All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 151 - Chapter 160
162 Chapters
151. Lima Puluh Prajurit Gurusetra Menyerahkan Diri
Demikianlah, maka para prajurit itu mulai merancang sesuatu. Mereka berpikir, jalan terbaik yang harus mereka tempuh adalah kabur dari induk pasukan, agar mereka selamat.Apa yang terbesit dalam pikiran para prajurit itu adalah kematian, mereka tidak mau mati konyol dengan berperang melawan saudara satu bangsa.Dengan demikian, sekitar lima puluh orang prajurit dari induk pasukan kerajaan Gurusetra memutuskan untuk menghindari peperangan tersebut. Mereka sepakat, bahwa malam hari nanti akan segera meninggalkan perkemahan yang menjadi markas mereka selama bertugas.Malam harinya ....Secara diam-diam, kelima puluh orang prajurit itu langsung meninggalkan kesatuan mereka. Mereka secara bersama-sama kabur ke hutan yang berada di wilayah utara kademangan Jati Darma.Sesampainya di dalam hutan tersebut, mereka tampak kebingungan. Karena di ujung hutan yang berada di arah selatan terdapat ribuan pasukan Halimun. Sementara di utara merupakan basis pertahanan pasukan kerajaan Gurusetra. Maju
Read more
152. Pertempuran di Halaman Istana Kepatihan
Dengan demikian, Radisa langsung memanggil para pemimpin di semua kesatuan tempur pasukan Halimun, agar Janeja dan anak buahnya dilibatkan dalam pertempuran melawan para prajurit kerajaan Gurusetra."Mulai besok, kalian akan disebar ke seluruh induk pasukan Halimun. Kalian akan ikut berjuang dalam melakukan perlawanan terhadap pihak kerajaan Gurusetra," kata Radisa kepada Janeja dan anak buahnya."Terima kasih banyak, Andika sudah berbaik hati kepada kami, dan Andika pun telah mempercayai kami untuk menjadi bagian penting di dalam kubu pasukan ini," ucap Janeja merangkapkan kedua telapak tangannya.Ramandika dan Dimas Raga tampak bahagia sekali mendengar Janeja dan anak buahnya sudah bergabung dengan kelompok Halimun.Itu merupakan kabar baik bagi perjuangan kelompok Halimun yang selama ini menginginkan runtuhnya rezim Prabu Mahesa. Sesuai harapan rakyat Gurusetra yang ingin memiliki seorang pemimpin adil dan bijaksana.****Dua hari kemudian ....Sebelum matahari terbit, pasukan Hali
Read more
153. Kepatihan Putra Jaya Sudah Dikuasai Pasukan Halimun
Dengan demikian, pertempuran itu tidak dapat dihindari. Para prajurit kelompok Halimun langsung menyerbu barisan pertahanan pasukan kerajaan Gurusetra.Sena dan Kardala berada di barisan depan di antara ribuan prajuritnya. Mereka memberi komando dengan lantang sambil mengangkat pedang tinggi."Serang...!" teriak Kardala.Dari kejauhan tampak Ramandika tengah memacu derap langkah kudanya langsung masuk ke dalam istana, lalu disusul oleh Ki Dunggala yang sudah menghunus pedang sambil memacu kudanya.Saat itu, Ki Dunggala terlihat garang sekali. Tidak seperti biasanya, dia dikenal sebagai sosok yang lembut, namun dalam menghadapi pasukan kerajaan Gurusetra, dirinya tampak beringas dan menakutkan."Sebaiknya Paman hadapi saja para prajurit itu! Biarkan aku sendiri yang akan menghadapi Patih Amukaraga!" seru Ramandika kepada Ki Dunggala."Baik, Ramandika," jawab Ki Dunggala.Demikianlah, maka Ki Dunggala pun langsung beralih ke arena pertempuran. Pria paruh baya itu langsung melancarkan se
Read more
154. Senapati Dukira Tewas di Tangan Kardala
Dengan penuh rasa percaya diri, Panglima Darsaka dan ratusan prajurit yang masih bertahan, langsung melangkah mendekati pasukan Halimun, mereka kembali melakukan perlawanan. Sudah tidak ada pilihan lain lagi, selain melawan untuk mempertahankan diri.Para prajurit kelompok Halimun telah menggenggam senjata mereka masing-masing, dan bersiap menyambut serangan dari pasukan kerajaan Gurusetra yang jumlahnya sudah semakin berkurang.Pada saat itu, Ramandika terpaksa harus membunuh Patih Amukaraga, karena dia tak mau bertekuk lutut. Sejatinya, Ramandika tak berniat melakukan tindakan seperti itu, namun Patih Amukaraga yang terus melakukan serangan berbahaya terhadap dirinya, sehingga Ramandika memutuskan untuk membinasakan sang patih.Sorak sorai para prajurit Halimun terdengar bergemuruh, mereka merayakan kemenangan. Seiring dengan tewasnya Patih Amukaraga di tangan Ramandika—pemimpin mereka. Selain itu, Panglima Darsaka dan para prajuritnya pun sudah berhasil ditangkap dalam keadaan hidu
Read more
155. Rinjani Diangkat Menjadi Ratu
Keesokan harinya ....Ramandika sudah memerintahkan beberapa orang prajurit untuk menjemput kedua istrinya. Lasmina yang berada di desa Singkur dan Rinjani di bukit Sancang."Semua anggota kelompok kita harus semuanya ikut ke sini! Mulai hari ini kita akan membangun wilayah kepatihan ini secara mandiri, karena wilayah ini secara resmi sudah terpisah dari wilayah Gurusetra," kata Ramandika di sela pembicaraannya dengan Radisa dan Janeja yang ia beri tugas untuk menjemput kedua istrinya dan juga semua anggota kelompok Halimun yang masih ada di desa Singkur dan bukit Sancang."Baik, Ketua. Kami akan segera bersiap untuk berangkat ke sana," kata Radisa sambil merangkapkan kedua telapak tangannya. Begitu juga yang dilakukan oleh Janeja, bersikap penuh hormat terhadap Ramandika.Setelah itu, mereka bangkit dan bersiap untuk segera berangkat ke desa Singkur dan bukit Sancang. Radisa dan Janeja langsung berbagi tugas."Aku dan para prajuritku akan menjemput Nyimas Raden Rinjani, dan kau bersa
Read more
156. Teror dari Kelompok Pendekar Sayap Timur
Sebulan setelah berdirinya kerajaan Gurusetra Jaya. Tiba-tiba saja, penduduk yang ada di perbatasan wilayah kerajaan Gurusetra Jaya diserang oleh sekelompok orang tak dikenal.Mereka adalah kelompok pendekar sayap timur yang masih bertahan di wilayah tersebut, dan mereka masih loyal terhadap pihak pemerintah kerajaan Gurusetra pimpinan Prabu Mahesa.Meski posisi mereka sudah terhimpit oleh pasukan kerajaan Gurusetra Jaya, namun mereka masih berusaha menganggu dan memberikan teror-teror terhadap pihak kerajaan Gurusetra Jaya dan rakyat kerajaan tersebut.Ada banyak penduduk di wilayah tersebut yang dibantai dan diculik oleh para pendekar jahat dari kelompok sayap timur. Bahkan, mereka disiksa habis-habisan oleh para pendekar itu. Hanya sedikit orang yang berhasil kabur menyelamatkan diri.Radisa dan Janeja merasa kecolongan dengan adanya peristiwa tersebut. Mereka baru mengetahuinya setelah mendapat kabar dari salah seorang penduduk yang berhasil lolos dari cengkraman para pendekar say
Read more
157. Ramandika Tiba di Kadipaten Dembaga Pura
Beberapa orang dari kelompok pendekar sayap timur, saat itu sudah berada di dalam hutan yang ada di pinggiran desa Sengkolo di wilayah kadipaten Dembaga Pura—kepatihan Putra Jaya.Para sandera yang beberapa hari terakhir mereka tawan, hari itu sudah mereka lepaskan. Namun, mereka masih menahan belasan orang yang merupakan para pejabat penting dari beberapa kademangan yang ada di wilayah kadipaten Dembaga Pura.Setibanya di kepatihan Putra Jaya, Perdana Menteri Ramandika bersama para prajuritnya langsung bergabung dengan pasukan yang sudah lebih dulu tiba di wilayah tersebut.Kehadiran sang perdana menteri tentu disambut hangat oleh rakyat yang ada di daerah tersebut, bahkan sang patih pun turut menyambut kedatangan Perdana Menteri Ramandika bersama pasukannya."Aku tidak melihat para pejabat kadipaten Dembaga Pura, di mana mereka?" tanya Ramandika kepada Patih Karmala."Mohon maaf, Gusti Perdana Menteri. Hamba belum mengetahui informasi lebih lanjut tentang keberadaan Adipati Tunaraka
Read more
158 Kelompok Sayap Timur Berhasil Melakukan Penculikan
Para penduduk itu terus berbincang-bincang sambil menikmati waktu, hingga pada akhirnya perbincangan mereka bergeser ke hal lain yang bersangkutan dengan kelompok pendekar sayap timur."Apakah kalian percaya jika Panglima Amerya dari kelompok pendekar sayap timur itu sudah tewas?" timpal seorang pria paruh baya bertanya kepada semua yang ada di tempat tersebut.Seorang pria yang mengenakan ikat kepala merah segera menjawab pertanyaan pria paruh baya itu, "Menurut kabar yang aku dengar dari ki kuwu, kabar kematian Panglima Amerya itu memang benar. Dia sudah tewas di tangan Panglima Gurma.""Baguslah kalau memang kabar itu benar, itu tandanya kita akan aman. Walau bagaimanapun, Panglima Amerya adalah otak di balik semua kekacauan di wilayah ini."Beberapa tanggapan telah muncul di antara para penduduk kadipaten Dembaga Pura dan juga dari pihak kelompok pendekar sayap timur. Ada yang percaya bahwa Panglima Gurma telah membunuh Panglima Amerya, adapula yang beranggapan bahwa Panglima Amer
Read more
159. Ramandika dan Pasukannya Sudah Siap Berperang
Pagi harinya, di beberapa desa yang ada di wilayah kepatihan Putra Jaya, tampak geger dengan hilangnya beberapa orang tokoh masyarakat dan para pemuda.Orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarganya langsung mendatangi para prajurit yang bertugas di wilayah kademangan Jati Darma. Mereka melaporkan bahwa anggota keluarga mereka sudah hilang secara misterius.Tentu, kejadian tersebut kembali menghebohkan dan merubah suasana dan kondisi yang semula aman menjadi kembali genting. Para penduduk pun mulai takut keluar rumah pada malam hari, bahkan di siang hari pun aktivitas penduduk mulai surut, mereka tak lagi pergi ke ladang atau ke tempat-tempat lain yang jauh dari pemukiman, karena mereka takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada mereka.Senapati Sena tampak geram sekali dengan peristiwa tersebut, ia sudah menduga bahwa itu murni perbuatan kelompok pendekar sayap timur pimpinan Panglima Dumaya. Namun, semua harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum mengambil ke
Read more
160. Pasukan Sayap Timur Mulai Terdesak
Panglima Birnaka dan para prajuritnya hanya mengangguk sambil menjura hormat kepada sang perdana menteri."Nanti aku dan Senapati Sena akan menyusul kalian," kata Ramandika, "aku sarankan, kalian jangan melakukan serangan hari ini. Lebih baik lakukan serangan besok saja, untuk hari ini kalian cukup memantau pergerakan mereka," sambungnya."Baik, Gusti," jawab Panglima Birnaka menjura kepada sang perdana menteri."Setelah kalian tiba di tengah hutan Jati, kalian harus mencari tempat yang aman untuk mendirikan perkemahan. Pastikan tempat tersebut aman dan jauh dari markas para pendekar dari kelompok sayap timur!" kata Ramandika."Hamba akan menyampaikan saran ini kepada semua prajurit." Panglima Birnaka berkata sambil menjura penuh rasa hormat kepada sang perdana menteri Setelah mendapatkan pencerahan dari Ramandika, Panglima Birnaka dan pasukannya langsung bergerak memasuki hutan Jati yang menjadi sarang para pendekar dari kelompok sayap timur.Pasukan yang dipimpin oleh Panglima Birn
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status