All Chapters of Eksistensi Putra Guntur: Chapter 1 - Chapter 10
39 Chapters
PERTARUNGAN DUA PUSAKA
“Tolong! Tolong kami!” Suara teriakan wanita terdengar dari hutan tidak jauh dari desa Jalung, Distrik Timur daratan Bulubalang. Mendengar teriakan tersebut, pria gagah bernama Panca Sena yang sedang berada dalam misi yang diberikan sang guru, bergegas untuk menemukan sumber suara. Dia melompat ke udara dan terbang memijaki ujung pepohonan. Tidak lama, dia turun di tengah-tengah sekumpulan pria yang sedang mengganggu dua wanita cantik, untuk memberikan beberapa serangan telak hingga para pria itu terhempas ke belakang.Setelahnya, cepat Panca Sena merangkul pinggang dua wanita tersebut dan melompat ke udara untuk menyisihkan keduanya.“Pengecut! Beraninya dengan wanita!” tandas Panca Sena. Dua wanita di belakangnya terlihat ketakutan sambil berpegangan tangan."Siapa kau? Dasar pengemis! Jangan ikut campur urusan kami!" Salah satu dari sepuluh pria yang berpakaian merah-hitam itu membentak.Namun, bentakan tersebut tidak membuat Panca gentar. Penampilannya yang seperti petapa gunung
Read more
AJIAN TAPAK SERAP JIWA
Kondisi itu membuat Wadana terdiam. Namun, sepintas senyum liciknya tergambar pada bibir. Tanpa disadari Panca, Wardana sedang mengumpulkan energi pada tangan kanannya yang disembunyikan di belakang. Dengan sangat cepat Wardana menghempaskan telapak tangan kanan itu ke depan, yang membuat Panca terkejut dan lalu terpental setelah perutnya telak menerima kumpulan kekuatan yang cukup besar itu.SREEK"Uhuk!"Suara kerukan alas kaki terdengar, seiring kaki Panca menekan tanah untuk menghentikan dorogan serangan. Dia kemudian terbatuk dan mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya.Tidak hanya itu. Wardana kini melanjutkan serangannya dengan sesaat merapalkan gerakan tangan dan dihempaskan lurus ke arah Panca. Pada waktu yang bersamaan, Panca yang mendapat serangan tersebut langsung sedikit melayang di udara, seiring cahaya petir kuning menyelimuti tubuh. Degup jantungnya berdetak lebih cepat dari yang biasa. Jiwanya seperti tertarik seiring rasa sakit mencecar sangat hebat."Aaaah! Aaah!"
Read more
ORANG-ORANG SEKTE
Dia tidak menyangka, jika kakek yang kemarin membantunya kini dipertontonkan tubuhnya dengan posisi terikat di tiang besar. Tubuh kakek itu begitu mengenaskan, dimana seluruh tubuhnya dihiasi oleh memar dan sayatan akibat cambuk yang ayal dihantamkan algojo di situ."Inilah hukuman bagi siapapun yang hendak menentang sekte Jalak Hitam!"Seorang dengan jubah merah-hitam, melantangkan suaranya. Dia merupakan salah satu petinggi di Jalak Hitam."Heh? Memangnya apa yang dibuat kakek Hur?""Kudengar dia melindungi pembunuh tuan muda sekte Jalak Hitam.""Sangat disayangkan ya. Padahal yang aku kenal kakek Hur sangatlah baik hati dan ramah kepada orang-orang.""Memangnya apa yang terjadi sebelumnya?""Ada yang bilang tuan muda Wardana melecehkan dua cucu kakek Hur. Tapi seorang pemuda misterius menyelamatkan mereka dan sampai membunuh tuan muda Wardana.""Benar. Aku juga mendengarnya. Orang-orang sekte mengetahuinya dari seseorang yang katanya orang desa ini. Dikatakan juga kakek Hur membunuh
Read more
KEMARAHAN PANCA
Dia pun teringat satu kejadian yang sama, di mana dia pernah dipojokkan seperti ini oleh seseorang hingga merenggut keperawanannya. Rasa traumanya langsung meluap tak terbendung. Sayangnya dia hanya bisa menangis dengan suara yang tersumbat gulungan kain.Sesaat, sang kusir yang tengah mengendalikan kuda itu pun merasa kereta sedikit bergoyang, seiring suara jeritan wanita tertahan dari dalam....NGIHIHIKTidak lama. Tiba-tiba saja perjalanan mereka terhenti. Seseorang penunggang kuda menghalangi jalan mereka."Siapa kau?" tandas rekan yang berada paling depan.Sementara itu, Budu menyembulkan kepalanya dari jendela, yang tatapannya langsung tersorot pada si penunggang kuda. Menyadari hal tersebut kurang baik, Budu turun dari kereta sambil memperbaiki posisi pakaian bawahnya yang terbuka. Rasik juga ikut turun, berlagak sama seperti Budu yang merapikan pakaian bawah.Seorang penunggang kuda itu bukan lain adalah Panca. Tanpa banyak bacot Panca melompat dari kudanya dan terbang di udar
Read more
TEKAD DI ATAS DENDAM
Panca mengembus napas agak panjang, lalu mulai menjawab. "Seperti yang sudah kukatakan tadi, jika aku punya misi dari guruku di tempat ini. Lagipula, diminta sekalipun. Seorang pendekar tidak akan lari dari masalah, terlebih jika harus membuat orang lain memikulnya.""Aku tidak menyangka, kakekmu akan mengambil masalah ini hanya untuk menyelamatkanku. Dia melayangkan nyawa para bawahan Wardana kemarin hanya agar tidak ada yang buka mulut sehingga aku bisa terbebas. Sayangnya ada seorang yang melihatnya dan membeberkannya pada orang-orang di sekte. Maafkan aku," lanjut Panca.Hanum yang mendengarnya lekas sedikit membulatkan mata. Dia kemudian langsung mengingat kembali dan membayangkan apa yang terjadi pagi tadi. Dia tidak begitu mengerti, karena tiba-tiba saja orang-orang sekte datang dan membuat onar. Bukan hanya di rumahnya saja, melainkan juga kepada para warga di sekitar rumah.Tanpa penjelasan, Hanum dan Yati langsung dibawa oleh sekelompok orang sekte secara paksa. Sementara kak
Read more
PENDEKAR KAPAK TENGKORAK
"Huh. Bedebah. Kita lihat, seberapa tinggi kekuatan bajingan sepertimu. Lalu aku akan memberi tahu namaku di detik-detik kematianmu. Hiaaaa!"Si pria kekar pun tanpa ragu segera berlari ke arah Panca. Meski tidak mengerti maksud dari si pria kekar ini. Panca tetap meladeninya tanpa takut sedikitpun.FIUUF FIUFFIUF FIUFAyunan kapaknya yang besar dan tebal itu sontak terdengar jelas, seiring Panca bergerak ke kiri dan kanan untuk menghindari kapak tersebut.Berlangsung beberapa kali pria tinggi kekar itu mengayunkan kapaknya. Namun, masih belum menggertak Panca yang bahkan belum mengambil serangan."Cih! Kau meremehkanku?"Si pria itu melontarkan ucapan yang terdengar kesal, ketika tercipta jarak beberapa meter antara dia dan Panca. Lalu dengan sigap dia menghempaskan kapak besarnya ke samping, yang sesaat memperlihatkan kilau keperakan pada mata kapak.TAKTAKTAKKemudian dia berlari dengan cepat. Namun, kali ini energi yang dirembeskannya cukup agresif, yang dapat dirasakan jelas oleh
Read more
DUA EKSISTENSI LAIN
"Mungkin sedang menuju ke sini. Aku sendirian kemari. Tadi melihat sinyal dari Kakak," jawab Sabit Kematian. Lalu dia menoleh ke arah Panca. "Siapa orang itu, Kakak Kapak Tengkorak?""Huh. Sebelum aku memberi tahu namanya. Lihatlah wajahnya baik-baik."Sabit Kematian pun memfokuskan tatapannya pada Panca. Sebelum turun gunung Blikar, tentunya Panca sudah mempelajari beberapa hal soal desa yang menjadi tempat misinya ini. Mendengar julukan mereka, di sini Panca menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya adalah sekelompok bandit yang memang sering membuat onar."Apa? Benarkah dia orangnya?" celetuk Sabit Kematian, setelah dia tahu siapa yang dimaksud Kapak Tengkorak."Iya. Dia Panca. Yang kini menggemparkan dunia persilatan." Mendengarnya, Sabit Kematian pun langsung mengambil beberapa langkah sedikit di depan Kapak Tengkorak, lalu menghadapkan tubuhnya lurus ke arah Panca."Panca! Sangat bagus kau berada di sini. Kau tidak perlu repot-repot lagi melarikan diri, karena aku tidak aka
Read more
PENDEKAR JARUM MAUT
Seiring itu, Panca bangkit. Serangan telak tapak gabungan dua orang tadi cukup kuat, sehingga membuat tubuhnya lumayan kerepotan."Dua Pedang Kembar? Apa itu mereka?" batin Panca, seiring tatapannya menyorot pada dua orang tersebut."Ludaya? Ludayo?" seru Sabit Kematian. Memang benar. Dua orang berbadan ideal dengan pedang menyilang di punggungnya merupakan pendekar Dua Pedang Kembar. Seperti Sabit, mereka juga datang atas panggilan dari sinyal Kapak barusan.Ludaya dan Ludayo bukanlah nama asli mereka, melainkan nama pedang. Ludaya memiliki esensi angin, sedang Ludayo adalah api. Keduanya sama-sama merupakan pedang istimewa. Tidak heran jika pemiliknya cukup kuat."Mereka akan sampai," jawab Ludaya, si pria dengan ikat kepala putih. Rambutnya yang panjang, tampak dikucir dan tergerai hingga punggung."Itu mereka." Ludayo menimpal. Wajahnya tidak beda degan kakanya, Ludaya. Penampilan mereka pun mirip. Hanya ikat kepala merahnya yang membedakan.Dan benar saja. Satu per satu anggota
Read more
PANCA DAN ORANG SEKTE BINTANG MERAH
Tombak Perak pun langsung membulatkan matanya. Merasa harga diri mereka diinjak-injak. Namun, bagaimana lagi. Mereka harus mengikuti perintah Jarum Maut sebagai pemimpin kelompok. Oleh karenanya, tanpa berdebat lagi, mereka lekas melompat ke udara, berpancar sebagaimana sebelumnya, untuk menghindari sekte Bintang Merah."Dasar aneh! Datang tak diundang pulang tak ingin diantar. Bedebah sialan!"Panca yang menyaksikan hal tersebut sontak dibuat bingung. Dia sesaat memaki sebab waktunya telah terbuang sia-sia karena kelompok tersebut.Lalu sesat Panca tertegun. Dia teringat dengan ucapan warga kemarin di arena bundar dekat pasar, di mana sekte Jalak Hitam memiliki ahli lukis yang bisa menggambar sketsa hanya dengan mendengar ciri-cirinya. Hal tersebut lekas membuat Panca segera meraup mulutnya dan sedikit terkejut karena dia lupa mengenakan topeng."Cih. Bodoh sekali," gumamnya. "Tidak heran orang-orang tadi mengatakan aku buronan sekte. Kemungkinan omongan warga kemarin ada benarnya
Read more
SILUMAN MACAN HITAM
"Lama tidak bertemu. Bagaimana keadaanmu?"Wujud sosok asap hitam itu membuat raut wajah Panca sedikit berseri. Rasa rindu yang tersimpan dalam hati, seolah terbayar dengan kedatangannya."Aku baik. Bagaimana dengamu? Kau terluka?""Tidak. Aku baik-baik saja," jawab Panca. "Tapi bagaimana kau bisa di sini? Bukankah aku memintamu untuk tetap tinggal? Bagaimana dengan guru?"Sosok asap hitam tadi bukan lain adalah Wira, siluman macan hitam taring sebelah yang merupakan sahabat Panca. Kedatangannya ke tempat itu, membuat Panca penasaran."Sialan. Pak tua galak itu menyuruhku menyusulmu. Lantas dia malah menyerahkan diri ketika orang-orang kerajaan datang menyerang goa. Padahal mudah baginya untuk meratakan semua prajurit dan bahkan jendral yang ada."Wira memanggil Ki Guntur Sakti dengan sebutan pak tua galak, karena sejak dia kecil dirawat Panca, sampai dia dewasa seperti sekarang, dia jarang sekali mendapat perlakuan lembut dari Ki Guntur Sakti. Selalu ada saja yang dijadikan alasan unt
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status