All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 51 - Chapter 60
162 Chapters
Kemesraan dan Kemarahan
“Udah cek ke rumah sakit, Dek?”Hana mengangguk, lalu menyendok nasi dan mengunyahnya pelan. Tanpa suara, dia menyimak pembicaraan Faris soal detail acara khataman yang juga akan dilangsungkan tiga bulan lagi. Dua puluh santri yang diajarnya siap untuk mengikuti khataman, juga sepuluh santri dibawah pengasuhan Riza.“Habisin, Han,” bisik Arkan saat melihat Hana makan dengan ogah-ogahan.“Pahit, Mas,” balas Hana sambil bergidik. Nasi di piringnya tinggal satu sendok lagi, namun dia tidak berselera menghabiskannya. Di dalam hati, dia mengingatkan diri untuk makan dari piring yang sama dengan Arkan saja mulai besok.Arkan tidak memaksa lagi dan menghabiskan sisa nasi istrinya. Tidak ada yang memperhatikan mereka. Zara, Aisyah, dan kedua orang tuanya sedang tertawa mendengar kelakar Faris, sementara Keira dan Naura sibuk membicarakan tentang sekolah diniyyah.“Mas dapat kiriman buku dari teman. Kamu mau baca?” tawar Arkan.“Buku apa?” balas Hana ingin tahu. Diangkatnya piring kotornya dan
Read more
Gosip Di Kalangan Pengurus dan Santriwati
“Besok-besok barangnya dijaga ya, Nduk. Jangan ditaruh sembarangan lagi.”“Nggih, Ning.” Gadis berusia empat belas tahun itu mengangguk, lalu keluar dari kantor pengurus pesantren dan berbelok menuju asrama.Hana lalu menoleh ke kanan, ke arah halaman yang dipenuhi mobil-mobil para penjenguk. Terlihat Vanya sedang mengobrol dengan sepasang orangtua di sebelah sebuah sedan perak, sebelum gadis itu berbalik dan berjalan menuju kantor.“Assalamu’alaikum.”“Wa'alaikumsalam.” Hana menjawab. Diliriknya Vanya yang memasuki ruangan dan duduk di hadapannya, sementara gadis itu berkata sopan, “Saya mau izin ke luar, Ning.”“Buku izin.” Tangan Hana terulur meminta kartu perizinan keluar.Vanya mengulurkan buku kecil bersampul kertas kado. Satu tangan Hana terjulur ke bawah meja, lalu membuka laci dan mengeluarkan sebuah buku besar. Dicatatnya izin Vanya dua kali—satu di buku kecil dan satu lagi di buku perizinan. Diguratnya paraf dan cap stempel asrama, lalu mengembalikan buku tersebut.“Kamu ba
Read more
Keributan Di Kantor Asrama
“Permisi, Ning. Saya mau izin keluar.”Hana yang tengah mencatat mendongak. Ekspresinya berubah datar, namun bukan gadis bernama Maryam itu yang membuat senyumnya hilang. Melainkan wanita yang berdiri di belakangnya.Dea dan Lina, ibu dari Zidan alias pria yang menghinanya di Malang satu bulan lalu. Seiring itu, muncul pertanyaan di hati Hana. Ada hubungan apa mereka sebetulnya? Kenapa Dea selalu mengikuti kemanapun Lina pergi?“Oh iya. Mana buku izinnya?”Tanpa malu, Dea menarik bangku dan duduk di sebelah Maryam. Hana lalu bangkit dan menarik kursi yang terlipat di pojok ruangan dan menyerahkannya pada Lina sambil berkata, “Silahkan Bu.”Tanpa terimakasih sama sekali, Lina duduk. Ekspresinya begitu angkuh, kontras dengan Maryam yang malu-malu.“Maryam sudah shalat dzuhur?”Usia Maryam baru lima belas tahun. Orangtuanya meninggal saat usianya sepuluh tahun, dan sejak saat itu dirinya dan Dea diadopsi oleh keluarga Zidan. Bagian ini tidak diketahui Hana sama sekali, kecuali soal orang
Read more
Konfrontasi Lina vs Hana
“Kamu lagi ngapain, Nduk?”Hans menoleh, buru-buru menangkap mangkuk logam berisi adonan yang hampir terjatuh ke lantai. Dilepasnya sarung tangan, lalu berbalik dan menyandarkan pinggang pada meja konter. Beberapa khadimah sedang menyiapkan makan malam, kecuali dirinya yang tengah asyik memasak.“Bikin gorengan, Umi. Gak apa-apa, kan?”Salwa mengangguk, duduk di kursi makan sambil meneguk segelas air. Ditatapnya punggung Hana yang kembali berbalik menekuni kualinya. Bahunya naik-turun, namun wanita itu tidak berkata apa-apa.Tak lama, Arkan berjalan memasuki dapur.“Han?”“Iya, Mas?” Sekali lagi Hana menoleh dan tersenyum menyambut suaminya. Baru untuk pertama kalinya Salwa bisa melihat kalau wajah menantunya sembab seperti habis menangis. Agaknya Arkan juga bisa merasakannya karena pria itu menatap wajah istrinya lekat-lekat.“Kamu gak apa-apa?” tanya Arkan khawatir.Hana mengangguk. “Gak apa-apa. Mas mandi dulu sana. Mau aku bikinin kopi atau teh?”“Teh aja.”Setelah mendaratkan ciu
Read more
Kesedihan Keira dan Naura
“Dramanya lancar, Tante?”Zara, Aisyah, dan Riza tertawa mendengar pertanyaan itu, namun Faris terus menatap adik iparnya dengan serius sambil membenahi letak piring Sindi yang hampir jatuh dari meja bayinya. Salwa dan Harris tersenyum, bangga melihat menantunya mampu menghadapi orang seperti Lina dengan elegan. Hanya Keira yang sibuk menekuni piringnya dengan raut wajah datar, juga Naura yang terus melirik Hana dan Arkan dengan perasaan bersalah. Sesekali dia melirik kakak kembarnya, namun Keira masih asyik memainkan sendok di piringnya.“Makanannya dimakan, Nduk.”Semua orang menoleh pada Keira yang tersenyum salah tingkah dan memperbaiki posisi duduk. Salwa menyuap makanan sambil terus menatap Keira yang makan dengan ogah-ogahan.“Kamu punya masalah, Dek?” tanya Aisyah penuh perhatian.Keira menggeleng. Benaknya masih bisa memutar dengan jelas percakapannya dengan Naura dan Hana di kantor tadi, tahu bibirnya tidak akan sanggup mengatakan kalau biang kerok Hana mengalami keguguran a
Read more
Tangisan Keira
“Umi tadi lihat semuanya, Nduk.”Hana berbalik saat mendengar suara Salwa di belakangnya. Wanita itu tersenyum teduh, lalu menepuk space kosong di sebelahnya seolah mengisyaratkan Hana agar duduk di sebelahnya. “Semuanya apa, Umi?” tanya Hana sambil menyandarkan punggung. Halaman di bawah masih ramai, dan Lina serta Dea belum juga pulang dari tempat ini.“Drama di halaman.”Hana tersipu, lalu kembali mengalihkan pandangan ke bawah. Dea, Lina, dan Maryam kini duduk di pendopo, berdampingan dengan para tamu dan santri yang siap ditinggal pulang. Dea mendongak menatapnya, mengabaikan Lina yang tengah mengobrol dengan Maryam.“Apa dia yang kamu ceritain ke Umi tahun lalu?” tanya Salwa lagi.Hana mengangguk. Dia masih mengingat jelas semua percakapannya dengan Lina di halaman tadi.“Kamu marah karena dipermalukan begitu?” tanya Salwa penasaran.“Enggak, Mi.” Hana menggeleng. “Ucapan beliau gak ada yang bener, dan semua orang tahu kalau Hana bukan perempuan seperti itu. Beberapa di antara
Read more
Berdebat Dengan Vanya
“Gayamu elegan banget.”Secara spontan, sudut mata Hana terarah pada Dea dan Lina yang tengah duduk di pelataran ruang tamu sambil mengobrol dengan Maryam.“Karena aku gak melihat alasan kenapa aku harus menyerang beliau dengan brutal.”Sambil menatap Salwa yang menyapa para santri, Hana melirik lagi ke arah pelataran ruang tamu. Apa yang dikatakan Keira beberapa jam lalu nyata adanya. Meski samar, Hana bisa menemukan ekspresi penuh kebencian dan dengki terpancar di wajah Dea.“Dia ngatain kamu yang enggak-enggak. Seharusnya kamu marah kan?” tanya Vanya penasaran.“Kenapa harus marah?” tanya Hana balik.Vanya menggeram, membuat Hana tertawa dan merangkul bahunya dengan akrab.“Aku gak marah. Yang aku takutin itu kalau kalian semua percaya dengan ucapan beliau.”“Jelas enggak,” balas Vanya tersinggung. “Aku tahu kamu lebih suka menahan diri untuk dapatin sesuatu yang kamu suka daripada meminta sama orang lain. Jelas itu kebohongan besar. Fitnah yang beliau lontarin supaya nama kamu kel
Read more
Sosok Misterius di Tengah Malam
“Ada surat buat kamu.” Arkan berkata saat Hana kembali ke rumah pukul sebelas malam.Hana meletakkan gamis dan kerudungnya di gantungan, lalu berganti baju dan duduk di sebelah Arkan sambil menerima surat yang diletakkan di sebelah kitab terjemahan. Disobeknya amplop yang menutupinya dan membacanya dengan lambat.“Dari siapa?” tanya Arkan tanpa mengalihkan pandang dari laptop.“Maryam.”Tangan Arkan yang tengah mengetik seketika berhenti. Di sebelahnya, Hana masih terus membaca tanpa suara. Tidak ada reaksi yang ditampakkannya selayaknya orang yang tengah membaca sesuatu.“Dia ngapain?” tanya Arkan penasaran.Hana melipat kertas tersebut dan menopang dagu di lutut sambil menatap suaminya.“Maryam ngerasa bersalah dengan sikap ibu dan kakaknya, Mas. Jadi dia minta maaf.”“Kenapa malah dia yang ngerasa bersalah gitu? Drama tadi siang dan sore kan kakak dan ibunya yang mulai,” balas Arkan bingung.Satu alis Hana terangkat sambil bertanya, “Mas lihat drama di kantor tadi?”Arkan hanya ter
Read more
Kegelisahan Keira
“Ibunya Maryam lihatin kamu, Dek.” Aisyah berbisik saat mereka baru tiba di rumah.Hana ikut melirik. Meski posenya memperlihatkan seolah dirinya mengobrol dengan Lina, namun Hana tahu jelas kalau mereka tengah memperhatikannya. Apalagi jarak dari rumah ke lapangan parkir tidak begitu jauh.“Tadi Tante sudah telepon Zidan,” ucap Lina dengan suara yang sengaja dikeraskan. “Dia sama Om sudah sampai di rumah dinas. Kamu mau ikut Tante belanja dulu atau langsung pulang?”“Nyebelin,” gumam seseorang dari sebelah kanannya. Aisyah dan Hana menoleh, menemukan Keira duduk sambil menatap kedua orang tersebut dengan sorot mata tak suka.“Gak boleh gitu, Kei,” tegur Hana sambil mengacak kerudungnya.“Terserahnya Tante aja. Dea ikut.” Dea membalas dengan suara tak kalah keras dan sengaja dimanis-maniskan. Sekali lagi gadis itu menoleh pada Hana, namun Hana tidak peduli dan mengalihkan pandang pada sosok yang juga menonton drama di halaman.“Arkan mana, Ning?” tanya Dirga kemudian.Mata Keira tak s
Read more
Konfrontasi Zidan
“Yang tadi itu ibumu, Mar?”“Bukan.” Maryam diam sejenak, lalu melanjutkan, “Beliau ibu angkatku. Orangtuaku meninggal waktu aku umur sepuluh tahun, dan aku sama kakakku diadopsi sama mereka. Ayah angkatku berteman sama ayahku.”Hana yang tak sengaja mendengar dari balik jendela kantor tertegun. Betul dugaannya kalau Maryam bukanlah anak kandung Lina. Setahunya Zidan hanya mempunyai satu saudara perempuan.“Terus kenapa ibu kamu benci banget sama Ning Hana?” tanya suara kedua dengan nada ingin tahu.Hana memutuskan untuk tidak peduli lagi dan melanjutkan pekerjaannya. Beberapa santri yang baru selesai mengaji melewati kantor asrama putri sambil mengobrol dan sesekali menyapa kakak kelas maupun pengurus yang lewat. Diraihnya kotak berisi barang yang baru disortir dan meletakkannya di meja, lalu bangkit mengejar santri yang baru saja lewat.“Vanya!”Vanya menoleh.“Ke sini sebentar.”Vanya mengikuti Hana memasuki kantor, sementara teman-temannya kembali ke asrama. Hana kali ini menunjuk
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status