Semua Bab SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN : Bab 41 - Bab 50
176 Bab
Kepergok
Dua tangan Salma tertaut dan saling menekan satu sama lain. Ia berusaha keras mengendalikan perasaannya yang belakangnan memang sulit dikendalikan.Mendengar pengakuan Haris yang mengatakan jatuh cinta pada pandangan pertama, Salma tak yakin soal itu. Karena di saat bertemu, pasti belum ada interaksi antara Inggit dan Haris, yang bisa menjadi media sihir untuk menghubungkan.Atau jangan –jangan bukan karena sihir? Haris bisa jadi memang jatuh cinta pada Inggit, dan semakin tak bisa mnegendalikan keinginannya setelah Pak Karim menempelkan sihir. Salma menghela napas berat. Malang sekali nasibnya, suaminya bisa jatuh cinta pada gadis lain pada pandangan pertama. Bahkan dulu, cinta yang tumbuh antara Salma dan Haris berproses, bukan pada pertemuan pertama.“Ehm, pandangan pertama? Apa Abi yakin?” Salma ingin mendengarkan jawaban lain. Diangkat dua tangan yang sedari tadi dimainkan di pangkuan ke atas meja. Ia ingin tampak lebih tenang.“Mi, Abi ....”“Pasti Abi sangat menikmati tidur den
Baca selengkapnya
OTW Malam Pertama
Haris berada di atas ranjang dengan gelisah. Bukan cuma rasa bersalahnya telah mengintimidasi Salma barusan, tapi juga lebih pada rasa lapar yang dirasakannya sekarang. Pria itu membolak –balik tubuhnya sampai kasur yang ditempatinya terlihat berantakan. “Haisss .... lagian kenapa juga dia membicarakan hal sesensitif itu di saat suaminya makan,” omel pria berusia 39 tahun itu.Kalau sudah begini, mana bisa dia tidur. Perutnya akan sakit, karena sudah menahan lapar sejak siang. Untung saja pagi hari, Hania yang sifatnya bisa dikata dewasa mendekatinya dan meminta Haris makan sebab gadis cantik itu sudah menyiapkan sarapan untuk Abinya itu. “Sekarang bahkan Hania sudah tidak ada. Pada siapa aku minta makan?” Kalau saja tidak memikirkan bagaimana perasaan Salma, pria itu akan memilih ke luar rumah setelah bertengkar dan makan makanan enak di luar rumah. Namun, hal itu akan mempeburuk situasi. Hal itu yang selama ini Haris jaga, saat marah atau Salma yang marah, dia tidak akan meningga
Baca selengkapnya
Hati -hati
[ Kamu kenapa langsung ngibrit pulang? Harusnya nginap saja di sini! ] protes Ibu Inggit, yang kesal karena adiknya pergi begitu saja tanpa bicara apa –apa, selain memintanya untuk pulang dan tidur di rumahnya sendiri.[Ada yang nggak beres Mbak. Duh, ngirim WA ini saja bikin aku merinding.] Wawan membalas pesan itu.[ Apa maksudmu? Bicaralah yang jelas! ][ sepertinya bapaknya Inggit main dukun, Mbak. Bagaimana ini? ] Wawan semakin cemas. Bahkan tanpa kesalahan itu saja posisinya sudah sangat terjepit di antara Ustaz Fawwas dan istri pertama Haris. Jujur dia jadi merasa bersalah, karena kenyataannya Haris nekad menalak Inggit. Hal yang tak mustahil ia lakukan kelak pada Salma ketika hatinya kembali merindukan Inggit.[ Jangan ngawur kamu! ] Ibu Inggit tidak terima. Suaminya mungkin kadang memang bisa licik pada orang lain demi keluarga.Tapi Karim tidak mungkin main pelet dan mencelakakan orang.[ Nanti aku jelaskan ketika kita bertemu, Mbak. Tapi sebaiknya Mbak hati –hati. sholat ja
Baca selengkapnya
Tangisan Inggit
Salma masih membeku di tempatnya. Sama seperti hatinya yang mulai beku dan mati rasa. Kenapa dia tidak berlari dan bertanya ke mana suaminya pergi terburu –buru begitu? Apa iya untuk menemui Ustaz Fawwas? Bukankah seharusnya dia bisa janjian bertemu di Masjid atau setelah mennuikan kewajbannya sholat berjamaah di Masjid?Karena tidak mungkin Ustaz Fawwas akan membiarkannya meninggalkan kewajiban Haris sendiri hanya untuk bertemu dengannya.“Umi.” Suara pelan diikuti usapan di perut Salma membuat wanita berusia kepala tiga itu menoleh.“Agni? Sudah sholat?” tanya Salma pada anak ke duanya tersebut. Agni mengangguk. “Kenapa Mi? Umi sakit, ya? Adek nakal?” tatapan remaja berusia 11 tahun setengah itu turun ke perut Umi yang dipegang.Dia ingat pesan Hania sang kakak, saat mereka hanya bicara serius berduaan, kala kakak sulungnya belum berangkat ke pondok. Mereka kadang kali seperti partner kerja di rumah. Karena hanya Agni yang bisa mendengar kata –kata Hania. Dia adik paling besar, yang
Baca selengkapnya
Semua sudah Selesai
Salma menyempatkan melngintip ponselnya sendiri di sela aktifitasnya di rumah. Aktifitas yang tidak akan pernah ada habisnya untuk dilakukan. Ada senyum di wajahnya, kala melihat balasan dari Umi Ameena untuknya.[ Ohya benar, Unie. Tadi Abinya sudah meminta Pak Haris bertemu. Katanya sih, secepatnya. ][ Dibawa tenang saja, Mi. Banyak –banyak berdoa. Serahkan pada Allah. Dia yang berkuasa atas segala sesuatu. ]Ameena menulis pesan itu bukan tanpa tujuan. Dia juga seorang wanita. Pastinya tahu kalau Salma pasti sudah mengantisipasi sesuatu setelah tahu suaminya menikah lagi. Begitu mengupayakan dan berikhitiar untuk mempertahankan suami demi kebahagiaannya dan anak –anak, satu –satunya hal yang harus dilakukan berikutnya adalah berserah diri.Terserah Allah. Akan membawa ke mana hidup mereka. Toh, manusia hanya menjalani apa yang Allah tetapkan untuk mereka. Jika pun itu terasa pahit, semua akan menjadi penebus dosa –dosa di masa lalu serta pemberat amal pahala kelak jika mereka bers
Baca selengkapnya
Rekaman CCTV
Karim masuk ke rumah Inggit yang sempat ia tinggalkan beberapa jam karena ada Haris di sana. Tampaknya mereka ingin bicara empat mata, yang ke dua orang tuanya tidak boleh tahu.“Inggit!” panggil Karim pada puterinya.“Ya, Pak!” teriak Inggit dari dalam.Semenit menunggu, akhirnya perempuan itu muncul dari kamar dengan pakaian rapi. Karim menatapnya dari atas hingga bawah. Penampilannya jelas berbeda dari saat Haris masih ada di rumah tadi. Pria itu jadi heran, apa yang Inggit rencanakan sebenarnya.“Kamu mau pergi?” tanya pria tua yang kini duduk di kursi. Rasanya lelah ke sana ke mari dan menjelaskan banyak hal pada Haris. Lalu tadi, dia juga harus menemui Willis menjelaskan apa yang terjadi, bahwa pria itu salah lihat.Karim bahkan bicara dengan nada lemah dan sopan, hanya saja seolah mengancam Willis jika macam –macam. Dia juga menceritakan kalau tadi Haris datang dengan marah yang membabi buta.Willis lalu meminta maaf pada pria tua itu, walau entah dalam hatinya. Apa bisa meneri
Baca selengkapnya
Semudah itu
“Oke, biar Abi saja, Mi.” Haris lalu berjalan ke arah Agni, karena merasa lebih kuat dibanding Salma yang sedang hamil.Namun, hal mengejutkan terjadi.“Jangan sentuh aku!” teriakAgni dengan nyala marah di matanya. Ditepis tangan Haris dengan kasar.Haris terkejut, begitu jugadengan Salma. Apa yang terjadi dengan gadis itu? Agni memperlihatkanbetapa dia sangat benci pada Haris. Bahkan didekati saja tidak mau.Untuk sesaat suasana jadi aneh. Agni berusaha mengendalikan emosinya, ia kemudian minta maaf pada Haris.“Maaf, Bi. Agni hanya risih saja kalau Abi yang memapah dan memegangi tubuh Agni. Em, Agni sudah gede ....” Gadis kecil itu menyahut pelan, seolah –olah telah menyesal karena bersikap kasar pada orang tuanya.“Ah, ya sudah sama Umi saja.” Salma tidak berpikir panjang dan membawa Agni ke kamarnya.Saat ke duanya sudah bergerak menjauh, Haris tiba –tiba memanggil Salma.“Mi!”Salma berhenti sejenak, begitu juga Agni. “Ya?” wanita itu pun menoleh.“Ehm, kita bicara sekarang ya
Baca selengkapnya
Tidak Bisa Menahannya lagi
“Ya. Umi pasti lelah.” Kini langkahnya mendekat pada Salma dan memeluknya dari belakang.“Ya.” Sakma menjawab datar. Meski sedikit terkejut sang suami serapat ini.“Kalau begitu, Abi akan memijat Umi pakai minyak zaitun.” Pria itu melepaskan pelukan. Lalu membuka resleting daster yang Salma kenakan.Istrinya itu hanya perlu melupakan yang terjadi, dan mereka akan menjalani rumah tangga seperti dulu lagi. Dengan begitu semua akan tetap baik –baik saja.Salma memejamkan mata. Menikmati setiap hal yang Haris lakukan sebagai seorang suami. Merasakan sentuhan demi sentuhan yang memang hangat dan getaran dalam hatinya tidak seperti dulu, sebelum ia mengetahui suaminya sudah tidur dengan wanita lain selama enam bulan lamanya.Wanita itu tak tahu apa menyerah dengan mudah seperti ini benar? Tapi menolak keinginan suaminya juga tidak benar setelah memutuskan untuk memaafkannya, dan kembali pada kewajiban sebagai seorang istri. Wanita itu berbalik, dan mendapati senyuman Haris yang menatapnya d
Baca selengkapnya
Hati Inggit
Inggit mendengkus ketika mobil yang mereka kendarai akhirnya parkir di halaman rumah minimalis. Albi ke luar, menutup pintu pagar. Tidak menerima tamu siapa pun yang datang, bahkan jika itu Pak Jokowi.Dengan malas, perempuan itu akhirnya ke luar dari mobil. Menutup pintunya dan bersandar di sana sambil memperhatikan apa yang Albi lakukan sekarang. Meski sudah terkurung seperti ini, setidaknya rasa takutnya tidak sebesar ketika berada bersama Mbah Wono semalam.“Kamu sangat bersemangat, Al.” Inggit menyilang tangan di dada.Albi mendekat. Mengunci tubuh wanita itu. Memandangi wajah cantik Inggit. Wanita yang juga dia anggap miliknya.“Kamu mencintaiku bukan?” tanya Albi. Kelopak matanya berkedip –kedip menunggu jawaban dari Inggit. Melihat wajah tampan itu begitu dekat dengannya, memancing emosi Inggit untuk mengakui bahwa dia menyukai pria itu. Kalau tidak, mana mungkin dia membiarkan Albi menyentuhnya?Inggit mengangguk pelan. Pria itu tersenyum simpul, sebelum akhirnya mendaratka
Baca selengkapnya
Rumah Kosong
Albi kesal, sudah dua hari, menghubungi nomor Inggit tidak juga diangkat. Dia bahkan sampai nekad semalam, menerobos masuk ke rumah itu. Namun, tidak menemukan siapa pun. Sepertinya Inggit benar –benar menghindarinya, dengan tidur di rumah orang tuanya.Pemuda itu mana berani nekad ke sana? Bisa –bisa dia dilaporkan keamanan, atau paling parah dikirim santet. Albi bergidik membayangkan betapa Bapak Inggit sangat berambisi ketika menginginkan sesuatu.Kekesalannya sekarang, membuatnya ingat kejadian dua hari lalu, di rumahnya. Inggit serius ketika mengatakan jangan menghubunginya. “Heh, hanya karena kondom!”“Kamu sudah mau pergi?” tanya Albi pada Inggit yang sibuk mengenakan pakaiannya. Hari itu Albi menegur Inggit. Padahal mereka baru saja selesai melakukan sesuatu. Dia bahkan juga memuaskan wanita itu.Inggit belum menjawab. Matanya kemudian tak sengaja melihat dompet yang menyembul di kantong celana Albi. Celana itu tergeletak persis di depannya duduk di sisi ranjang menghadap lant
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status