All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 41 - Chapter 50
162 Chapters
Kesedihan Semua Orang
"Mbak Zara sama Mas Faris pulang duluan aja. Kasihan mereka. Kayaknya butuh kasur banget."Zara dan Faris bertatapan. Sebetulnya mereka tidak ingin meninggalkan rumah sakit, tapi Keira dan Naura betul-betul kelelahan. Kedua gadis itu malah sudah tertidur di ruang tunggu dengan kepala saling bersandar."Ya udah. Besok pagi kami jemput ya." Faris berkata sambil menepuk bahu Arkan. Ditatapnya Hana yang tertidur sebelum memalingkan wajah dan keluar untuk membangunkan Keira.Dengan langkah gontai, Arkan memasuki ruang rawat Hana dan duduk di samping ranjang. Wajahnya terlihat pucat, sementara bekas-bekas air mata masih tersisa di pelipis dan pipi istrinya. Arkan masih tidak bisa menduga akhirnya akan menjadi seperti ini. Baru tadi pagi dia menciumi perut Hana, mengelusnya dengan penuh sayang sementara istrinya itu tersenyum bahagia saat merasakan gerak halus dari dalam sana. Arkan tidak mengira kalau mereka akan kehilangan anak secepat ini.Kelopak mata Hana mendadak bergetar. Tangannya ya
Read more
Pulang
Meski masih lemah, Hana memaksa untuk pulang. Dia tidak tahan berada di rumah sakit, terlebih lagi di kota tersebut. Yang diinginkannya saat ini adalah pulang secepat mungkin dan bersembunyi di rumah.Pandangannya terarah ke luar, ke jalanan yang ramai. Arkan terus menggenggam satu tangannya yang bebas, sementara tangan Hana yang lain memegang peti mati mungil berisi mayat bayi mereka. Suasana mobil juga hening, bahkan Zara, Faris, dan kedua adik kembarnya tidak berani bersuara."Kamu baik-baik aja, Han?" tanya Keira yang akhirnya memberanikan diri.Hana hanya mengangguk.Tiga jam kemudian, mereka tiba di rumah. Keempat orang yang duduk di bangku depan dan tengah turun lebih dulu, meninggalkan Hana dan Arkan yang tetap diam di mobil.“Maafin aku, Mas,” bisik Hana lirih.“Gak apa-apa, Sayang. Ini artinya Allah menganggap kita masih harus berusaha dan berdoa. Yang penting, setelah ini kamu harus berhati-hati. Kalau kamu hamil lagi, Mas gak akan bawa kamu pergi kemana-mana.”“Kalau aku h
Read more
Tentang Perasaan Hana
Sebulan berlalu sejak kejadian menyakitkan tersebut, Hana dan Arkan belum bisa terbiasa meski hati mereka mulai mengikhlaskannya.“Jadi fix seminar lewat online aja, Mas?” tanya Hana sambil menyandarkan kepala ke bahu suaminya.“Iya.”Arkan mencondongkan kepala sedikit, mencium rambut istrinya yang wangi mentol.“Mas gak mau ninggalin kamu lagi,” ucapnya lembut.“Aah, sweet sekali kamu, Sayangku.”Arkan tertawa. Sekali lagi diciumnya kepala Hana dan memejamkan mata, merasa damai hanya dengan memeluknya seperti ini.Dia tahu Hana tidak akan pernah bisa melupakan apa yang terjadi bulan lalu. Tapi dia tahu kalau Hana adalah perempuan yang hebat. Alih-alih tenggelam dalam kesedihan, dia tetap tenang dan mengaji seperti biasa, juga membantu pekerjaan asrama dari rumah satu minggu setelah dirinya keguguran.“Mas, aku sempet dengar obrolan Umi sama Abi tadi pagi waktu sarapan. Bener ya Keira mau dijodohin sama Ivan?” tanya Hana sambil memainkan jemari suaminya.Arkan menyeringai.“Kerjaan ay
Read more
Tangisan Tengah Malam
Arkan terbangun saat tangannya merasakan kekosongan. Matanya menoleh ke tempat biasa Hana tidur. Hanya ada guling disana. Dikenakannya kacamata, lalu bangun dan mengedarkan pandang ke sekeliling kamar.Pria itu beringsut dan hendak menghampiri istrinya saat telinganya menangkap suara tangis yang memilukan. Langkahnya terhenti, telinganya memastikan bahwa Hana betulan menangis. Matanya menyipit, melihat bahwa wanita itu tersungkur di sajadah dan berkali-kali berkata agar Allah menguatkannya.Mata Arkan memanas, dan sebelum dia sempat melakukan apa-apa, kakinya bergerak menghampiri Hana dan bersimpuh di belakangnya.Dia terus menunggu hingga tangis Hana mereda. Saat bahu mungil itu berhenti berguncang, terdengar napasnya terengah seolah baru saja melakukan perjalanan jauh. Wanita itu bangkit, bersamaan dengan Arkan yang bergeser mendekatinya.Mata Hana membulat karena kaget, namun Arkan mengabaikannya dan bertanya lembut, “Mau shalat malam kok gak bangunin Mas?”Hana mengusap air matany
Read more
Gejala Sakit Pertama
“Han.”Dirasakannya tangan hangat Arkan meraih tangannya dan menggenggamnya lembut. Hana menoleh, tersenyum pada suaminya tersebut sebelum menyandarkan kepala di bahu Arkan “Kamu baik-baik aja?” tanya Arkan pelan.Hana mengangguk. Dia tersenyum saat Harris melirik dari spion dan Salwa yang sengaja menoleh dari bangku depan, juga Zara yang menoleh sedikit dari bangku tengah.Mereka baru saja kembali dari acara pengajian rutin yang diadakan di balaikota Surabaya. Hana baik-baik saja di sana, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena semua pengunjung dan beberapa dzuriyyah dari pesantren lain memperlakukannya dengan ramah. Sepupu Arkan dan Zara, Hafshah, malah memperlakukannya dengan baik seolah dirinya adalah saudara kandungnya.Namun bukan itu yang jadi masalahnya. Melainkan tempat yang akan mereka kunjungi setelah ini.Hana terus menunduk dan memainkan ujung kerudungnya. Dia tahu alasan kedua mertuanya mengunjungi toko milik orangtuanya karena Harris ingin mengenal lebih dekat keluar
Read more
Gejala Sakit Pertama (2)
Sekali lagi, Hana terbangun oleh rasa menusuk yang menyiksa dari kepalanya. Dia berusaha bangkit sambil beristighfar, lalu menyadari kalau sesuatu kembali menempel di punggung tangannya.“Kamu dehidrasi.”Suara itu membuat Hana menoleh. Matanya seketika menyipit saat cahaya matahari sore menimpa matanya, sementara Septia berdiri di samping ranjang dan menatapnya sambil memainkan stetoskop.“Saya gak suka diinfus.”Tangan Hana terangkat dan hendak mencabut jarum infus saat Septia maju. Matanya melotot galak, lalu kembali memeriksa tabung infus.“Keadaan kamu gak nanya apa kamu suka diinfus atau enggak,” balasnya datar. Septia lalu duduk dan menyentuh dahi Hana, bertanya, “Baik-baik aja?”“Kepala saya sakit.” Hana menjawab pendek. “Ini jam berapa?”“Jam setengah lima sore.”Dilepasnya jarum infus sebelum Septia sempat bereaksi dan bangkit, lalu berkata, “Saya mau shalat Ashar dulu.”Mata Septia terus menatap Hana mulai dari wanita itu memasuki kamar mandi hingga shalat di depannya. Saat
Read more
Kejutan (1)
“Aku bisa bantu kamu jualin di media sosial kalau mau.”Sambil menunggu Salwa yang masih mengisi pengajian Famy Bisyauqin, Hana mampir ke ruang ekskul di belakang dan menemukan Rena serta ketiga temannya sedang sibuk menjahit disana. Sebuah tunik sepanjang lutut terpajang di manekin tanpa kepala, baru terjahit setengahnya.“Jahitan saya belum terlalu baik, Ning,” gumam Rena.Hana melotot, membalas galak, “Jangan panggil aku Ning.”“Tapi kenyataannya kamu memang Ning,” balas Rena sambil tersenyum. “Saya gak mau dianggap gak sopan.”“Aku masih temanmu, Ren. Atau kamu boleh panggil namaku disini. Diluar ruangan ini, kalian panggil Ning.” Hana mengucapkan kalimat terakhir dengan nada tak nyaman.Rena pura-pura tidak mendengarkan. Matanya tetap sibuk menekuni jahitan, sebelum terdengar suara bangku ditarik dan batuk keras.“Kalau sakit, istirahat aja,” ucap Amanda yang tengah menggunting kain.Hana menggeleng. Dikeluarkannya tisu dari saku gamis, lalu menutup bibir dan kembali terbatuk. Na
Read more
Permintaan Hana
“Kamu mau ditemani ke rumah sakit, Nduk?” ulang Salwa, memastikan telinganya tidak salah dengar.Hana mengangguk, menjawab pelan, “Tapi kalau Umi terlalu sibuk, Hana gak akan maksa. Nanti Hana coba tanya Mas Arkan apa beliau bisa.”Salwa diam sejenak sambil terus menatap Hana. Wajah cantik itu terlihat lebih pucat dari tadi sore, membuat Salwa bertanya apa yang sebenarnya dialami Hana. Tangan menantunya itu masih terasa hangat, tidak lagi panas membakar.“Sejak kapan kamu sakit begini, Nduk?”“Udah lama, Umi. Dari kecil. Tapi dulu udah pernah hilang. Hana gak tahu kenapa sekarang balik lagi.”Hana terbatuk lagi, kali ini lebih keras dan menyakitkan. Bercak darah meleleh di bibirnya, yang buru-buru dibersihkannya dengan tangan bergetar.Semua itu diperhatikan oleh Salwa, yang menahan napas saat melihat darah di tisu Hana.“Batuk kamu berdarah, Han,” ucapnya pelan.Hana baru akan menjawab saat terdengar langkah kaki dari arah tangga. Buru-buru disunggingkannya senyum terbaik, semakin le
Read more
Kejutan Yang Menyedihkan
“Apa Keira udah tahu soal perjodohannya, Mi?”Sambil menunggu antrian, Hana mencoba mengajak ibu mertuanya mengobrol. Raut wajah Salwa terlihat sedikit cerah, senang karena Hana mau diajak keluar.“Tahu. Tapi kan kamu tahu sendiri dia orangnya gimana,” kekeh Salwa, teringat reaksi putri kembarnya beberapa hari lalu.Hana ikut tertawa, tahu kalau ibu mertuanya teringat ekspresi datar yang mati-matian diusahakan Keira. Alih-alih tanpa ekspresi, wajahnya malah terlihat aneh karena bibirnya berkedut menahan senyum dan tangis.“Lalu kapan acara lamarannya diadain?” tanya Hana lagi.“Rencananya bulan ini. Pernikahannya tiga bulan setelah lamaran, yang artinya awal tahun nanti. Gimana menurut kamu?”Hana baru akan menjawab saat terdengar suara perawat memanggil namanya. Dilangkahkannya kaki menuju ruang praktek, disusul Salwa yang mengawasi di belakang.“Dengan Ibu Hana?”Hana mengangguk. Dokter perempuan itu segera memintanya berbaring di ranjang, sementara Salwa menunggu di meja kerja samb
Read more
Pengakuan Hana
“Mas.”Arkan yang tengah membaca buku di balkon menoleh, lalu bergeser dan membiarkan Hana duduk di sebelahnya.“Makasih, Sayang,” ucapnya saat melihat cangkir teh di tangan Hana. Disesapnya minuman, lalu meletakkannya di meja dan kembali lanjut membaca.Hana terus menghela napas. Tubuhnya bergerak gelisah, hingga Arkan menyadarinya.“Kamu kenapa? Ada masalah?”Hana tidak bisa menjawabnya. Melihat wajah Arkan malah membuatnya ingin menangis. Dia tidak tega memberitahukan kabar ini.“Sayang?”“Tadi pagi aku pergi sama Umi. Maaf ya karena aku gak pamit dulu.” Hana berkata pelan.Arkan mengangguk, senyum tersungging di bibirnya saat bertanya, “Pergi kemana?”Hana mengembuskan napas, lalu menunduk dan memainkan tangan suaminya. Tubuhnya terasa lemas membayangkan bagaimana reaksi Arkan setelah ini.“Han? Kamu sama Umi tadi kemana?” tanya Arkan lagi.“Aku ke rumah sakit. Sebetulnya aku gak mau ngomong gini karena takut Mas khawatir, tapi Umi bilang sebuah pernikahan gak akan diberkahi Allah
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status