All Chapters of Pelukis Buta Milik Sang CEO: Chapter 51 - Chapter 60
122 Chapters
51. Kalung untuk siapa?
Benar sekali apa kata Embun, Mas, kamu hanya iba padaku.Tubuh Zaara rubuh ke tanah seketika. Hatinya hancur berkeping-keping. Dia sudah terlanjur kecewa pada Haikal yang memberikannya perhatian lebih sehingga membuatnya salah paham.Zaara pulang dengan memikul kesedihan. Selain kecewa pada Haikal, dia juga kecewa pada dirinya sendiri mengapa begitu mudah tersentuh hanya gegara perhatian. Haikal mungkin sama seperti Ray Adrian mantan tunangannya, sama-sama playboy.Dari kejauhan seorang gadis tengah menopang dagunya dengan salah satu tangannya. Dia tersenyum puas sebab telah berhasil membuat Zaara tertekan. Zaara harus tahu posisinya di mana. Begitulah isi pikiran gadis itu, Safira Nasution.Kenyataannya Haikal telah memutuskannya. Namun dia tak terima jika salah satu penyebab hubungannya berakhir adalah karena hadirnya orang ke tiga. Yang lebih memalukan ialah saingannya seorang gadis difabel miskin.*** Zul memasuki ruangan Haikal dan duduk di kursinya. Terlihat Haikal sudah masuk
Read more
52. Rindu yang menyiksa
Awas, kalau kamu benar-benar mencampakkanku gegara gadis buta sialan itu.Safira bersenandika.Selama ini Safira merasa Haikal hanya memujanya sehingga dia tak pernah merasa khawatir Haikal akan berpaling darinya ataupun cemburu. Baru kali ini Safira merasa terancam karena kehadiran gadis lain yang mampu menggetarkan hati Haikal yang begitu dingin dan kaku. Zaara pasti bukan gadis biasa, pikirnya.Safira berusaha tidak reaksioner tetapi lebih memilih bermain cantik.[Tentu saja, dia selalu memberi kejutan yang manis padaku meskipun terlihat dari luar dingin. Ah, kamu pasti iri punya pacar seperti Masku,]Safira menjawab pesan temannya dengan kesal.Safira sendiri tidak tahu untuk siapa Haikal membeli perhiasan.Dengan nekad, Safira menelusuri toko perhiasan yang dikunjungi Haikal. Kebetulan temannya juga mengirim foto Haikal dan dalam foto itu tertangkap nama toko dalam neon box raksasa bertuliskan Diamond Luxury. Co. Toko perhiasan tersebut adalah salah satu toko perhiasan yang terke
Read more
53. Dilamar
Zaara bukan seorang gadis yang pantang menyerah. Dia seorang yang keras kepala. Tak mungkin dia membawa barang dagangannya kembali ke rumah. Nanti Fatimah mencercanya dengan segudang tanya dan ujung-ujungnya takkan memperbolehkan Zaara beraktifitas di luar karena kekhawatirannya. Bukan karena dagangannya tidak laku tetapi lebih pada khawatir terjadi apa-apa pada Zaara.“Neng Zaara, syukurlah ketemu di sini,” seru seorang wanita yang tiba-tiba menghampirinya. Wanita gemuk yang berwajah putih bersih tersebut terlihat berseri-seri bisa menemukan Zaara, gadis penjual bunga. Dia sudah mencari kemana-mana penjual bunga yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.Zaara menajamkan pendengarannya, menengok ke sumber suara. “Bu Asih ya?”Asih tersenyum menatap Zaara. “Benar, Neng. Beruntung bertemu di sini, sudah beberapa hari Ibu cari tukang bunga di sekitar sini tetapi tidak ada. Katanya tidak boleh jualan di sini. Kok tiba-tiba ya? Padahal di sini sudah terbiasa orang jualan bunga. Kalau di
Read more
54. Menghindar
Zaara menghentikan langkahnya tetapi tidak berani menoleh ke belakang. Ray berlari menghampiri Zaara. Semenjak kejadian waktu setahun silam, untuk pertama kalinya Ray melihat Zaara. Meskipun dia selingkuh dan memilih kekasih barunya tetapi dalam hati kecilnya dia merasa masih ada rasa sayang yang tersisa, apalagi saat melihatnya. Zaara tentu lebih cantik daripada kekasihnya yang sekarang.“Zaara, apa kamu tidak mendengarku? Aku Ray, kekasihmu,”Ray mendekati Zaara dan hendak menarik ke dua tangannya untuk direngkuhnya. Namun Zaara segera menepisnya.Baik Zaara dan Ray tidak tahu jika di belakang mereka ada Haikal yang juga turun dari kendaraannya saat mendapati Zaara berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Haikal berada di belakang Ray. Mereka baru saja melihat gedung baru milik PT Mahardika Mine Corp.Haikal ingin sekali menghampiri Zaara dan mengatakan padanya bahwa dia merindukannya. Namun sebisa mungkin dia menahannya sebab ada Ray bersamanya. Pertanyaannya adalah siapa Ray? Apa
Read more
55. Mengejar cinta
Zaara merasa rikuh karena insiden singkat saat jatuh ke tubuh Haikal. Dia segera menetralkan perasaannya. Terlihat dia menarik nafas dalam sembari membetulkan pasminanya.“Maaf aku sibuk, Mas,”Zaara menjawab pertanyaan Haikal secukupnya. Sisi baik Zaara memperingatinya bahwa dia tak harus marah padanya sebab Haikal sendiri tidak pernah mengatakan rasa cinta padanya. Yang keliru dia terbawa perasaan karena perhatiannya yang dirasa berlebih. Kenapa dia harus marah.Zaara turun ke bahu jalan di mana bunga-bunganya berjatuhan. Dia celingukan dan mengayunkan tongkatnya untuk memungut bunga yang masih utuh.Astaga, keras kepala sekali. Apa dia ingin segera mati. Bunga sepertinya lebih berharga dari nyawanya.Haikal bergumam.Haikal turun ke jalan untuk membantu Zaara memungut bunga yang tercecer tanpa sepatah kata. Lalu dia menarik kasar keranjang dari tangan Zaara sebab merasa gemas melihat Zaara kesulitan melakukannya sendiri.Zaara terlihat memberengut. “Aku bisa lakukan sendiri,”“Dia
Read more
56. Permintaan Safira
Wahai hati kondisikan! Aduh, kenapa jantungku berdebar kencang sekali…Zaara berusaha menetralkan perasaannya pada Haikal. Dia bahagia bisa bertemu dengannya tetapi kesal mengingat sikapnya.Dia berhasil meninggalkannya dengan bergegas pergi mengunjungi rumah neneknya Embun yang sebenarnya terletak tak jauh dari jalan setapak. Dia ingin berbagi rezeki yang diperoleh hari ini.“Assalamualaikum!” seru Zaara dengan mengetuk pintu berbahan mahoni tua yang sudah dimakan rayap.“Waalaikumsalam warahmatullah,” sahut seseorang dari dalam rumah. Seorang wanita berwarna rambut kinantan keluar menyambut kedatangan Zaara.“Enin bagaimana kabarmu?” tanya Zaara mendekati wanita itu dan berusaha meraih tangannya untuk dikecupnya.“Saya buka Enin, Neng. Saya Uwanya Embun, Uwa Nia.”“Oh, maaf, aku kira Enin.”Zaara salah tingkah. Pantas saja suaranya berbeda.“Tidak apa-apa,” katanya dengan tersenyum hangat. “Mari masuk!” “Oh ya aku Zaara temannya Embun, Uwa.”Zaara memperkenalkan diri pada Uwa Nia.
Read more
57. Haidar
“Maaf mengganggu, sudah saatnya cairan infus Mbak Safira diganti,”Seorang perawat datang menyelamatkan Haikal dari situasi pelik di mana Safira mengajukan pertanyaan yang rumit padanya.Dengan cepat dan lihai perawat perempuan muda tersebut sudah selesai mengganti cairan infus.“Mbak, jika cairan infusan ini sudah habis boleh pulang,” serunya dengan tersenyum lebar pada Safira bergantian pada Haikal. “Permisi ya Mbak dan Mas!” Baik Safira maupun Haikal sama-sama diam, terjebak dalam pikiran masing-masing.“Syukurlah kamu sudah baikkan. Sekarang kamu relaks dan tak usah berpikir yang berat-berat. Aku sangat sibuk tapi aku akan pulang setelah memastikan kamu mau makan,” ucap Haikal bernada lembut. Sekeras-kerasnya sikap dirinya, hanya pada Safira dia bersikap lembut. Dan, lagi, pernyataan Haikal keluar dari topik pembicaraan. Safira hanya ingin membahas soal hubungan mereka.Safira tetap bungkam. Kini bahkan dia tidak merespon sama sekali. Hanya cairan hangat yang mengalir deras di k
Read more
58. Malaikat penolong
***Terlihat seorang dokter keluar dari ruangan ICU dan langsung menghampiri Embun yang tengah duduk berdua bersama Zaara di kursi tunggu yang terletak kurang lebih lima meter dari ruangan tersebut.“Keluarga Bu Nurasiah?” tanya sang dokter pada Embun lalu mendelik ke arah Zaara sebentar.“Iya, Dok, bagaimana sekarang kabar nenek saya?” tanya Embun dipenuhi rasa ingin tahu yang tinggi.“Bu Nurasiah sudah sadar dan memanggil nama Embun,” ucap sang dokter dengan sumringah, merasa ikut bahagia melihat kondisi pasiennya yang membaik.“Alhamdulillah,” ucap Embun dan Zaara saling pandang. Bahkan, Embun menangis saking bahagia.“Saya Embun, cucunya …” ucap Embun dengan begitu antusias.“Sekarang Bu Nurasiah sudah sadar. Kami sedang melakukan observasi. Dia harus melakukan serangkaian pemeriksaan. Untuk saat ini dia akan dipindahkan ke ruang intensif. Silahkan selesaikan administrasi terlebih dahulu,” papar sang dokter dengan begitu tenang. “Baik, Dok,”Embun mengangguk. Yang terpenting bag
Read more
59. Rival sesungguhnya
Zaara gegas pergi ke mushola untuk melaksanakan shalat ashar. Dia berucap syukur dan berdoa untuk kesembuhan Enin. Adapun Embun lebih dulu selesai shalat dan menunggui Enin.Saat Zaara memakai kembali sepatunya, dia nyaris jatuh tetiba Embun menghambur memeluknya dari belakang. Rupanya dia kembali ke mushola mencarinya.“Zaara makasih banget … ya Allah kamu sudah menolong Enin sampai bayarin biaya pengobatannya. Aku tak tahu harus berkata apa,” katanya dengan kegirangan sehingga orang yang melihat seperti tengah tertawa termasuk Haikal yang berada tak jauh dari sana.“Iya … iya …” sahut Zaara merenggangkan pelukannya sebab Zaara merasa pengap.“Maaf, aku saking bahagia …” seloroh Embun yang tak pandai menyembunyikan perasaan harunya.Beberapa detik Zaara tercenung dan baru sadar jika Embun seharusnya tidak berterima kasih padanya. Yang membayar biaya pengobatan Enin bukan dirinya tetap orang lain.“Embun … sebenarnya yang membayar--”Kata-kata Zaara terputus kala seseorang ikut masuk
Read more
60. Teman curhat
Beberapa orang menoleh pada sumber suara tong sampah berbahan besi yang terpental hingga menghantam pilar dinding rumah sakit. Mereka terkejut dengan aksi gila Haikal Harun yang mengidap temperamen akut. Haidar yang berada di sana juga tak luput mendengar suara berisik tersebut. Dia berjengit kaget seraya menoleh pada sumber suara.“Mas Haidar, ada apa? Kok berisik banget sih …” seru Zaara dengan melangkahkan kakinya ke arah yang sama.Haidar menganga melihat sosok menjulang--yang tak lain sang kakak tercinta adalah tersangka utamanya. Dia penasaran apa yang sedang dilakukan oleh sang kakak hingga membuat rusuh di tempat yang tak seharusnya. Dia terlihat ditegur oleh pegawai rumah sakit karena insiden tersebut nyaris mencelakai pasien ataupun keluarga pasien yang berada di sekitar sana. Terlihat Haikal mangut-mangut meminta maaf antara merasa bersalah dan malu.“Mas … ada apa?” tanya Zaara lagi diliputi penasaran.“Orang gila ngamuk, Ra …” jawab Haidar dengan menahan tawa, melihat seo
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status