All Chapters of Cinta yang Disadari Usai Bercerai: Chapter 21 - Chapter 30
79 Chapters
Bab 21. Memperjuangkan Dirimu
Pesawat yang ditumpangi Nadira dan Farhan baru saja mendarat di Bandara internasional Minangkabau. Farhan mendorong stroller Nafa menuju tempat pengambilan koper. Sementara Nadira melangkah di sampingnya. "Tunggulah di sini bersama Nafa. Aku ambil koper kita dulu." "Baik, Uda," jawab Nadira seraya mengambil alih stroller Nafa dari tangan Farhan. Mantan suaminya itu kemudian melangkah menuju tempat pengambilan koper. Sementara Nadira berdiri di tepi ruangan besar itu menunggu Farhan kembali. Nafa masih tertidur. Di pesawat tadi Nafa sudah kenyang minum ASI melalui botol susu. Nadira memang membawa beberapa botol stok ASI. Wanita yang saat ini memakai switer coklat muda itu tersenyum mengingat perhatian Farhan selama berada di pesawat tadi. Farhan bersedia menggantikan memangku Nafa dan memberi kesempatan pada Nadira untuk tidur beberapa saat. Nadira memang merasakan sangat lelah, walaupun dia juga tahu Farhan pun belum istirahat sejak pulang dari kantor tadi. Namun Farhan seperti
Read more
Bab 22. Tunggu Uda, Dira!
"Tenanglah. Jangan cemas! Kita hadapi bersama." Farhan mencoba menenangkan Nadira yang nampak pucat karena cemas. Mantan istrinya itu tidak pernah membantah orang tua. Oleh sebab itu dia begitu ketakutan saat ini. Mobil berhenti di depan rumah gadang yang sudah tak asing lagi bagi Nadira. Rumah gadang tempat Nadira dan Farhan bersanding ketika baralek gadang setahun yang lalu. Malam itu hati Nadira sangat berbunga-bunga, dipersunting oleh seorang pria tampan pilihan Ibu dan Mamaknya. Sepanjang malam baralek itu sebuah harapan hadir dalam hidupnya untuk meraih kebahagiaan bersama suaminya. Pada malam itu juga telah terpatri dalam dirinya untuk patuh dan berbakti pada suaminya kelak. Namun apa yang terjadi semua bertolak belakang. Harapan yang dia impikan tak menjadi kenyataan. "Dira, kita sudah sampai. Ayo kita turun!" "Astaghfirullah. Maaf, Uda!" Suara Farhan membuat Nadira tersentak dari lamunannya. Halaman rumah gadang masih tampak sepi. Beberapa anak-anak kecil sedang bermain
Read more
Bab 23. Dijodohkan Lagi
"Bagaimana bisa kamu pulang bersama dengan si Farhan itu?" tanya Bu Ani siang itu setelah Nadira menidurkan Nafa. "Uda Farhan tak mungkin melepas Nafa hanya berdua denganku untuk melakukan perjalanan jauh, Bu. Apalagi perjalanan ini mendadak tanpa ada persiapan. Oh ya, kenapa nenek tidak kita bawa saja ke rumah sakit, Bu?" "Nenekmu sudah tua, dia hanya ingin bertemu denganmu. Lihat saja, setelah melihatmu beliau nampak lebih sehat dan sudah mau makan," sahut Bu Ani sambil mamandang Nenek Suna yang sudah berumur sekitar tujuh puluhan. Wanita tua bertubuh kurus itu terbaring di atas ranjang di ujung ruang utama rumah gadang itu. "Tapi bagaimanapun juga penyakit nenek harus diperiksa, Bu! Ayolah, masalah biaya, biar Dira yang urus semuanya." Nadira terus mendesak. "Sudahlah, Dira ..., Aku tak apa. Aku hanya mau melihatmu bahagia." suara serak Nek Suna terdengar pelan. Nadira perlahan menghampiri Nek Suna. "Dira sudah bahagia, Nek. Jangan terlalu memikirkan Dira," ucap Nadira ters
Read more
Bab 24. Tangisan Nafa
"Nadira ..., Nadira! Kemarilah! Ini Mamakmu sudah menunggu!" Panggilan berkali-kali dari Bu Ani membuat Nadira semakin panik. Dia masih duduk di ranjang sambil memangku Nafa. "Uda Farhan, perjuangan kita baru akan dimulai. Entah kenapa aku begitu yakin ingin bersatu kembali denganmu. Padahal aku belum memastikan apakah kamu masih berhubungan dengan wanita itu atau tidak. Namun hatiku yang terdalam kini merasakan ketulusan cintamu. Mungkin karena adanya Nafa di antara kita. Sebagai pengikat rasa antara aku dan kamu. Bismilah ...." Nadira meyakinkan diri dalam hati dan kemudian bangkit berdiri. Dengan menggendong Nafa, Nadira melangkah keluar dari kamarnya menuju tempat Mamak dan Ibunya duduk di ruang utama rumah gadang. "Assalamualaikum ..." "Waalaikumsalam." Nadira masih menunduk dan mengambil tempat duduk persis di sebelah ibunya. Ruang utama rumah gadang yang memanjang sudah dialasi permadani yang biasa di gelar jika akan ada tamu istimewa. "Ssstt ... kenapa tidak pakai baju
Read more
Bab 25. Kembali Ke Jakarta
Farhan pulang kembali ke rumahnya dengan rasa nyeri yang teramat hebat di dadanya. Tangisan Nafa masih terus terngiang di telinganya. Setelah masuk kamar, ditumpahkan segala kesedihannya. Farha duduk ternenung di atas ranjang kamarnya. Wajahnya tertunduk. Sesekali kepalanya mendongak ke atas untuk menahan jatuhnya tetesan bening dari kedua kelopak matanya. Tarikan napas panjang berkali-kali di lalukannya. Berharap beban yang dia rasakan saat ini dapat berkurang. Air mata mulai menetes membasahi rahang kokoh pria bermata tajam itu. "Dira ... Nafa ...," lirihnya berkali-kali di sela-sela tarikan nafasnya. Penyesalan demi penyesalan kini telah merajai hati dan pikirannya. Kesalahannya di masa lalu seakan tak termaafkan lagi oleh dirinya sendiri. "Aku lebih baik mati, dari pada tak bisa bersamamu lagi ,Dira ..." desisnya seraya mengepalkan kedua tangannya. Wajah cantik sang mantan istri selalu membayangi. Mata bulat dengan wajah oval di hiasi lesung pipit itu sungguh tak bisa lepas
Read more
Bab 26. Saya Calon Istri Farhan
"Loh, Uda Farhan? Bukankah Uda sudah berangkat ke Jakarta sejak kemarin?" tanya Nadira bingung. Farhan semakin mendekat. Sebuah senyum tercipta di wajahnya. Rasa rindu yang membuncah pada dua bidadarinya kini seakan meletup-letup. Terlebih pada mantan istrinya itu. Setiap tarikan napasnya selalu terbayang wajah dan senyum yang menggetarkan jiwa. "Nadira ...." Nadira tak dapat menahan senyumnya melihat pria yang sebenarnya juga dia rindukan. Walau berusaha mencoba untuk menghindarinya beberapa hari ini, namun tak bisa dipungkiri sesungguhnya hatinya begitu merindu. "Nafa sini sama papa!" Farhan meraih Nafa dari Nadira dan membawanya ke dalam gendongannya. Farhan pun hanya membawa satu tas ransel di punggungnya. Mereka berjalan bersisian menuju ruang tunggu penumpang. Nadira menduga pertemuan mereka ini pasti ada campur tangan dari Vivi dan Nola. Barang-barang Farhan pun pasti juga sudah dikirim lewaf ekapedisi. Sepasang mantan suami istri itu melangkah bersama dengan wajah penuh
Read more
Bab 27. Kembali Terluka
"A-apa? Calon istri?" Nola ternganga seraya memandang Erika dari atas ke bawah beberapa kali. Wanita cantik masih sangat muda itu terheran mendengar ucapan Erika yang sangat percaya diri. "Iya! Saya calon istri Farhan. Kenapa? Kaget ya?" Erika melotot sambil berkacak pinggang di hadapan Nola. "Maaf, Bu. Pak Farhan sedang tidak bisa diganggu." "Memangnya Farhan sedang apa sampai tidak bisa diganggu, heh?" tanya Erika sewot. "Pak Farhan sedaaang ...." "Halah lama kamu!" Erika yang tak sabar segera melangkah hendak masuk ke dalam ruangan Farhan. "Bu, bu ...! Tunggu ...!" Nola bergegas mengikuti Erika yang terus melangkah tanpa menghiraukan panggilan Nola. Langkah Erika terhenti di depan pintu ruang CEO. Perlahan wanita bertubuh sintal itu membuka pintu. "Hai, Sayang ....!"Dengan senyum merekah Erika melangkah anggun menghampiri Farhan yang sedang fokus pada laptopnya. "Bu ... bu ...., maaf Pak Farhan sedang banyak pekerjaan. "M-maaf, Pak Farhan. Saya sudah mencoba untuk mencega
Read more
Bab 28. Perjuangan Cinta
Kesedihan terlihat jelas dari raut wajah wanita cantik berdarah asli minang itu. Farhan merasakan nyeri yang begitu hebat, dadanya penuh sesak, melihat sisa air mata yang masih ada di sekitar manik bulat milik Nadira. Perasaan bersalah yang luar biasa mulai menghujam hatinya. Entah yang keberapa kalinya dia menyakiti hati wanita itu. "M-maaf ... maafkan Aku!" Nadira tak kuasa menghindar saat satu jemari farhan berusaha untuk menghapus sisa bulir bening di pipinya. "Maafkan Aku, Dira! Lagi-lagi aku menyakiti hatimu." Nadira menggeleng. "Aku tidak apa-apa, Uda. Kembalilah ke ruanganmu!" Tangan Farhan menahan saat Nadira hendak kembali menutup kaca. "Izinkan aku mengantarmu!" tatapan memohon dari wajah tampan berahang kokoh itu penuh harap. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Nadira masih bersikap dingin. "Aku mohon, Dira. Izinkan aku mengantarmu!" ujarnya lagi. Kali ini wajah Farhan sungguh memelas. Nadira bimbang. Sungguh saat ini dia ingin menghindar dari pria yang berada di
Read more
Bab 29. Rencana Terselubung
"Joe, tolong jadwalkan keberangkatanku untuk meninjau lokasi proyek di Sumatra Barat!" perintah Neil saat sedang meeting dengan asisten pribadinya. "Kemungkinan satu bulan lagi Tuan. Karena masih pembersihan lahan." "Apa? Satu bulan lagi? Kelamaan. Jadwalkan saja minggu depan!" Rahang pria bule itu mengeras. Pasalnya proyek yang sudah dimulai sejak bulan lalu sangat lambat perkembangannya. "Tapi minggu depan Tuan belum bisa memulai untuk pembangunannya. Sungai yang akan dijadikan tempat wisata masih dikelilingi hutan." "Ada kendala apa? Kenapa begitu lama prosesnya?' tanya Neil geram. "Kami kesulitan mendapatkan para pekerja di sana. Masyarakat minangkabau kurang berminat untuk jadi buruh kasar," sahut Joe yang mulai gelisah melihat pimpinannya kesal. "Halaaah, alasan saja. Dasar kalian tidak bisa kerja! Ganti mandor utama kita dengan orang asli kampung sana! Beri upah yang pantas. Nanti aku akan memberikan nama seseorang yang bisa kalian hubungi di sana!" Neil mulai emosi. Pr
Read more
Bab 30. Kembali Pulang
Seorang pelayan tergopoh-gopoh menghampiri Nadira yang sedang memberi ASI pada Nafa di kamarnya. "Non Dira, hapenya bunyi," ujar pelayan itu seraya hendak memberikan ponsel Nadira yang tertinggal di ruang kerjanya sejak tadi. "Bawa sini, Mbak!" Mata Nadira melebar saat melihat banyak panggilan tak terjawab dari Ibunya. Setelah memberikan Nafa pada pengasuhnya, Nadira segera menghubungi balik Bu Ani. "Assalamualaikum, Bu. Ada apa?" tanyanya panik. "Waalaikumsalam. Diraa, pulanglah segera! Nenekmu kritis. Sebelum tak sadar tadi, beliau terus memanggil-manggil namamu, Nak." Terdengar isak tangis Bu Ani dari seberang sana hingga membuat Nadira semakin panik dan cemas. Akhirnya pecah juga tangis Nadira mendengar kabar sedih dari ibunya. Setelah menutup panggilan telpon, Nadira segera meminta Vivi untuk memesan tiket pesawat untuk malam ini. "Kamu yakin berangkat berdua saja dengan Nafa, Dira?" tanya Vivi dengan nada khawatir dari seberang sana. "Terpaksa, Vi. Aku nggak mungkin nin
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status