“Iya juga. Kita nggak bisa apa-apa. Dari lahir dia memang sudah ditakdirkan untuk jadi penerus bisnis keluarga kita. Bisa jadi anak kita biasa-biasa saja,” ujar Stefan tersenyum kecil. Stefan mencium lagi kening Olivia untuk kesekian kalinya dan berkata dengan percaya diri. “Nggak. Sejelek-jeleknya anak kita, dia tetap jadi anak yang hebat. Buah itu jatuh nggak jauh dari pohonnya. Aku saja sehebat ini, berarti anakku juga pasti sama hebatnya.” Olivia mencubit pipi Stefan dan membalas, “Kamu pede banget. Sekarang masih terlalu cepat untuk bahas soal ini. Anak kita saja masih belum lahir. Sayang, ayo kita tidur, yuk.” Entah sudah berapa kali Olivia menguap. “Tidur, gih. Kamu duluan. Aku mau lihat kamu tidur,” kata Stefan. Olivia lantas memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur. Tak lama dia kembali memasuki alam mimpi. Sementara itu Odelia masih mengobrol santai dengan Daniel. Setelah mengobrol kira-kira setengah jam, kegelisahan yang menghantui dirinya selama ini seakan menghilan
Read more