All Chapters of Eksistensi Putra Guntur: Chapter 21 - Chapter 30
39 Chapters
TIGA TANAMAN PENETRAL RACUN
"Aku tidak mengerti. Hanya berharap dia tidak apa-apa," balas Huzen. "Hm. Dilihat dari lukanya, seharusnya sudah merusak dantiannya. Namun, ketika tadi kuperiksa. Ternyata dantiannya baik-baik saja. Ini cukup aneh. Atau sebuah kejaiban? Entahlah."Huzen hanya bisa mendengar pernyataan itu tanpa memberi komentar. Pengetahuannya tentang medis sangatlah minim....Sementara di ruangan lain. Tiga orang biksu tengah menangani masing-masing satu pasien yang dibawa Huzen."Tuan!" Satu orang biksu tampak mengalirkan tenaga dalamnya kepada Wira, setelah beberapa saat tadi memberikannya ramuan. Namun, tanpa diduga Wira seketika bangkit, yang membuat sang biksu terlonjak hingga terdorong dua langkah ke belakang."Tuan? Tuan? Di mana tuanku?"Keagresifan Wira saat itu membuat sang biksu tidak bisa melakukan apa pun. Dia menggeleng sambil menunjukkan raut linglung."Di mana tuanku?" Wira lalu menoleh ke belakang, pada dua biksu yang tengah mengobati Yati dan Hanum. Namun, sontak saja Wira terdia
Read more
TRAUMA
Mereka tidak menjawab dan tetap melanjutkan langkah. Beberapa saat, mereka pun tiba. Dari luar, terdengar suara jerita yang sangat keras seorang wanita.KREKSuara pintu terdengar. Di dalam, Yati yang jongkok bersandar di sudut ruangan dengan rambutnya yang sudah awut-awutan, lekas menyorot tatapannya ke arah pintu. SIUUFTetua Kalingga yang lebih dulu masuk, sontak dikejutkan dengan sebuah vas berwarna hijau pudar yang melesat ke arahnya. Untung saja Tetua Kalingga sangat gesit, sehingga dapat menangkap vas itu dengan mudah."Pergil kalian! Pergi! Jangan! Jangan lakukan itu! Pergi kalian! Tidak. Aku tidak mau! Jangan!" Yati melantangkan suaranya."Apa yang terjadi?" Master Hubalang Luda menepuk pundak satu biksu di sana, lalu bertanya."Izin, Tuan Master. Beberapa saat tadi wanita itu sudah sadar. Namun, dia langsung berontak dan seolah-olah kami akan melakukan sesuatu padanya. Kami sudah berusaha menangkan, tapi dia tetap seperti itu. Sepertinya ada yang salah dengan mentalnya," ja
Read more
SERANGAN SUKU CUANCI
Kali ini Wira tidak banyak bicara dan menerima apa perkataan Tetua Kalingga. Malam itu mereka habiskan dengan bermeditasi, untuk memulihkan kekuatan.***Di tempat lain, tepatnya di sekte Pedang Kuno. Tetua Sura diam-diam masuk ke dalam kamar Panca, di saat biksu yang berjaga sudah terlelap. Dia mendekat ke ranjang dan melakukan berapa gerakan tangan, yang kemudian terlihat cahaya aura memancar pada tubuh Panca.Setelahnya, Tetua Sura tersenyum miring dan lantas menyayat pergelangan tangan Panca, hingga membuat darah mengalir lancar. Darah yang mengalir itu lalu ditampung Tetua Sura dalam sebuah cangkir. Setelah cangkir itu penuh, Tetua Sura segera menghentikan pendarahannya dan menutup luka tersebut hingga tanpa bekas sedikitpun.Kemudian, Tetua Sura kembali merapalkan gerakan tangan dan mengalirkan tenaga dalamnya pada Panca. Tidak lama, Tetua Sura menghentikan aksinya dan pergi diam-diam dari ruangan....Malam beganti pagi. Mereka kini kembali menempuh perjalanan. Di jalan, dua ka
Read more
SUKU MUROA
"Setelah berjalan begitu jauh, dua kali kita menemui tempat yang sama. Sepertinya ada yang aneh dengan tebing batu ini," ucap Tetua Kalingga, kemudian turun dari tunggangan, disusul oleh Wira dan Huzen."Aku juga merasakan hal yang sama. Pola garis bebatuan di sana tampak teratur. Apa sebuah simbol atau semacamnya?" Huzen membalas.Wajah mereka mendongak, menilik sisi demi sisi tebing batu yang menjulang hingga tiga puluh kaki di depan sana.Tidak lama, sontak saja mereka merasakan adanya eksistensi lain di sekitar situ."Hm ... aku merasa ada yang sedang mengawasi kita," lirih Huzen.Tetua Kalingga dan Wira mengerti. Kaki mereka sedikit menyerong, bersiap siaga apabila ada pergerakan aneh yang mengancam.Dan benar saja. Kuda yang mereka kendarai mulai resah. Seketika rerumputan di sekitar membeku dan perlahan berjalan mengepung tempat mereka berpijak.SIUF SIUF SIIUFDari atas, puluhan anak panah berlapis es menghujan ke arah mereka. Menyadari hal itu, Tetua Kalingga segera merapalkan
Read more
PERTARUNGAN DI PERBATASAN
"Bagaimanapun alasannya. Kalian tidak bisa mendapatkannya, kecuali ...."Seta Lugina menambah, dan butuh waktu beberapa detik untuk Tetua Kalingga, Wira, dan Huzen menunggu lanjutannya. Sayangnya, Seta Lugina hanya memperdengarkan suara helaan napas agak panjang setelah itu."Apa yang kalian cari, tidak ada di tempat kami." Aji menjelaskan, membuat perhatian tertuju padanya.Mereka bertiga tidak mengerti. Semuanya telah dilakukan sesuai arahan, tetapi dengan yang satu ini ... entahlah?Kemudian Seta Lugina mengambil perhatian. "Tiga tahun lalu kami berkonflik dengan suku Cuanci. Padahal sebelum itu, hubungan kami baik-baik saja. Namun, semenjak mereka hendak menguasai wilayah kami. Sejak itulah kami kehilangan lotus salju kelopak enam.""Jadi maksud Tuan Seta ...." Tetua Kalingga, menimpal."Jika ingin mendapatkan apa yang kalian cari, maka pergilah ke Lembah Buleleng. Karena lotus salju kelopak enam telah diambil oleh suku Cuanci.""Diambil suku Cuanci?" sambung Wira. "Lantas kenapa
Read more
INI MASALAHKU
Seta Lugina kemudian tidak menahan Wira untuk ikut. Bersama Aji, Bina Kundala, dan para pengawal lain, Wira bergegas ke perbatasan.Beberapa ratus meter sebelum perbatasan. Wira dapat melihat kepulan awan tebal berada di atas tebing batu, yang di dalamnya terlihat percikan-percikan cahaya putih kebiruan."Entah siapa orang itu. Dia cukup kuat," ucap seorang pengawal, yang sebelumnya telah menyaksikan bagaimana orang tersebut berduel dengan Senior Ban....Tidak berselang lama. Dengan keahlian peringan tubuh, mereka melompati bebatuan bak melayang di udara, yang membuat mereka tak cukup satu menit sudah berada di atas tebing batu tersebut.Dan benar saja. Ketika sorotan mata mereka mengarah ke bawah. Seseorang dengan eksistensi petir terlihat mendominasi pertarungan. Energinya begitu agresif, seolah tak terkendali.Wira menilik dengan sangat serius. Mungkin bisa dibayangkan, pikiran Wira kepada siapa jika eksistensi kekuatannya berkaitan dengan petir. Tentu, mengarah kepada tuannya yai
Read more
LEMBAH BULELENG
Panca lantas terdiam beberapa saat. Dia tidak tahu siapa yang tengah berbicara dengannya, tetapi apa yang dikatakan semuanya benar. Namun, Panca sebenarnya telah memutuskan, dan tahu konsekuensi yang ada, sehingga dia sampai di tempat ini."Terima kasih kisanak, atas perhatiannya. Aku sadar, hal ini akan menyulitkan kalian. Namun, aku berjanji untuk tidak membiarkan itu terjadi. Kalaupun aku mati, aku minta kalian untuk tidak khawatir dan makamkan aku di mana saja," balas Panca.Netra Wira yang tersorot pada Panca itu kini membulat, terkejut dengan kalimat yang dilontarkan Panca."Lantas, untuk apa kita bersusah-susah mencari obat penawar untukmu, sedangkan kau bersiap mati dalam misi ini?""Maka aku pastikan itu tidak akan terjadi. Tidak perlu khawatir. Bukankah kita sudah berada di gunung Kabut Es? Tempat tujuan akhir adalah di sini kan?"Panca tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga Tetua Kalingga yang dasarnya keras dan gampang emosian, segera menjelaskan kepada Pan
Read more
EKSISTENSI MEREKA API
"Panca! Wira!" Tetua Kalingga dan Huzen menyeru bersama. Betapa terkejutnya mereka.SIUUFFPanca saat itu hendak menggunakan eksistensi naga gunturnya, untuk membawa mereka ke atas. Namun seketika seekor merak api menyambar tubuh mereka, dan lalu menjatuhkannya di sebelah Huzen."Panca? Wira? Apa kalian tidak apa-apa?" celetuk Huzen, ketika Panca dan Wira perlahan berpijak pada jalur setapak itu."Tidak. Tidak apa-apa," balas Panca. Kemudian Panca melempar wajahnya ke atas, diikuti yang lainnya. Mata mereka seketika tersorot pada merak api tadi, yang saat itu tampak tak henti mengepakkan sayapnya."Siapa yang berani masuk ke wilayah ini? Apakah kalian sudah bosan hidup?"Seorang wanita di atas tunggangan merak api, membuat suara yang keras. Rambutnya yang terurai hingga punggung, membuatnya tampak cantik. Ditambah lagi baju merah lengan pendek, dengan pakaian bawah yang sedikit terbuka. Dilihat dari penampilannya itu, sepertinya dia merupakan orang dari suku Cuanci, yang bukan dari
Read more
YANG MEMBERONTAK
Beberapa saat berjalan. Mereka kini berada dalam goa. Sepanjang berjalan, tidak lepas pandangan mengamati sekitar, yang ternyata goa tersebut cukup luas."Hey, cepatlah!" pinta Hayati, yang berjarak beberapa meter dari mereka berempat. Setelah itu dia melanjutkan jalannya....Saat ketika mereka telah masuk ke suatu tempat yang ternyata inti goa. Mereka terkejut, karena di sana terdapat tenda-tenda mukim segitiga, yang mencukupi ruangan goa."Apakah ini suku Cuanci?" bisik Wira, pada Panca, yang membuat Panca menggeleng tipis.Seluruh mata orang-orang yang ada di sana tidak lepas tertuju ke arah mereka. Menerka-nerka, siapa yang baru saja datang.Sementara Hayati yang mengantarkan mereka ke sini, entah berada di mana. Padahal tadi dia berada di depan."Tempat ini begitu sesak. Apa benar ini kediaman suku Cuanci?" Huzen berbisik pada Tetua Kalingga."Tidak tahu. Aku belum bisa memastikannya." Tetua Kalingga menjawab dengan berbisik juga."Cukup aneh bukan? Tidak seperti yang diceritaka
Read more
JALUR RAHASIA
Berpindah ke Panca dan lainnya. Mereka terlihat tengah menyantap makanan yang cukup banyak macamnya.Ketika asyik makan dan bercanda, Gundal Pama terdiam dan merasakan dadanya sesak. Dia terbatuk sekali dan sontak darah menyembur dari mulutnya."Ayah?" celetuk Hayati, terkejut. Dia segera berdiri dan mendekat pada ayahnya.Bukan hanya Hayati, semuanya juga ikut terkejut. Namun, tampaknya Gundal Pama masih bersikap tenang untuk membuat semua yang ada di situ tidak panik berlebihan.Melihat hal itu, Tetua Kalingga segera berdiri dan duduk di belakang Gundal Pama. Cepat dia melakukan gerakan tangan dan menghempaskannya ke punggung Gundal Pama, hingga cahaya kuning keemasan memancar, menyelimuti tubuh Gundal Pama.Di sisi lain, Panca memang sedari tadi memperhatikan Gundal Pama. Meski raut wajahnya ceria, tetapi aura yang dia keluarkan tampak tidak seceria yang terlihat. Semacam ada yang dirasakan, tetapi disembunyikan oleh Gundal Pama."Maaf. Apakah Ketua Gundal sedang terluka?" tanya Pa
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status