Pelukis Buta Milik Sang CEO

Pelukis Buta Milik Sang CEO

Oleh:  Piemar  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
122Bab
6.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Karir Zaara Nadira sebagai pelukis muda berbakat seketika hancur. Dia mengalami depresi setelah divonis buta karena tabrak lari. Tak hanya itu, Zaara juga diselingkuhi tunangannya. Untuk memutuskan penderitaannya, Zaara akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup. Namun, semua itu tak berhasil karena seorang pria tua berhasil menyelamatkan Zaara dan membuatnya bangkit. Setahun kemudian, Zaara yang sedang pulang dari kajian, menemukan Haikal yang bersimbah luka. Dia pun menolongnya. Zaara--yang tidak tahu bahwa Haikal yang menyebabkan Zaara buta--justru semakin hari, semakin dekat dengan Haikal. Bagaimana hubungan mereka setelah Zaara tahu jika pemuda yang dia cintai adalah orang yang menyebabkannya buta? Akankah Zaara memaafkannya atau kisah itu harus berakhir begitu saja?

Lihat lebih banyak
Pelukis Buta Milik Sang CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Dhita Dharsono
bagusss ceritanya.happy ending
2023-11-19 13:59:51
2
user avatar
Camy
recommended story
2023-09-04 18:44:42
3
user avatar
Peni Nie
seru... dan happy ending
2023-08-23 09:17:14
3
user avatar
Camelia
happy ending
2023-07-13 15:26:41
4
user avatar
Pie Mar
happy reading pembaca
2023-07-12 13:36:46
5
user avatar
Camelia
what a poor Zaara
2023-07-12 07:05:08
3
122 Bab
1. Vonis Dokter
"Bisakah saya bicara dengan ke dua orang tua Zaara Nadira?” tanya sang dokter mata seraya menatap lelaki berjambang tipis mirip aktor Turki Emre Kivilcim di hadapannya. Lelaki itu diperkirakan seumurannya, hanya saja dia bertubuh atletis di usianya yang tak lagi muda. Dia pandai merawat tubuhnya dengan gym. “Maaf, Dokter, ke dua orang tua Zaara telah meninggal setahun lalu karena Covid. Saya sekarang walinya, pamannya, Alfian,” ucap pria paruh baya itu sembari mengulurkan tangannya pada dokter itu. Dengan senang hati dokter itu menyambut uluran tangannya. “Baiklah, kita bicara di ruangan saya sebentar Pak Alfian!” Dokter mata itu merangkul pundak Alfian untuk ikut masuk ke dalam ruangannya yang bercat putih pasi. Alfian terlihat begitu cemas mendengar ucapan dokter yang terdengar serius. Dokter itu pasti akan menceritakan kondisi kesehatan mata keponakannya. Pintu ruangan terkuak lebar dan terlihat ruangan dokter itu yang begitu rapi dan bersih. Tercium pula pengharum ruangan ber
Baca selengkapnya
2. Kesedihan yang berlipat ganda
“Sabar ya Mbak Zaara, nanti Mbak Zaara sembuh kok asalkan menjalani pengobatan rutin. Saat ini Mbak Zaara butuh beradaptasi, menajamkan indera yang lain untuk membantu beraktifitas,” nasehat seorang perawat berusaha menenangkan Zaara yang terlihat putus asa.Seandainya dioperasi sekalipun beresiko. Kecuali jika pengobatan di luar negeri yang lebih canggih mungkin itu bisa jadi pilihan lain. Namun biaya operasi tidaklah murah. Hal yang musykil terjadi pada Zaara mengingat kondisi finansial pamannya yang buruk sebab perusahaannya gulung tikar akibat dampak pandemi. Hiks … hiks … hiks … Zaara menangis perih mengetahui keadaaan matanya yang tak bisa melihat. “Zaara, kamu harus tetap semangat untuk sembuh. Nanti kamu bisa menjalani pengobatan. Jika kamu semangat, maka kamu bisa pulih meskipun saya tidak bisa memastikan berapa lama,” papar dokter Yoga, dokter mata yang menangani Zaara berusaha menenangkannya. “Dokter bohong!” pekik Zaara yang memang benar adanya. Dokter hanya ingin memo
Baca selengkapnya
3. Melarikan diri dari masalah
“Zaara … ini tak seperti apa yang kamu lihat,” seru Ray panik. Dia langsung mendorong gadis itu hingga terjatuh karena reflek dan langsung menyambar celana boxer untuk segera dipakai olehnya. Rupanya Zaara memergoki Ray yang tengah bercinta dengan sekretaris pribadinya. Ray merasa heran kenapa pandangan Zaara tak fokus padanya. Lalu mengapa Zaara membawa tongkat?“Ray, kamu jahat banget. Brengsek kamu Ray! Siapa gadis yang sekarang bersamamu?” cecar Zaara pada Ray yang masih kaget atas kedatangannya.“Ray, aku ke sini hanya ingin mengadu padamu kalau aku sekarang buta Ray. Aku kecelakaan. Tapi apa yang aku temukan saat ini Ray. Kamu jahat sekali …” Zaara melepas tongkatnya lalu berjalan ke arah Ray dan memukul-mukul dada bidang Ray. “Zaara … apa kamu bisa melihatku?” Ray mencoba mengetes Zaara dengan melambaikan tangannya ke depan wajahnya. Lalu seringai tipis mencuat di wajahnya. “Kamu hanya mendengar film dewasa barusan Zaara. Kamu bahkan tidak melihat apa yang aku kerjakan sa
Baca selengkapnya
4. Bangkit dari keterpurukan
Tanpa ragu Zaara meloncat dari jembatan itu tetapi seseorang menahannya, berusaha menyelamatkannya. Hap! Sepasang tangan kekar menahannya. “Jangan! Aku ingin mati saja,” pekik Zaara dalam isak yang begitu keras. Namun kerasnya suara isak tangis tentu tak terdengar karena hujan begitu lebat. Air matanya meruah, mengaliri pipinya menyatu dengan tetesan hujan. Lelaki itu tidak berbicara satu patah kata pun. Dia menarik Zaara ke atas. Karena kedinginan Zaara Nadira pingsan. Lelaki tua itu membawanya ke rumah. Di sana lah awal mula kehidupan Zaara pasca mengalami kebutaan. ****Setahun kemudian ***** “Di mana Ibu?” tanya Zaara dengan menyunggingkan senyum hangatnya yang sempat terkubur lama. “Ibu sedang memasak bubur,” jawab lelaki tua bersurai keperak-perakan. Dia meraih gagang cangkir untuk meneguk teh tawar yang baru dibuat sang istri. “Bapak, aku sudah tahu, aku bisa menghirup aroma bubur dari sini. Aku bisa menajamkan indera penciuman dan pendengaranku sekarang,” sahut Z
Baca selengkapnya
5. Pertemuan pertama
Dengan berjalan sedikit tersaruk-saruk Zaara mencari sumber suara seorang lelaki yang tengah meringis kesakitan. “Aa … tolong!” serunya lagi. Dia merintih kesakitan. Saking kesakitan dan mengeluarkan banyak darah dia mengalami pusing luar biasa sehingga membuat netranya kabur, tak bisa melihat jelas penampakkan Zaara yang berjalan ke arahnya. Dengan nafas yang tersengal-sengal dia memilih menunduk untuk menghindari banyak pergerakan. Sepertinya ujung pisau itu masih menancap di bagian entah mana perutnya. Atau mungkin pisau itu kotor saat melukai perutnya hingga menyebabkannya infeksi dan pendarahan. Zaara menurunkan bobot tubuhnya, setengah berjongkok sebab merasa ada orang yang terluka dan membutuhkan pertolongannya di bawah, di jalan yang dia lewati. Tepat ujung kakinya yang tertutup pump shoes menyentuh kakinya yang setengah ditekuk. “Apa kamu terluka?” tanya Zaara dengan suara yang terpantul merdu. Merdu yang tak dibuat-buat sebab suaranya terlahir begitu. Lelaki itu terseny
Baca selengkapnya
6. Membesuk
Perlahan secercah cahaya tampak berpendar melalui retina matanya. Entah mengapa hanya sekedar membuka mata dia seolah mengeluarkan energi besar. Alasannya karena pengaruh obat bius seusai operasi. Lampu LED dengan intensitas rendah masih saja tampak menyilaukan sehingga membuat matanya kembali ingin tenggelam sebelum suara dengungan dari wanita yang duduk di sampingnya terdengar. Lelaki itu berpura-pura tidur kembali, tak sudi mendengar ceramah ibunya saat itu. Apalagi dalam kondisi tubuhnya yang remuk redam dan perut terasa dililit ular piton. “Bangun! Pura-pura tidur!” cibir sang ibu bahkan tanpa menatap lawan bicaranya. Dia seolah memiliki indera keenam untuk mengetahui gelagat anaknya yang menyebalkan. Dia tengah melakukan video call dengan teman sosialitanya. “Di mana gadis itu Mom?”Lelaki itu berusaha bangun dan duduk dengan kasar. “Haikal, diam dulu! Jangan banyak gerak, kamu baru habis dioperasi.”Ibunya berkomentar dan langsung membantunya kembali tidur.“Mom, mana gadis
Baca selengkapnya
7. Tersinggung
Zaara pasrah tidak bisa membesuk pemuda yang ditolongnya. Hanya mendengar kabar baik bahwa keluarganya sudah datang setidaknya membuat Zaara merasa lega. Apalagi mendengar pemuda itu sudah ditangani dan operasinya berjalan lancar. Dia sudah tidak memiliki urusan ataupun kepentingan dengan pemuda itu.Namun tatkala kaki jenjangnya mengayun di langkah ke empat, Zaara teringat sesuatu. Dia sudah kadung membawa sebuket bunga untuk pemuda tersebut. Oleh karena itu, Zaara memutuskan kembali menyambangi resepsionis tadi untuk menitipkan bunga tersebut sebagai penyemangat.“Ada apa lagi Mbak?” tanya resepsionis lelaki dengan ketus.“Ah, aku lupa, aku hanya ingin memberinya bunga. Bisakah Mbak eh Mas memberikan ini!”Zaara menyodorkan sebuket bunga mawar putih yang masih segar. Aromanya bisa terhidu langsung, segar dan membuat semangat yang melihatnya.“Baiklah, ada lagi? Um, ada lagi yang mau disampaikan?”“Enggak cukup, Mas. Oh, ya, sampaikan saja, semoga cepat sembuh,”Lagi, Zaara tidak men
Baca selengkapnya
8. Dicegat orang asing
Sementara itu Zaara marah dan merutuki dirinya sendiri saat dia mengingat pemuda yang dia tolong. Dia begitu mengkhawatirkannya tetapi pemuda tersebut malah menghina fisiknya yang difabel. Dia merasa harga dirinya jatuh sejatuhnya sebab diinjak-injak oleh lelaki tersebut.“Lelaki sialan! Pemuda brengsek! Aku kira pemuda jalanan yang berambut gondrong hatinya baik. Um, cuma penampilannya saja yang urakan. Ternyata sama saja!Semua lelaki yang mengaku punya banyak uang mau dia berpenampilan gaul atau rapi metroseksual kayak si Ray sama saja! Lelaki brengsek!”Zaara tak henti-hentinya merutuk. Lalu dia duduk di sebuah bangku kosong dekat gerobak bakso untuk istirahat.“Neng mau makan bakso?” tanya tukang bakso yang memang sudah mengenal Zaara sejak kedatangannya ke rumah Hamid dan Fatimah. Zaara dikenalkan oleh mereka sebagai anak angkatnya pada semua orang.“Iya, Mang! Bakso dengan level terpedas,” jawab Zaara dengan sedikit ketus. Dia memijit pangkal hidungnya berkali-kali. Lalu merang
Baca selengkapnya
9. Tentang Haikal
Di sebuah mansion mewah berkonsep klasik-kontemporer, para pelayan cantik yang mengenakan seragam khusus menyambut kedatangan majikan mereka. Seorang butler langsung menyambut Elia Mariyam dan membawakan barang bawaannya sedangkan pelayan yang lain langsung meraih jaket wol yang dikenakan olehnya dan langsung menaruhnya dengan menggantungnya pada gantungan besi etnik.Pelayan yang lain juga segera menyambut kedatangan tuan majikannya yang tak lain Haikal sang putra semata wayang yang berjalan di belakang sang ibu. Beberapa pelayan muda seringkali berlomba agar bisa bertemu, bercengkerama dan melayani tuan muda mereka yang terlihat sangat tampan berwajah khas timur tengah. Namun Haikal tidak suka diperlakuan semacam itu.Apalagi rambut Haikal yang gondrong sedikit ikal tampak menampakkan sisi maskulin seorang lelaki macho, membuat para gadis menjerit melihatnya. Padahal Haikal tak pernah berniat menggoda para hawa dengan penampilannya yang paripurna, terkesan cowok badboy dengan setela
Baca selengkapnya
10. Kesal pada kekasih hati
Haikal terlihat menarik nafas dalam.“Ya …” ucap Haikal singkat.Elia dan Edi saling menoleh kaget melihat respon Haikal. Tak percaya, Elia masih merekam memori beberapa tahun silam saat Haikal ditawari mengurus perusahaan tetapi Haikal memilih meninggalkan rumah dan berbuat sesuka hati.Haikal lantas meninggalkan meja makan tanpa suara. Dia langsung keluar mansion dan menyisir kendaraan miliknya, sebuah motor ninja yang sudah dimodifikasi. Dia pergi mengunjungi kekasihnya yang sedang marah saat ini.Di depan sebuah kantor agency model, Haikal menyesap sebatang rokok seraya menunggu kekasihnya keluar. Dia ingin memberi kejutan padanya. Yang ditunggu tak kunjung tiba. Lalu Haikal memutuskan masuk ke kantor tersebut.Beberapa pasang mata menoleh ke arahnya tanpa berkedip. Apa yang dilakukan seorang badboy rupawan di kantor tersebut?“Siapa dia?” tanya salah satu model.“Dia … bukankah dia Haikal Mahardika? Anak pengusaha tambang itu loh,”“Serius?”“Mau ngapain di sini?”Begitulah perca
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status