Oke, I love you.”“Iya.”Pria tampan itu sebenarnya malas untuk bertemu tapi dia pun tidak mau berdebat panjang apalagi jika wanita itu mengadu kepada Rini. Lebih baik dia mengalah dan membiarkan keadaannya seperti itu. Ardan sudah berada di depan pintu apartemennya. Setelah membuka pintunya pria tampan itu langsung menghempaskan tubuhnya di sofa empuk sembari memijit-mijit keningnya yang masih terasa pusing.“Ya Tuhan, apa yang terjadi kepadaku? Kenapa semenjak ada Rayhan aku sangat kesal jika dia menatap lain kepada Aluna? Sangat menyebalkan,” gerutunya kesal. Ardan membuka sepatu
Magbasa pa
18. Sikap Tenang Aluna
Rayhan tersenyum kecil saat ponselnya berdering. Foto yang dia unggah ke Story WA dua menit yang lalu dalam posisi Rayhan sedang menikmati makannya di meja makan sudah dilihat oleh Ardan dan tebakannya sangat tepat karena pria tampan itu langsung menghubunginya. Dengan santai Rayhan pun menerima panggilan itu.“Sudah aku duga dia akan panas melihat aku sedang ada di rumahnya,” ucap Rayhan dalam hati sambil tersenyum. “Ya Halo, ada apa Aar”“Ngapain kamu ke rumah?” “Kenapa memangnya? Rumahku kan bersebelahan dengan rumahmu, kan? Ada yang salah?” “Iya aku tahu, tapi kenapa kamu nongkrong di rumahku bukan di rumah kamu sendiri?” “Oh itu, tadi saat pulang kantor enggak sengaja berpapasan dengan Aluna dia mau pergi ke supermarket, nah dia mau jalan kaki ya udah deh aku tawari untuk mengantarnya. Sebagai ucapan terima kasih dia mengundang aku untuk makan. Aku ya enggak keberatan dong, soalnya di rumah juga belum masak, enggak apa-apa kan?” “Apa kamu bilang? Tunggu aku juga mau pulan
Magbasa pa
19. Desakan Bu Rini dan Sari
Wajah Ardan semakin memerah menahan amarah yang sudah ada di ubun-ubun kepalanya, tapi kenapa harus marah bukankah yang dikatakan oleh Rayhan memang benar? Ardan tidak menyukai Aluna dan ingin segera mengakhiri pernikahannya. Wanita yang tidak sempurna bagi Ardan tapi terlihat sempurna di mata Rayhan.Pria tampan itu memutuskan untuk tidur di kamarnya, dia sudah malas pulang ke apartemen miliknya sendiri. Padahal di sana Delia sudah siap menyambut sang kekasih dengan caranya sendiri. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam tetapi Ardan belum bisa menutup matanya, dia masih terniang-niang ucapan Rayhan. Merasa gerah dia pun keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Pria tampan itu pergi ke dapur. Rasa tenggorokan yang terasa kering sehingga dirinya mengambil botol minuman dingin di dalam kulkas, lalu meminumnya. Setelah selesai, Ardan bermaksud untuk pergi ke kamar Aluna, tapi dia terkejut karena pintu kamar istrinya berbunyi. Dengan cepat Ardan bersembunyi di bawah tangga d
Magbasa pa
20. Bertengkar Lagi
Wanita paru baya itu terdiam sesaat lalu menatap lekat wajah putrinya itu. “Jika dia tidak menepati janjinya maka kita harus menyingkirkan dia,” jawab Bu Rini tegas. “Maksud Mama? Dengan melenyapkan dia?” tanya Sari meyakinkan agar tidak salah terka.Bu Rini tersenyum kecil membuat mata Sari melotot. “Aku nggak mau terlibat lebih jauh hanya karena harta warisan Papa kita sampai melakukan hal itu, aku enggak mau ikutan, Ma,” pinta Sari menggelengkan kepalanya dengan cepat.“Sayang, bukan kita yang akan melakukannya tapi kita akan mencari orang lain yang harus kita korbankan, mungkin keluarga kita sendiri atau orang lain? Kamu jangan berpikir macam-macam ini hanya perumpamaan saja dan mudah-mudahan Aluna menepatinya janjinya sehingga kita tidak perlu melakukan hal itu, kan?” jelas Bu Rini panjang lebar. Wanita paru baya itu menyentuh pipi halus Sari dan setelah itu pergi meninggalkan putrinya sendiri. Sari masih berdiri mematung sembari mencerna setiap perkataan ibunya. Dia sangat ta
Magbasa pa
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status