Semua Bab Eksistensi Putra Guntur: Bab 11 - Bab 20
39 Bab
KONFLIK DAN EMOSI
Saat itu Wira memperlambat gerakan kakinya. Sementara Hanum jauh di depan sana, berlari dengan cepat. Namun, tidak lama Wira tidak merasakan lagi eksistensi Hanum di sekitar situ. Hal itu membuatnya segera mempercepat langkah. Dan benar saja bahwa Hanum telah menghilang.Wira pun langsung berubah ke wujud manusia. Dia menyapu pandangannya ke seluruh sisi rimba, sambil menyeru nama Hanum. Sayangnya tidak ada respon."Sial. Tidak ada jawaban," batin Wira. "Sepertinya ada yang aneh. Kata Tuan, Hanum tidak bisa kanuragan. Jika begitu, pasti ada sesuatu yang membuatnya hilang dari tempat ini."Hilangnya tiba-tiba Hanum membuat Wira curiga. Segera dia memeriksa area sekitar dan lantas menemukan eksistensi energi aneh. Energi tersebut asalnya dari cairan hijau yang menempel di beberapa daun besar di sekitar tempat itu."Apa ini?" Wira menampilkan raut wajah penasaran. Dia sejenak melakukan beberapa gerakan tangan, yang lekas membuat tangannya dilapisi oleh aura cahaya energi berwarna hitam
Baca selengkapnya
UTUSAN MASTER
"Siapa orang itu? Tampaknya dia bukan pendekar biasa."Di meja tidak jauh dari pintu. Seorang berpakaian hijau-hitam, bertanya kepada rekannya. Perawakannya agak kekar, berambut panjang diikat, memegang pedang sambil tangannya menyilang di atas dada. Dari seragam yang dipakainya, dua pria di sana berasal dari sekte Pedang Kuno, yang juga merupakan perguruan terkenal di desa Jalung.Pria itu bernama Kaesan, sedangkan rekan di sampingnya bernama Barun."Entahlah, Kakak. Aura yang dirembeskannya cukup kuat. Dia begitu tenang. Bahkan jika aku yang diposisinya, sudah pasti aku tidak akan menoleransi siapa pun yang mengusikku," balas Barun."Jangan salah. Sepertinya sebentar lagi dia akan ikut dalam lingkaran pertarungan. Lihat saja."Kaesan memperhatikan Panca yang memang saat itu seperti tidak tahan lagi untuk menyerang. Namun, tiba-tiba saja seorang pria berseragam sama dengan mereka, mendekati Panca."Di sini kau rupanya?" ucap si pria itu, yang mengenakan ikat kepala biru.Suara tersebu
Baca selengkapnya
KADAL EKOR KALAJENGKING
Sejenak Panca terdiam, memandangi pemimpin siluman laba-laba itu. Lantas, dengan cepat dia menekan pijakannya dan lalu melesat ke arah siluman laba-laba untuk mengambil serangan.Pertukaran jurus pun berlangsung. Meski pemimpin siluman laba-laba itu terlihat sangat lihai dalam mengolah gerakan, juga energinya yang cukup kuat. Dia bukanlah tandingan Panca. Hanya dengan beberapa gerakan setelah mengetahui titik lemah lawan. Serangan telapak Panca berhasil mengenai dada pemimpin siluman, yang membuatnya terhempas ke belakang dan ditangkap oleh beberapa rekannya."Uhuk!"Pemimpin siluman laba-laba terbatuk dengan sedikit menyemburkan darah dari mulutnya."Jadi kau lebih percaya pria itu dari pada kami? Huh. Aku pikir kau lebih bijak dariku. Ternyata ... baiklah. Kami tidak akan ragu jika harus melawan kalian, atas kesalahan yang tidak kami perbuat."Kesal dengan sikap Panca. Siluman laba-laba itu kini telah menyatakan perang. Namun, baru saja akan mulai menyerang. Panca lekas menahan merek
Baca selengkapnya
GUNUNG DARAH KECAWEN
"Tuan? Kita akan ke mana?" tanya Wira. Mereka saat ini tengah melompati pepohonan, seolah melayang di udara."Ke markas kadal ekor kalajengking," balas Panca. Lantas Panca menoleh ke kiri, pada Huzen. "Apakah benar ini arahnya?""Benar. Hanya berapa ratus meter lagi, baru kita akan sampai di sana.""Siluman kadal ekor kalajengking? Mereka kan yang menculik para siluman laba-laba itu? Apa hubungannya dengan kita?" Wira memastikan."Kau akan mengetahuinya setelah sampai di sana.""Cih. Sialan. Kenapa kau membuatku penasaran?" gerutu Wira, yang tidak mendapat jawaban sesuai kemauannya....Beberapa saat berlalu. Kini mereka mendekati gunung Darah Kecawen, dimana para siluman kadal ekor kalajengking itu berkumpul.TAK TAK"Medan di sini menampung aura negatif yang cukup banyak. Sebaiknya kita melanjutkannya dengan berjalan," ucap Panca, ketika baru saja mereka turun dan berpijak tepat di kaki gunung. Panca masih dengan topeng hitam bergaris coklat menutupi area mulut dan pedang Guntur Naga
Baca selengkapnya
MASALAH BARU SAJA DIMULAI
"Tenang. Jangan terpancing emosi," ucap Panca, memperingatkan. Matanya terus bersiaga. Saat itu dia mulai merasakan banyaknya eksistensi energi yang cukup kuat, tengah mengepung posisi mereka.SIUUF FIUF FIUFDan benar saja. Puluhan sosok hitam serupa lantas melesat ke arah mereka, membuat Wira dan Huzen terkejut, kemudian segera bersiap. Sementara Panca, lekas dia mengentakkan kaki kanannya, yang lalu membuat angin terhempas hebat ke berbagai arah, hingga berhasil menggetak eksistensi di sekitarnya. Setelahnya, dengan tenang Panca mengayunkan pedangnya, yang tampak percikan petir membungkus badan pedang.SLING SLINGSLING SLINGSLINGSekejap cahaya putih kebiruan melintas zig-zag, menyapu puluhan sosok hitam tersebut hingga tak dapat berkutik sama sekali. SLINGSetelah itu, terlihat Panca yang telah berjarak beberapa meter dari Wira serta Huzen sekilas menghempaskan pedangnya ke samping, yang langsung memperlihatkan kilau keperakan pedang tersebut dan sedikit percikan petir. Di beber
Baca selengkapnya
KETAHUAN
Dia merasakan ada eksistensi energi yang cukup kuat di sekitar gunung, tetapi bukan energi siluman kadal ekor kalajengking. Terlebih lagi energi tersebut terasa mengancam, membuat Panca segera bergegas ke arah yang berlawanan dengan suara ledakan.Saat di perjalanan. Panca beberapa kali dihadang oleh sejumlah siluman kadal ekor kalajengking. Namun, kekuatan Panca masih cukup untuk menaklukan para siluman tersebut. ...Tidak lama. Panca yang melompati pohon demi pohon, lantas terhenti setelah menabrak sebuah dinding transparan, yang ternyata area tersebut telah dilindungi oleh segel."Segel penghalang? Sebenarnya apa yang sedang direncanakan para siluman ini?" batin Panca, seiring menempelkan telapak tangannya pada segel penghalang tersebut. Dia mencoba memahami bagaimana segel itu terbentuk.Begitu penasaran. Panca lalu melompat ke bawah dan berpijak di tanah."Tidak mencobanya, maka tidak akan pernah tahu."Panca lantas melakukan beberapa kali gerakan tangan, dengan jemari tengah da
Baca selengkapnya
TOMBAK MATA GILA
Melihat itu, Panca juga tidak tinggal diam. Dia menghunuskan pedang Guntur Naga Langitnya yang bertengger di punggung, yang sekejap memperlihatkan kilau keperakan.SLINGPanca lalu menghempaskannya ke samping dan pada waktu yang bersamaan, pedang tersebut lekas dibaluti percikan petir."Tahan!" Tetua Patri melayang ke depan, menghentikan bawahannya itu."Anak ini memiliki beberapa kemampuan. Aku penasaran, apa yang bisa dia lakukan di hadapanku," imbuhnya.Segera Tetua Patri merentangkan tangan kanannya, yang pada waktu bersamaan, sebuah tombak emas tercipta pada seiring cahaya merah berjalan."Tombak Mata Gila?" celetuk Panca dalam hati. Dia mengenal pusaka itu, yang merupakan salah satu senjata kuno yang sangat terkenal. Tidak menyangka jika dia akan berhadapan dengan pengguna pusaka itu secepat ini.Meski demikian. Pemandangan di depan tidak menciutkan nyali Panca. Tetua Patri yang melesat memulai serangan, membuat Panca juga segera bergerak tanpa ragu.TING TINGTING SIUF TING TING
Baca selengkapnya
TUJUH JENIS RACUN
Lantas tidak berapa lama mereka saling bertukar serang. Masing-masing terhempas ke belakang, dengan Panca yang terhempas ke bawah dan Tetua Patri yang terhempas makin ke atas."Bocah sialan! Ambil ini!" tekan Tetua Patri.Dengan cepat dia melakukan gerakan tangan setelah memutar sejenak tombaknya, lalu melemparnya ke arah Panca.[Tombak Ular Merah Penelan Gunung]FIUFSontak saja, cahaya merah yang terpancar menyelimuti badan tombak, membentuk seekor ular besar dengan taring menyeramkan. Di bawah, Panca sesaat mendelik dan sejenak mengayunkan pedangnya juga, yang setelah itu, terlihat cahaya kekuatan pedang membentuk seekor naga biru yang dibaluti eksistensi petir.[Tebasan Naga Penghancur]DUARRRLedakan energi terdengar begitu dahsyat, sampai cahaya antara kedua kekuatan itu terpancar memenuhi area sekitar. Hempasan anginnya juga saat itu sangat hebat, hingga membuat debu-debu tak ayal menutupi pandangan mereka."Huh. Kau pikir kau bisa kabur ke mana?"Lalu sesaat debu itu mulai me
Baca selengkapnya
MATI?
"Sekarang tunduklah!"Tetua Patri lantas memutar tombaknya, melemparnya ke atas, dan kemudian melancarkan teknik Hujan Darah Penghancur Bumi.Puluhan tombak cahaya merah tampak melesat ke arah Panca. Panca yang merasa terpojok, terpaksa harus menggunakan teknik yang baru saja dia kuasai, yaitu Ajian Naga Guntur.JEDARSangat cepat petir menyambar tubuh Panca dan menghempaskan angin dahsyat ke berbagai arah. Terlihat tanah di sekitar Panca retak hebat dan pada waktu yang bersamaan, seekor naga cahaya biru menampakkan dirinya, terbang mengitari tubuh Panca."Ajian Naga Guntur!" tandas Panca."Huh. Sudah kuduga. Kau adalah murid tua bangka itu." Tetua Patri, berucap lirih. Dia menghempaskan tangannya ke depan, mempercepat lesatan puluhan tombak yang menggempur Panca.JEDARPanca menancapkan pedangnya, dan petir menggelar seiring itu. Naga cahaya biru yang mengitari tubuh Panca, segera bergerak maju dan menyemburkan napas api birunya.Sesaat kedua kekuatan itu saling menekan, mempertahank
Baca selengkapnya
KONDISI PANCA
"Ampun, Tuan. Ampun." Pengawal itu segera menyimpuh dan beberapa kali bersujud."Apa yang membuatku tergesa? Aku tidak ingin mendengar sesuatu yang buruk karena kelalaian kalian!""Tidak, Tuan. Tidak ada kelalaian yang kami buat. Hanya saja, ada berita buruk. Saat jalan pulang, kami mendengar suara ledakan tidak jauh dari tempat ritual. Setelah mengeceknya, tempat itu porak-poranda. Kami menemukan mayat Tetua Patri dan dua pengawal dengan kondisi mengenaskan.""Apa?" Galuh Primuja berceletuk dengan sangat keras."Ampun, Tuan. Tetua Hugeng bersama yang lainnya sedang menuju ke sini."Betapa terkejutnya Galuh mendengar kabar tersebut. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang Galuh yang harus melihat mayat adiknya, ketika Tetua Hugeng dan lainnya sampai di kediaman Jelak Hitam. Terlebih lagi berapa hari kemarin, dia telah berduka atas kematian putra bungsunya.Selain Galuh, seluruh keluarga juga terguncang atas hal itu. Mereka menangis dan berniat untuk menyelidikinya. Mereka akan me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status