Semua Bab Antara Kau, Aku & Papimu: Bab 81 - Bab 90
100 Bab
BAB 81 : Ingin Her & Pinta Er
Beberapa hari sebelum kepulangan Erlangga ke Perth, Elena yang saat itu sedang menyusui junior, berbicara serius pada Erlangga untuk tinggal di rumah Herlina saat Erlangga balik ke Perth. Dan keputusan itu diambil usai ia mendengar apa yang dikatakan Jamila tentang hubungan antara Dia dan Herlambang tanpa sepengetahuan Erlangga.Hanya saja semua itu belum Elena sampaikan ada Herlambang, terlebih Herlambang sangat mencintai dan menunggu kehadiran Junior dalam hidupnya. Maka sejak melahirkan Junior, seluruh dilema dalam hati Elena begitu sulit untuk menjabarkan mana yang harus dia prioritaskan dalam hidupnya. Melepaskan Herlambang pastinya sangat sulit namun meninggalkan Erlangga tanpa kesalahan darinya juga itu suatu hal yang tak mungkin.“Er.., gue mau tinggal sama Mama yaa.., soalnya gue merasa hidup disana lebih tenang,” pinta Elena pada saat sedang menyusui putranya.“Yaa..., Nggak jadi masalah. Kalau bagaimana besok kita beli tempat tidur Er junior dan kirim ke rumah Mama. Tapi
Baca selengkapnya
BAB 82 : Sikap Elena
Akhirnya Elena memutuskan untuk tinggal di rumah Herlina sehari sebelum kepergian Erlangga ke Perth. Sementara itu Tiara masih dalam perawatan di RSJ karena kondisi emosinya yang turun dan turun. Hari ini adalah hari terakhir Erlangga di Indonesia. Dan kesempatan ini di pakai oleh Erlangga untuk berbicara banyak pada Herlina, mengingat ia akan menitipkan Elena di rumah itu. “Maa.., saya titip Elena di sini. Biar Elena ada temannya untuk jagain junior. Tadi Papi juga udah minta dua orang pelayan pindah ke rumah ini untuk membantu urus rumah dan masak di sini,” “Nak Er.., Mama sama Elena masih bisa kok ngerjain semuanya. Nggak usah aja bawa orang untuk bantu-bantu di rumah ini,” ucap Herlina saat Erlangga dan Elena di ruang keluarga. “Nggak apa-apa Maa.., juga di rumah Er.., Mama masih di rumah sakit, jadi kerjaan di rumah juga nggak banyak. Kalau mereka bantu masak dan rapi-rapi rumah jadi Elena dan Mama hanya urus junior saja,” tutur Erlangga kembali. Herlina pun menyetujui hal te
Baca selengkapnya
BAB 83 : Sakti di tangan Tiara
Kelucuan Sakti yang sudah bisa tertawa dan wajahnya yang kian mirip Herlambang membuat Erlangga sering menggoda Elena dengan mengatakan kalau Elena diam-diam membenci atau mencintai Herlambang. Dan itu kembali terulang saat Sakti sedang berada dalam asuhan Erlangga dan Herlambang.“Papi.., coba lihat wajah Sakti tambah besar semakin mirip Papi.., waduh kok Er nggak ada bagiannya..? Hehehehehe..., Pasti Sakti takut nggak diakui anak Papa Her yaa.., hehehehehe..,” Erlangga tertawa cekikikan dan sesuai dengan permintaan Herlambang, ia hanya ingin Sakti memanggilnya dengan sebutan Papa Her. Herlambang yang ada di sisi Erlangga saat memangku Sakti akhirnya tertawa dengan ucapan Erlangga, namun tidak demikian dengan Elena yang terlihat kesal pada Herlambang yang lebih keras tertawanya di bandingkan Erlangga.“Apa sih.., ketawa-ketawa nggak jelas gitu,” ketus Elena menanggapi ucapan Erlangga dan tawa Herlambang saat Sakti bersama Erlangga dan Herlambang duduk di ruang keluarga .“Lena..
Baca selengkapnya
BAB 84 : Kepergian Jamila
Sebulan setelah kepergian dari Erlangga ke Perth, Jamila pun mengunjungi Elena di rumah Elena saat Sakti telah berusia 6 bulan. “Mila.., lama sekali baru nongol.., gue pikir elo jalan-jalan keluar negeri sama laki elo. Ponsel juga kagak aktif..,” sambut Elena dan di saat bersamaan Herlambang keluar dari kamarnya mengendong Sakti yang tertidur.“Lena.., Sakti udah tidur.., aku taruh dia di tempat tidurnya yaa.., hari ini aku ada rapat penting, jadi aku harus ke kantor dan sepertinya nanti malam nggak mampir ke sini lagi. Besok pagi aku ke rumah,” ucap Herlambang yang tersenyum pula ke arah Jamila.Jamila pun tersenyum membalas senyuman Herlambang. Namun dalam hati terdalam Jamila sangat tidak nyaman melihat Herlambang ada di rumah Herlina dan tampak sudah terbiasa di rumah itu.“Mila.., Om jalan dulu. Lena.., aku jalan dulu.., jaga Sakti baik-baik.., Lena,” pinta Herlambang setiap kali dirinya akan meninggalkan Sakti. Dan kata-kata itu telah berulang kali di dengar Elena.“Hmmm..
Baca selengkapnya
BAB 85 : Bahagianya Erlangga
Dua minggu kemudian, Erlangga pun kembali ke Indonesia dengan kerinduan memuncak pada wajah cantik Elena, juga pada jagoan kecil yang kian bertumbuh dan sebagai pengikat cinta mereka.“Sakti...! Sini peluk Papi Er.., sayang.., tunggu lima bulan lagi kita tinggal bareng.Erlangga meraih Sakti saat dalam gendongan Herlambang yang setiap saat hadir dan selalu mengabadikan semu momen indah mereka berdua. Hampir setiap hari Herlambang membuat Video Sakti bersama dirinya. Dan semua komentar pada sosial medianya menyebut ‘Baby Her’.“Papi.., sengaja nunggu Er di rumah Mama Lina?” tanya Erlangga melihat ke arah Herlambang yang duduk di teras bersama Sakti.“Nggak... Papi tiap hari ke rumah khusus ngajak Sakti main...,” ucap Herlambang jujur.Erlangga hanya menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam rumah sembari memegang Sakti. Dilihat Herlina ada di ruang keluarga. Erlangga pun mencium tangan dan kedua pipi Herlina.“Makasih Maa.., udah jaga Lena dan Sakti. Sabar yaa Maa.., 5 bulan lag
Baca selengkapnya
BAB 86 : Penolakan Elena vs Ancaman Om Her
Penolakan Herlambang atas permintaan Erlangga untuk bisa membawa Sakti ke Perth membuat Elena menjadi kian menjauh. Terlebih pada hari terakhir kepergian Erlangga ke Perth. Herlambang yang setiap hari menjenguk Sakti, hari ini juga berencana juga untuk mengantar Erlangga ke Bandara.“Pagi Pak Her.., Erlangga baru saja membersihkan diri dan sepertinya Sakti juga sudah mandi dan selesai mimik susu,” ungkap Herlina.“Ooh.., dia sekarang sudah belajar mimik susu formula..., Bukankah sebaiknya minimal sampai 1 tahun minum ASI?” tanya Herlambang pada Herlina kala mereka bertemu di ruang tamu.“Seharusnya sih seperti itu, Pak. Cuma kan sekarang Sakti mau punya adik.., jadi sebaiknya si sapih. Pak Her mau dapat cucu lagi,” ucapnya.Herlambang yang mendengar ucapan Herlina terdiam sejenak, ia bingung harus bagaimana untuk mengatakan pada Elena agar bisa menyerahkan Sakti baik-baik padanya. Apalagi kini Elena telah hamil dan itu anak Erlangga.“Pak Her...., Pak.., apa Bapak baik-baik saja
Baca selengkapnya
BAB 87 : Bukti DNA Sakti di Erlangga?
Setelah mengetahui kehamilan Elena, sebulan sekali Erlangga pulang pergi Jakarta Perth. Sampai akhirnya pada saat usia kehamilan Elena lima bulan, Erlangga yang tinggal di Perth mendapat kabar dari seseorang lewat ponselnya dari seorang warga Indonesia yang menetap di Sydney. “Selamat siang dengan Erlangga?” tanya seorang wanita dalam sambungan telepon. “Iya betul.. bukankah ini nomor telepon Jamila?” tanya Erlangga diujung telepon. “Benar Pak Erlangga, saya hubungi Bapak dari ponsel Nyonya Krisnawan dan di KTP tertulis bernama Jamila. Saya sendiri dengan Agustin.., perawat di rumah sakit Sydney. Saya ingin memberitahu Bapak kalau telah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan Tuan Krisnawan suami dari Nyonya Jamila meninggal di tempat..” ‘Apa..? Bagaimana dengan Jamila..? Apa sia baik-baik saja..? Tolong jawab suster.. jawab..!” pekik Erlangga di pagi hari itu dengan jantung yang seolah lepas dari jantungnya mendengar berita wafatnya suami Jamila. “Saat ini Ibu Jamila tidak sadarkan
Baca selengkapnya
BAB 88 : Sikap Erlangga
Usai mengurusi pemulangan jenazah yang akan diterbangkan dua hari lagi, Erlangga pun kembali ke Rumah Sakit tempat Jamila dirawat karena kecelakaan dan keguguran yang dialaminya. Dalam kondisi bingung menghadapi kenyataan yang tak terpikirkan dalam benaknya, Erlangga merasa kakinya tidak memijak jalan. Ia bahkan tidak meraja jalan yang diinjaknya. Bahkan bagian tubuh lainnya menolak kenyataan pahit itu. Karena kini ia berada di negara lain dan Elena pun tidak ada disana maka, ia pun hanya bisa meredam emosi jiwanya. Saat Elena menghubunginya pun, Erlangga menolaknya. Untuk hari ini saja sudah lebih dari lima kali Elena menghubunginya, namun ditolaknya.Kalau saja Erlangga tidak dalam kondisi mengurusi pemulangan jenazah dan mendampingi Jamila yang akan terbang bersama peti jenazah suaminya, dapat di pastikan Erlangga saat ini sudah ada di pesawat untuk menemui belahan hatinya, menemui kebanggaan pada sosok ayah yang dicintanya, bahkan pernyataan dan kata cinta Bisma dalam surat ter
Baca selengkapnya
BAB 89 : Erlangga Bongkar pada Herlina
Erlangga akhirnya sampai pada sebuah hotel yang tidak jauh dari rumahnya. Sebuah hotel bintang 3 yang ia tempati. Dan selama perjalanan menuju hotel itu, Elena telah berkali-kali menghubungi Erlangga, namun tetap tidak dijawabnya.Sampai akhirnya Elena mengirimkan pesan singkat pada Erlangga saat dirinya baru saja sampai di dalam kamar.[Pesan masuk Elena : Er.., kenapa elo kagak jawab telepon gue? Apa salah gue? Er..., ada apa sama elo]Erlangga hanya membaca dan membacanya tanpa ingin membalasnya. Setelah itu, kembali Elena mengirimkan pesan singkat pada Erlangga.[Pesan masuk Elena : Er.., tolong bicara sama gue. Ada apa? Gue bener-bener bingung. Kenapa elo cuman baca chat gue tanpa membalas?]Kembali Erlangga hanya membaca pesan Elena. Setelah itu Elena kembali menghubungi berulang kali, bahkan lebih dari sepuluh kali dan akhirnya lelah menghubunginya. Kemudian Elena kembali mengirimkan pesan singkat pada Erlangga.[Pesan masuk Elena : Baiklah Er.., gue akan nunggu elo kasih
Baca selengkapnya
BAB 90 : Dua pilihan Tersulitt Elena
“Maafkan Lena, Maa.., Maafkan Lena,” ucapnya menghampiri Herlina yang tampak terduduk lemas. “Siapa lelaki itu? Siapa ayahnya Sakti, Lenaaaa..., hiks.. hiks.. hiks..,” tangis Herlina kian keras. Semua itu karena rasa malunya pada Erlangga dan aib baginya. “Maa.., semua itu bukan salah Lena.., semua itu karena Maminya Er yang mencampur minuman dengan zat jahat..,” ungkap Elena sembari menceritakan semua kejadian yang terjadi padanya. Lalu, dengan menangis Elena membawa Sakti yang tertidur lelap pada sebuah box tempat tidurnya. Setelah itu Elena bersimpuh di kaki Herlina menangis dan meminta maaf atas semua yang sudah terjadi. Herlina juga menangis memandang putrinya yang bersimpuh di kakinya. Lalu, Herlina berucap, “Lena.., apa salah Erlangga sampai hati kamu lakukan hal itu. Apa salahnya? Lepaskan kaki Mama!” Elena yang masih bersimpuh pun menangis dan meratapi semua yang telah terjadi. Sementara Herlina yang kakinya telah terlepas dari genggaman tangan Elena, melangkah gontai mend
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status