"Sebut saja jika mendiang paduka raja adalah Jasper Senior dan kamu adalah Jasper Junior. Karena entah sengaja atau tidak nama kalian sama." Diamond megambil kesimpulan, dan Jasper hanya mengangguk dengan senyuman lebar sebagai reaksi. Terlihat sangat senang mengetahui kenyataan ini."Entah bagaimana sepertinya Advandli salah mengenali kamu sebagai beliau. Tidak hanya karena nama kalian yang mirip, mungkin karena kalian adalah ayah dan anak, jadi susunan DNA kalian mirip."Jasper semakin sumringah mendengar ucapan Diamond. Senang sekali dikatakan mirip dengan mendiang ayahnya sendiri, meskipun dia tidak tahu bagaimana wajah dan sosok beliau."Yang perlu kau tahu, bahwa Gear milik ayahmu adalah Gear dengan level tinggi yang sama dengan Xenogears. Gear itu memiliki nama Brigandine. Gear dengan warna merah seperti darah yang memakai senjata utama, Twin Sonic Whip."Serasa ada angin sejuk yang tiba-tiba berhembus, dan melegakan bagi Jasper demi mendengar penjelasan terakhir Diamond. Akhirn

“Apa aku tadi terlalu kasar kepada Jasper?” Zircon bertanya kepada dirinya sendiri. Pria dingin itu melampiaskan kekesalan dengan ngomel-ngomel sendiri. Sambil memukul keras-keras samsak yang biasa dia gunakan untuk latihan bela diri di kamarnya. Kegiatan untuk melepaskan rasa stress yang melanda. "Apa aku sudah keterlaluan dalam menghajarnya?" "Apa seranganku terlalu brutal untuk ukuran duel dengan pemula?" "Haruskah aku minta maaf kepadanya?" "Sial! Kenapa aku jadi begini sih?" "Kenapa aku jadi tidak bisa bersikap lugas, dan wajar kepada Jasper?" "Aaarghh!" Sekali lagi Zircon melancarkan pukulan keras ke arah samsak. Sejak mendapat tugas menjadi lawan duel dalam ujian Jasper, Zircon menjadi sangat kacau. Dia selalu gelisah, canggung dan kaku saat harus berhadapan langsung dengan Jasper. Bagaimanapun Jasper salah salah satu sahabatnya, salah satu dari ketiga sahabat terbaik Zircon. Oleh karena itu, dia harus merubah sikap kepada Jasper. Kalau diteruskan seperti ini, maka akan

Opal melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sambil terus mengemudikan mobil sport hijau miliknya ke arah istana. “Sial, aku terlambat. Mereka pasti akan menghukumku.” Gerutu Opal melonggarkan ikatan dasi di lehernya. Kemudian melanjutkan konsentrasi pada jalanan yang kian menanjak. Sejak beberapa hari ini Opal memiliki tugas tambahan sebagai pelatih Jasper untuk mengendalikan Gear. Akibatnya dia harus mengganti pekerjaan di rumah sakit yang tertunda pada malam hari. Untung saja Amethys, kakaknya bersedia untuk menangani sebagian pasien Opal. Kalau tidak, dia benar-benar tidak akan sanggup lagi untuk bertahan. Begitu memasuki kompleks istana, Opal membelokkan mobil ke arah paviliun para mentri. Tampak di depan pintu gerbang Diamond dan Zircon yang sudah berdiri dengan berkacak pinggang dan wajah masam. Mereka berdua pun menyambut dan menghentikan mobilnya. “Telat dua puluh menit. Tidak bisa ditoleransi.” Zircon langsung menyambutku dengan nada dingin. “Seb

“Kembalikan minumanku, Opal!” Diamond berusaha merebut gelas minumannya yang ketiga dari tangan Opal. Sepertinya dia sudah berniat untuk mabuk malam ini. “Nanti dulu! ..." Opal menolaknya mentah-mentah. Malah menjauhkan gelas itu dari jangkauan Diamond. "Kita BloodyHell. Aku pernah membaca di salah satu buku, kalau kota ini adalah kota otonomi. Tidak berada dalam kekuasaan juga tidak terikat oleh peraturan kerajaan manapun. Kita itu dikelilingi oleh gurun pasir yang merupakan zona bebas tanpa penguasa." "Opal benar. Zona bebas adalah daerah yang paling berbahaya. Daerah itu memiliki banyak ranjau serta bandit dan perampok ganas bebas beroperasi di sana.” Diamond menyetujui ucapan Opal. “Kenapa kota itu dianggap hilang?” Zircon kembali bertanya . “Dulu BloodyHell merupakan wilayah Almekia Kingdom, daerah itu dijadikan tempat pembuangan dan penjara bagi para narapidana dengan hukuman yang berat." Opal menjabarkan sejarah dari kota BloodyHell yang pernah dia baca. "Seluruh penghuni

Diamond bergegas memenuhi panggilan tugasnya ke markas besar militer. Bangunan tujuh tingkat itu terlihat sangat kaku dan suram. Membuat siapa saja yang akan memasukinya merinding, bahkan ketakutan. Markas para tentara ini dijaga sangat ketat agar orang yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk. Bahkan anggota militer pun harus melaporkan kepentingannya untuk dapat memasuki bagian lebih dalam atau ingin menemui seseorang. “Selamat pagi kolonel Diamond Lionheart, ada yang bisa saya bantu?” Sapa seorang gadis tentara yang bertugas sebagai resepsionis. Tak ketinggalan gadis itu juga memberikan penghormatan militer.Diamond menjawab penghormatan itu sebelum menjawab, “Saya mendapat panggilan dari Jendral Morgan,” “Mohon tunggu sebentar ...” Gadis itu melakukan hubungan singkat dengan layar komputer di hadapannya, untuk memastikan apa yang harus dia lakukan. “Jendral Morgan sedang melakukan pertemuan dengan beberapa mentri lain di ruangannya. Akan tetapi anda dipersilakan hadir dalam p