Semua Bab Sebait Asa Pernikahan: Bab 11 - Bab 20
50 Bab
Bab 11 Pernikahan
Hari yang dinanti telah tiba. Semua keluarga bersiap, termasuk dengan pasangan pengantin yang akan menjadi raja dan ratu sehari itu. Mereka semua sengaja memesan kamar hotel untuk tempat bersiap. Selly begitu sangat cantik dengan gaun pengantin yang dipesannya kemarin. Di tambah dengan riasan di wajahnya, penampilannya semakin sempurna untuk mengikuti rangkaian acara pernikahan.Hatinya begitu berdebar karena hal ini adalah pengalaman pertamanya. Tangannya terus berkeringat dingin menandakan sebesar apa rasa cemasnya. Walaupun dari kemarin dia sudah berusaha untuk kuat, tetapi tetap saja saat hari pernikahan tiba, dia sangat begitu cemas. “Kamu takut acara pernikahan atau takut malam pertama nanti?” tanya Bryan menggoda. Selly melirik malas adiknya. Merasa kesal karena dia mengganggu di saat yang tidak pas. “Bry, jangan ganggu Kakakmu.” Melisa menegur Bryan. Bryan menutup mulutnya rapat. Tak mau mengganggu kakaknya yang sedang cemas dan membuat mamanya memarahinya. “Sudah jan
Baca selengkapnya
Bab 12 Malam Pertama
Acara selesai, tamu undangan berangsur membubarkan diri. Perlahan ruangan yang tadi dijejali banyak orang, mulai berkurang. Saat semua tamu benar-benar sudah pulang semua, Selly dan Regan bersiap untuk kembali ke kamar mereka. Mengistirahatkan tubuh yang kelelahan menyalami semua tamu.Setelah berpamitan dengan keluarga yang memilih untuk pulang, mereka berdua menuju ke kamar hotel.Satu kamar sudah Selly disiapkan untuk malam pertama mereka. Sengaja dia memesan kamar presiden suit khusus untuk menghabiskan malam pertama mereka. Tak mau sampai momen berharga itu hilang begitu saja. Tiba di kamar, nuansa romantis terlihat. Bunga-bunga bertabur di lantai, seolah menyambut kedatangan mereka berdua. Regan menoleh pada Selly, menduga jika Selly yang menyiapkan semua. Dia sadar betul jika gadis yang sekarang menjadi istrinya itu selalu melakukan lebih awal, termasuk menyatakan cinta. Dan pastinya menyiapkan semua ini.Tangan S
Baca selengkapnya
Bab 13 Tapi, Aku Belum Siap
Hawa dingin yang masuk ke dalam kulit membuat Selly yang sedang asyik terlelap mengerjap. Tangannya bergerak menarik selimut agar dapat menutupi tubuhnya. Namun, entah ke mana selimutnya itu, tangannya tak dapat meraihnya.Karena tak kuat dengan hawa dingin, Selly membuka matanya. Mencari selimut yang ada semalam membungkus tubuhnya. Ternyata selimut itu berada di bawah kakinya dan sebagian sudah menjuntai ke lantai. Selly menyadari, jika dia memang selalu tidur seperti itu. Menendang selimut yang membungkus tubuhnya dan membuatnya kadang sampai selimut jatuh ke lantai.Namun, kali ini tampak berbeda. Tubuhnya yang hanya berbalut kain tipis membuatnya begitu kedinginan. Hingga tak kuasa untuk menariknya selimut untuk menutupi tubuhnya. Tak mau berlama-lama, Selly menarik selimut dan kembali meringkuk di dalam selimut. Memejamkan kembali matanya, melanjutkan tidurnya. Baru saja, dia melanjutkan tidur, dia mengingat sesuatu yang janggal. Apalagi jika bukan bajunya. Matanya kembali te
Baca selengkapnya
Bab 14 Impian Seorang Wanita
Di toilet, Selly melihat wajahnya dari pantulan cermin. Tangannya meraih perutnya yang sebenarnya belum ada apa-apa. Bagaimana bisa ada, jika benih saja belum ditanam. “Impian seorang wanita adalah menjadi ibu,” gumamnya melihat ke arahnya perutnya. Penundaan yang dilakukan Regan terasa begitu menyakitkan baginya, tetapi dia sadar jika keinginannya kalah dengan ambisi Regan. Mengembuskan napasnya, Selly mencoba menenangkan hatinya. Saat dirasa hatinya sudah tenang, dia keluar menyusul kembali Regan yang menikmati sarapan. Tanpa bicara sepatah kata pun, Selly melanjutkan makannya. Mengabaikan Regan yang berada di depannya. Regan yang melihat reaksi Selly, menyadari jika istrinya itu sedang kesal dan marah dengannya. Usai makan, Selly dan Regan kembali ke kamar. Berjalan beriringan tak satu kata pun keluar dari mulut keduanya. Regan tak berani memulai pembicaraan karena menyadari jika semua adalah ulahnya. Sampai di kamar pun masih dengan suasana yang diam. Padahal tadi Selly suda
Baca selengkapnya
Bab 15 Tujuh Hari
“Bukan,” elak Selly. “Lalu kenapa kamu mengajak pulang.” Selly mengembuskan napas yang terasa berat. Sulit sekali mengatakan kenyataan yang ada. “Katakan ada apa?” Regan menoleh menatap Selly dengan wajah yang bingung. Istrinya itu tampak terlihat lesu, lemah dan tak bergairah seperti sewaktu berangkat. Padahal harusnya dia senang saat pulang. “Kata dokter kita tidak bisa melakukan hubungan selama tujuh hari ke depan.” Mata Regan membola. Terkejut dengan apa yang didengarnya. Tadi sewaktu di ruangan dokter, dia tak mendengar kalimat itu keluar dari mulut dokter. “Kapan dokter mengatakannya?” Lebih baik bertanya dari pada harus penasaran. Itulah yang dilakukan Regan. “Sewaktu menyuntik pencegah kehamilan tadi,” jawab Selly lemas. “Apa ada alasan untuk itu?” Sesuatu yang dilarang pastinya serta merta memiliki alasan. “Aku melakukan proses penyuntikan di luar jadwal datang bulan. Jadi obat akan bekerja
Baca selengkapnya
Bqb 16 Bekerja Kembali
Malam ini menjadi malam kedua mereka berada di dalam kamar. Namun, tetap saja membuat keduanya merasa canggung. Jika kemarin Regan memilih menghindar, kali ini tidak. Karena mereka tidak akan melakukan apa-apa. “Aku akan tidur di sofa saja,” ucap Regan seraya mengambil bantal untuk di bawa ke sofa. Melewati Selly yang diam membeku karena baru mendengar ucapan Regan. “Kenapa tidak tidur di tempat tidur?” tanya Selly merasa bingung. Dia menoleh pada Regan yang baru saja melewati tubuhnya. “Aku takut tergoda denganmu,” jawab Regan lirih. Sebagai pria normal berdekatan dengan wanita pastinya membuat jantungnya berdesir. Keinginannya untuk mendapatkan lebih Selly terpaku. Mencerna ucapan suaminya. Sejenak dia membenarkan jika bisa saja Regan tergoda. Dia saja yang tidak tidur berdua, tergoda, bagaimana jika sampai tidur bersama. Namun, melewatkan untuk tidur berdua, rasanya Selly tidak rela. “Bagaimana jika aku akan membatasi dengan gul
Baca selengkapnya
Bab 17 Naluri
“Tidak, dia tidak lama,” jawab Selly. Tangannya masih bergerak membuka dasi yang dipakai Regan. Saat mendengar nama Bryan disebut, dia sejenak mengingat pembicaraan dengan adiknya itu tadi. “Apa sebelum pernikahan kamu menemui Bryan?” Regan yang menengadah agar Selly lebih leluasa membuka dasi, menurunkan pandangannya. Menatap wajah Selly yang berada di depannya. “Dia menceritakan padamu?” tanyanya memastikan. “Kamu meminta untuk menjauhkan video-video itu dari aku?” Selly tidak menjawab pertanyaan dari semuanya, tetapi justru bertanya. Regan tersenyum. “Aku memang memintanya untuk menjauhkan darimu.” “Kenapa?” Selly yang selesai melepas dasi, menarik dari leher Regan dengan kasar. “Karena tidak baik untukmu.” “Tapi aku belajar dari video itu.” Regan menggeleng. Selly memang orang yang keras kepala. Terkadang dia sulit untuk menghadapinya. “Tuhan menciptakan kita dengan naluri yang akan datang sendiri. Jadi tanpa belajar dari video macam itu,
Baca selengkapnya
Bab 18 Suara Wanita
Berkas-berkas sudah disiapkan oleh Regan. Rencana, hari ini dia akan pergi ke kantor Zorion. Membahas kelanjutan dari kerja sama yang diajukannya kemarin. Selangkah lagi impiannya akan terwujud. Membangun apartemen sesuai dengan keinginannya. Di kantor Zorion, Clarisa sudah menyambutnya. Mengajaknya ke ruangannya untuk penandatanganan surat kontrak kerja sama. “Senang bertemu denganmu lagi, Pak Regan.” Clarisa mengulurkan tangan.“Panggil saja Regan,” ucap Regan yang tak mau terlalu formal. Kemarin, sebelum bertemu dengan Clarisa, dia memang sudah berbincang banyak dengan wanita di depannya itu. “Baiklah, Re. Aku rasa memanggil ‘Pak’ memang terlalu formal untuk kita,” ucapnya, “silakan duduk,” imbuhnya. Regan duduk di sofa dan berhadapan langsung dengan Clarisa. “Ini adalah berkas yang sudah aku siapkan, silakan dibaca dan ditandatangani.” Clarisa menerima berkas dan membacanya. Namun, di tengah membaca, manik matanya melirik Regan yang sedang
Baca selengkapnya
Bab 19 Mengklaim Milikku
Mobil Regan berhenti di depan kantor Maxton, menunggu Selly yang tak kunjung keluar. Sambil menunggu Selly, Regan menyalakan musik untuk mengusir kesepiannya.Sesaat kemudian Selly datang dan masuk ke mobil. Dahinya berkerut dalam ketika mendengar alunan lagu di dalam mobil. Dia hafal betul jika Regan tidak terlalu suka dengan suara bising dari lagu.“Sepertinya kamu sedang sangat bahagia,” ucap Selly dengan nada menyindir. Tangannya langsung bergerak memasang sabuk pengaman.“Iya, aku sangat senang.” Walaupun diucapkan dengan datar dan tanpa senyuman merekah di wajahnya, tetapi cukup membuat Selly mengeram kesal.“Apa yang membuatmu senang?” “Kerja sama dengan Zorion sudah disetujui.” Sebenarnya Selly juga ikut senang, tetapi ingatannya kembali pada wanita yang tadi berbicara dengan Regan. “Siapa wanita tadi?” Sungguh dia tak sanggup untuk tak mengatakannya.Regan yang sudah mulai melajukan mobilnya, melirik sedikit
Baca selengkapnya
Bab 20 Makan Malam
Regan yang masuk ke kamar dibuat heran karena ternyata kamar sangat berantakan. Gaun berserakan di atas tempat tidur. Beberapa ada yang jatuh ke lantai. Masuk ke dalam ke kamar. Regan meraih gaun yang terjatuh di lantai. “Kenapa kamu mengeluarkan semua gaun?” tanyanya penasaran. “Aku sedang memilih gaun untuk makan malam nanti,” ucap Selly. Tangan Selly masih bergerak memilih gaun, kemudian mengarahkan ke tubuhnya. “Cocok tidak dengan aku?” Dahi Regan berkerut dalam. Merasa aneh untuk apa istrinya itu memilih gaun. “Kita hanya makan malam biasa, untuk apa kamu sibuk memilih gaun.” Selly malas sekali membalas ucapan Regan, karena tidak mungkin dia mengatakan jika sebenarnya dia ingin tampil lebih cantik dibanding Clarisa. Mengabaikan Selly, dia mengganti gaun dan menempelkan ke tubuhnya. Kemudian bertanya pada Regan, “Kalau yang ini? Bagus tidak?” “Pakai apa saja akan bagus untukmu, tetapi pilihlah sesuatu yang membuatmu ny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status