Semua Bab MANTAN YANG INGIN KEMBALI SETELAH MELIHATKU SUKSES: Bab 21 - Bab 30
33 Bab
BAB. XXI KEMBAR?
Tepat pukul lima sore panitia segera membubarkan acara. Aku dan Bang Zul kemudian dibawa menggunakan mobil Mas Adjie ke hotel yang telah disediakan oleh pihak wedding organizer. Sepanjang perjalanan menuju hotel aku sama sekali tak mampu untuk fokus, fikiranku terbang melayang pada gawaiku dan video yang dikirim oleh Faisal yang sungguh membuatku penasaran. “Kamu kenapa, Dek? Dari tadi abang perhatikan melamun dan gelisah? Ada masalah yang mengganjal di hati?” Bang Zul meremas jemariku untuk menyadarkanku dari lamunan. “Ah..anuu… eeh… Gak ada kok, Bang. Cuma tadi HP Rania tinggal di rumah.” Ujarku berusaha jujur. “Kalau begitu kita pulang dulu saja, ambil HP baru ke hotel.” Usulnya. “Bang Zul gak apa – apa kalo harus muter – muter lagi.” Aku bertanya sungkan. Khawatir dia terlalu lelah dan ingin segera istirahat. “ Gak apa – apa kok. Pak, Kita Balik ke rumah dulu yah, Baru habis itu kita ke hotel.” Titahnya ke
Baca selengkapnya
BAB. 22 FAKTA MASA LALU I
POV Penulis Rania tergugu menatap Gawai yang berada di tangannya. Tubuhnya bergetar, Wanita yang sedang menawarkan diri itu begitu mirip dengan dirinya. Nyaris tak ada perbedaan apapun dengannya. Mereka ibarat pinang yang dibelah dua. Zul yang sedari tadi memperhatikan gelagat istrinya mengerutkan kening. Demi melihat Rania yang gemetar dan beristighfar berulang – ulang Zul segera mendekati Rania. “Dek, Kamu kenapa? Kamu gak apa – apa? Ada masalah apa, Dek? Zul bertanya dengan penuh khawatir. Rania tak menjawab, dia menyodorkan gawainya kepada Zul agar zul melihat sendiri. Zul yang melihat video dan gambar – gambar yang dikirimkan oleh Faisal terhenyak. Wanita di dalam video dan gambar itu sangat mirip dengan istrinya, Rania. Wanita yang berpenampilan sangat seronok dengan busana kurang bahan di foto dan video itu seperti fotokopi Rania. “Astaghfirullah, Apa kamu memiliki Saudari kembar, Dek? Wanita ini sangat mirip denganmu, tapi aku tahu dia bukan kamu.” Zul mengusap lengan Ran
Baca selengkapnya
BAB.23 FAKTA MASA LALU 2
24 Tahun yang Lalu Hari belum lagi sore, jarum jam baru menunjukkan pukul empat tepat, namun Mentari telah lama bersembunyi dibalik lebatnya awan hitam. Sesekali kilatan cahaya putih menyilaukan saling menyambar di antara lebatnya awan lalu disusul suara pekikan guruh memecah keheningan mengejutkan semesta dengan gelegar suara yang memekakkan telinga. Di sebuah kontrakan kayu di daerah pahoman, Bandar Lampung, sesosok Wanita dengan perut membuncit amat besar tengah menutup jendela kecil yang menjadi satu – satunya tempat udara bertukar. Kecemasan membayang di wajahnya yang ayu. Suami yang menjadi sandaran hati belum jua kembali dari menyingsong nafkah untuk keluarga kecil mereka.Suasana rumah petak itu sontak berubah menjadi temaram karena satu – satunya sumber cahaya telah ditutup. Dengan Langkah tertatih membawa perut yang telah memasuki bulannya, Sumirah menekan saklar lampu. Seketika lampu kuning delapan watt berpendar memberikan pengelihatan yang sedi
Baca selengkapnya
BAB. 24 FAKTA MASA LALU 3
“Apa kabar, Mas Handoko?” Wanita yang mengenakan blus warna biru neon dan celan kulot putih itu mengulas senyum mengulurkan tangan. “Laila, kok kamu di sini, Dek? Mana suamimu? Handoko menyambut uluran tangan Wanita yang bernama Laila tersebut. “Mas Parman lagi di ruang obgyn. Kami baru habis memeriksakan diri.” Wanita itu berjalan kea rah kursi lalu menghempaskan bokongnya di sana. Handoko mengikuti Laila dan duduk disebelahnya. “Kalian ada yang sakit?” tanyanya hati – hati. “Kami sedang berusaha untuk program memiliki anak. Namun sudah dua tahun berjalan belum juga menunjukkan hasil.” Keluh Laila dengan wajah memelas. “Tadinya Laila mau ikut program bayi tabung. Tapi Mas Parman keberatan. Dia malah minta Laila adopsi anak saja. Masalahnya, anak yang sudah kami rawat dari dalam Rahim ibunya Ketika lahir malah gak boleh kami ambil. Padahal Mas Parman sudah berharap banyak sekali.” Mata yang tadinya riang itu mulai meneteskan butiran bening yang segera diseka olehnya dengan terges
Baca selengkapnya
BAB. 25 KEGILAAN NUR
Adzan Maghrib tengah berkumandang menyeru umat untuk bersujud pada Sang Pencipta saat Zul dan Rania tiba di hotel. Tubuh dan fikiran yang penat membuat mereka hanya terdiam tanpa suara, masing – masing sibuk dengan fikirannya sendiri - sendiri. Zul menggandeng lengan Rania menuju kamar, dia menatap wajah cantik istrinya yang nampak begitu kusut dan lelah. Sesampai di dalam kamar Zul segera menyambar handuk dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menunaikan ibadah sholat maghrib. Sementara Rania terbaring lesu dengan mata menerawang menatap langit – langit kamar.Setelah selesai sholat, zul menelpon layanan kamar dan memesan makan malam untuk mereka berdua lalu mendatangi istrinya yang tengah memejamkan mata. Zul membangunkan istrinya dengan mengecup pucuk kepalanya. Mata yang di aungi bulu mata yang legam dan menggeliat ke atas itu mengerjap terbuka. Segaris senyum terulas di bibir ranumnya demi melihat suaminya berada begitu dekat dengan wajahnya.“Sholat dulu, Dek. Habis itu
Baca selengkapnya
BAB. 26 KEGILAAN NUR 2
Zul dan Nur terhenyak, bersamaan mereka segera menoleh ke asal suara. Sesosok bayangan pria pendek dengan perut menggembung seperti ikan mas koki yang kekenyangan makan melangkah tergesa ke dalam rumah Zul. “Bang, Arman?” Desis Nur dengan wajah penuh kebencian. “Bang , ini tidak seperti yang Abang Fikirkan. Tolong jangan salah faham dulu. Saya sama sekali tak pernah menggoda Nur. Sejak bercerai, saya tak pernah ada hubungan apa pun lagi dengan Nur.” Zul berusaha menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Sementara Nur hanya diam, namun bara yang menyala di matanya cukup memperlihatkan apa yang tersimpan di dalam hatinya. “Saya tahu, Saya tahu kamu sudah tak ada hubungan apa – apa lagi dengan istriku. Hanya saja istriku terlalu gatal ingin kembali padamu padahal sejatinya statusnya masih sah sebagai istriku.” Ujar Arman dengan wajah meradang. Zul semakin salah tingkah dibuatnya. “Abang mau apa lagi kemari. Bukankah Nur sudah bilang kalau Nur sudah tak mau lagi menjadi istri abang!” Ujar
Baca selengkapnya
BAB.27 SYIRIK
Suara orang mengaji di mushola kecil yang jaraknya hanya lima puluh meter dari rumah Zul membangunkannya dari alam mimpi. Bergegas dia mandi dan berwudhu khawatir akan tertinggal sholat berjamaah. Sudah beberapa hari ini dia tak sholat tahajud seperti biasanya karena terlalu lelah. Hari ini pun sama, ada rasa sesal yang membuncah dalam hatinya karena telah kehilangan waktu berharga untuk bercerita kepada Sang Pemberi Rahmat. Zul melangkah tergesa menuju musholah. Sebentar lagi adzan subuh akan dikumandangkan. Dia mempercepat Langkah. Tak lama setelah Zul tiba di mushola, Pak de Darkum mengumandangkan Adzan dengan suaranya yang merdu dan menyejukkan telinga. “Weeh, manten anyar. Gak ngundang – ngundang lagi.” Goda Pak de darkum setelah kami selesai sholat dan imam menutup doa. “Iya, dadakan pakde. Maaf yah.” Zul menjawab malu. “Gak apa – apa. Barkallah fi umrik yo. Semoga ini jadi pernikahan terakhirmu.” “Amiiiin
Baca selengkapnya
BAB. 28 KEGILAAN NUR 3
Setelah selesai sarapan, Zul memeriksa pembukuan yang dibuat Rapi oleh Adit. Tak lama kemudian Mereka telah terlibat dalam diskusi yang membahas tentang masalah warung, dan omset yang di dapat setelah beberapa hari ditinggalkan Zul. “Alhamdulillah, Omset kita naik ya, Dit. Bisa nih buat naikin gaji karyawan.” Zul menatap pembukuan yang dibuat Adit dengan amat sangat rapi. “Menurutku nanti dulu naikin gaji karyawannya, tunggu tahun depan aja. Saat ini fokus kita balikin modal abang aja dulu. Setelah itu baru fokus ke kesejahteraan karyawan.” Usul Adit. Zul manggut – manggut. Tepat Jam Sembilan, Zul dan Adit menyudahi pembahasan mereka tentang pendapatan warung beberapa hari ini, Adit lalu pamit untuk ke pasar berbelanja stok warung untuk berdagang sore ini. Sementara Zul memutuskan untuk pergi meninjau keadaan warung dan karyawan yang telah dia tinggalkan selama beberapa hari ini. Zul segera memeriksa gawainya. Dia lupa kalau semalam hendak menelpon Rania istrinya. Pagi ini karena t
Baca selengkapnya
BAB. 29 CAKE PANDAN MEMBAWA PETAKA
Rania tertegun di ambang pintu, netranya menangkap bayangan suaminya yang tengah didekap erat seorang wanita yang dia tak tahu itu siapa. Pemandangan yang sama sekali tak ingin dilihatnya. Jadi ini rupanya penyebab suaminya tak mengangkat telepon darinya dan membalas pesannya di applikasi hijau hingga akhirnya dia memutuskan untuk memesan ojek online untuk sampai ke kediaman suaminya. Zul menghampiri istrinya, sebelah tangannya meraih koper yang tengah dipegang Rania, sebelah lagi merangkul Rania ke dalam dekapannya. “Siapa dia?” Tanya Rania dingin, netranya tak lekang menatap Nur yang kini tersenyum sinis padanya. “Dia mantan istri Abang, Dek. Tolong jangan salah faham dulu. Semua tidak seperti yang Adek lihat.” Zul sungguh takt ahu bagaimana cara meyakinkan Rania bahwa ini bukan salahnya. “Kenapa dia kemari?” Netranya masih menatap tajam ke arah Nur yang saat ini mendekati mereka. “Jadi ini istri baru, Abang?” Nur
Baca selengkapnya
BAB. 30 KESURUPAN
“Gimana ini, Bang? Kenapa Asep jadi begini?” Adit kebingungan bercampur takut melihat mata Asep yang tiba – tiba melotot dengan mulut yang meracau menggunakan Bahasa yang tidak mereka fahami. “Duniaku ada tiga warna… DUNNIIAAA KUUU AADDAAA TTIIIGAA WARNA… Hihihihihihi…” Ceracau Asep dengan Mata menyalak garang lalu menoleh ke Zul dengan seringai seramnya. “Aku juga gak tau ini, Dit. Coba kamu panggil Pak De Darkum aja. Suruh si Memet jemput beliau. Bawa Asep ke dalam kamar, Jangan sampe ganggu pembeli yang lagi makan.” Titah Zul yang sedang cemas bercampur takut melihat netra Asep yang terus menerus menatapnya dengan seringai yang membuat bulu kuduk berdiri. Tiba – tiba Asep terjatuh dan menggelepar di lantai, mulutnya mengeluarkan suara ngorok dari tenggorokan yang mengerikan seperti orang yang sedang mereggang nyawa. Mulutnya mengeluarkan busa air liur yang kemerahan karena bercampur darah. “Cepat angkat ke dalam.” Zul memerint
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status