All Chapters of ISTRI BISU SANG CEO: Chapter 51 - Chapter 60
228 Chapters
50. Tebakanmu Tidak Penting
‘Aku berpikir lama sebelum mengunggah ini, karena tahu kalau Iris terkenal dengan kebaikannya. Seandainya aku tidak mengalaminya sendiri, mungkin aku tidak akan percaya juga. Tapi begitulah. Aku bukan penggemar maupun pembenci, aku hanya tahu siapa dia sekarang, dan aku harap kalian semua berpikir panjang sebelum memujanya.’Zoe membaca ketikannya sekali lagi. Setelah memastikan aman dari typo, ia lalu mengunggahnya sekaligus bersama rekaman suara itu.Ia masih memakai fansite yang sama seperti kemarin saat mengirimkan rekaman video Iris, tapi tentu dengan email dan akun yang berbeda. Ia membuat akun baru dan akan menghapus jejak seperti kemarin.Dan seperti kemarin juga, Zoe hanya perlu menunggu tidak sampai 2 menit sebelum threadnya itu mendapat balasan. Fanbase Iris memang selalu ramai.‘OMG! Apalagi ini? Kau bercanda bukan?!’Tentu saja seruan tidak percaya yang pertama datang, tapi itu kemajuan, karena ia tidak lagi dicaci. Dulu yang pertama datang padanya adalah makian karena me
Read more
51. Melihatmu Dengan Lebih Jelas
“Kau bercanda? Bagai… Oh, Shit! Kau serius!”Clay tentu saja masih ingat bagaimana Wolf pernah membahas tentang budak dengannya. Clay lalu mengusap wajahnya.“Aku rasa kau gila! Seharusnya kau tidak menerima penawaran itu begitu saja!” Clay kembali mencela.“Kenapa tidak? Dia cukup cantik, dan tubuhnya bagus. Aku menyukai caranya memegang…”“Tidak perlu menceritakan detailnya! Kau pikir aku ingin mendengar?!” bentak Clay. Dengan jijik menatap tangan Wolf yang memperagakan bentuk dengan jelas.“Aku hanya ingin mengatakan agar kau melihatnya lebih dari sekadar tubuh. Dia putus asa. Tidakkah kau menyadarinya? Dia menyerahkan kemerdekaannya, itu taruhan yang amat besar. Ada sesuatu yang diinginkannya, dan apapun itu adalah sangat besar.”Wolf termangu. Ia tidak pernah memikirkan keinginan Zoe sedalam itu. Ia hanya tahu tentang menguntit. Tapi apakah kebiasaan menguntit itu pantas untuk ditukar dengan kemerdekaan? Sepertinya tidak.Penyakit menguntit Zoe mungkin parah ekstrem—karena terbuk
Read more
52. Sikapmu Lebih Dari Aneh
“Kau mendengarkan apa?” Zoe mengulurkan pertanyaan.“Coba kau dengar.”Wolf sedang duduk di ranjang, dan terlihat memakai earphone, kini melepaskan keduanya, meminta Zoe mendengar apa yang didengarnya.Zoe menerima dan memasang earphone itu di kedua telinganya. Tapi ini bukan tujuan Zoe. Ia tadi bertanya karena penasaran. Zoe ingin tahu apa yang terjadi pada Iris. Mengira kalau Wolf mungkin sedang mendengar video permintaan maaf dari Iris, seperti kemarin setelah ia mendapat masalah dengan fotografer itu.Zoe mengira permintaan maaf akan dibuat lebih cepat, dan Wolf sedang mendengarkannya. Tapi ternyata Wolf hanya sedang mendengarkan lagu.“Menurutmu lagu ini lebih cocok untuk mode ceria atau mode gelap?” tanya Wolf, sambil memutar lagu yang ada di ponselnya.Sejak tadi ia memutar lagu itu berulang kali untuk mendapatkan mood cocok dengan liriknya. Lagu itu masih sangat mentah. Hanya berisi musik sederhana—piano, tanpa tambahan apapun, dan vokal yang juga merupakan bagian dari demo.Z
Read more
54. Nomormu yang Unik
“Tidak. Aku hanya bertanya.”Wolf bahkan tidak memandang ke arah dada Becca, dan hanya mengambil dokumen yang diletakkannya di meja.Wolf memang sedang tidak tertarik dengan dada wanita lain. Ia hanya menginginkan satu itu. Tapi tidak yakin apakah perbuatan itu termasuk membuat Zoe nyaman atau tidak. Karena itu Wolf berharap Zoe yang akan menggodanya. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin kalau melihat sikapnya kemarin.Dan Wolf tadi bertanya karena penasaran. Ia ingin tahu sudah berapa lama ia melewatkan waktu tanpa tidur dengan siapapun—selain Zoe.Ia menguji apakah dirinya cukup setia—seperti yang dikatakan Clay. Seingat Wolf, ia hanya tidur dengan satu—atau tiga wanita. semenjak menikah dengan Zoe. Itu pun karena mabuk. Ia menghadiri undangan pesta dari temannya, dan mabuk. Selalu begitu.Tidak terlalu ingat bagaimana, tapi kurang lebih Wolf akan mencium siapa saja yang ada di dekatnya saat sudah mabuk. Tapi saat sadar, ia benar-benar hanya tidur dengan Zoe.“Aku masih setia rupan
Read more
54. Suaramu
“Tidakkah kau bosan terus memesan hal yang sama saat di coffee shop? Banyak hal lain yang bisa kau pesan, jangan hanya Americano,” Kata Sara, sambil meminta Zoe untuk berdiri.Ini saatnya mereka untuk pergi ke cafe lagi—seperti biasa. Sara hanya melakukan pengecekan fisik untuk melihat apakah Zoe sakit, setelah itu mengajaknya keluar.Pengecekan fisik itu mungkin tidak berhubungan dengan penyakit mental, tapi kata Sara ia lebih suka menghadapi pasien yang memang fisiknya dalam keadaan sehat walafiat. Jadi ia selalu melakukan pengecekan fisik—paling tidak mengukur temperatur tubuh dan detak jantung setiap kali Zoe datang."Aku menyukai Americano.” Zoe mengulurkan jawabannya.Sara meremas jawaban Zoe dan melemparnya ke tempat sampah yang ada di samping meja, sambil memutar bola matanya.“Apa enaknya minuman pahit itu?” Sara tidak bisa mengerti kenapa Zoe menyukainya.Dan sama, Zoe juga tidak mengerti bagaimana Sara bisa memberi tubuhnya asupan gula sebanyak itu hampir setiap hari. dan t
Read more
55. Bukan Dirimu
Air mata Zoe turun deras. Ia terus meraba mulut dan lehernya, seakan ingin memastikan kalau suara itu berasal darinya.“Agh…Aghh!” Zoe mencoba lagi. Tapi kembali tidak ada kata yang keluar.“AGHH!” Zoe menjerit, tapi kembali bukan kata yang keluar. Dan tentu jeritan itu berubah menjadi raungan tangis setelahnya. Ia tidak bisa mengatakan apapun lagi. “Zoe… Zoe… aku mohon tenang dulu. Bernapas… tenang. Jangan menangis…”Sara menghampiri dan memeluk Zoe. Tapi Zoe terus menangis dan merintih sebagai usahanya untuk bicara.Kekecewaan itu berlipat ganda. Zoe tadinya tidak berharap, tapi ia sudah mendengarnya tadi. Zoe ingin kembali bicara, tapi suara yang tadi seolah bukan miliknya.“Ya… ya… Aku tahu. Sakit bukan… Tidak masalah, kita akan melakukannya lagi nanti.”Sara terus membujuk lembut, tapi matanya melotot galak pada Wolf yang bergerak mendekati Zoe.Sara mengusir Wolf dengan lirikan mata mengarah ke pintu, juga tunjukan jari tanpa kata. Sara tidak mungkin mengizinkan Wolf mendekati
Read more
56. Jejakmu yang Tertinggal
Suara Sara yang berseru sekeras mungkin. Wolf sampai bisa mendengarnya dengan amat jelas, meski tidak menempelkan ponsel di telinganya.“Ha? Siapa?” Wolf duduk dengan lebih baik dan mendengarkan.“ZOE! Dia tidak ada! Saat aku bangun dia sudah tidak ada!”Wolf membuka mata dan berdiri—terkejut, tapi kembali menyesal karena kepalanya belum membaik. Ia nyaris saja terjungkal.“Apa maksudmu? Memang dia ada di mana?” tanya Wolf.“Kemarin dia menginap di tempatku! Aku membawanya pulang karena tidak juga berhenti menangis. Ia menangis sampai tertidur, tapi pagi ini sudah tidak ada. Aku ingin membangunkannya, tapi dia sudah tidak ada!” Suara Sara benar-benar panik.“Aku akan mencarinya,” kata Wolf. Ia tidak tahu bagaimana, tapi ia berjanji untuk membuat Sara berhenti bicara. Teriakannya membuat kepala Wolf semakin sakit.“TAPI JANGAN MEMBUATNYA MENANGIS LAGI! Gara-gara kebodohanmu…”“Aku membuatnya bicara!" Wolf membela diri. Ia tahu Sara marah karena apa.“Itu bukan bicara! Kau mendorongnya
Read more
57. Penolakanmu
Wolf berpindah ke tempat lainnya—yang mengandung lebih banyak sticky note, yaitu studio yang ada di samping ruang kerjanya.Wolf menyentuh satu persatu catatan yang memenuhi sisi mejanya. Berisi semua celoteh Zoe yang lebih normal. Saat ia bertanya dengan detail tentang bagaimana cara mengedit suara, lalu juga tentang beberapa teknik vokal baru yang belum diketahuinya.Mereka bicara tentang banyak hal. Semua berjejak nyata. Bahkan beberapa ada yang sudah terlupa oleh Wolf, tapi kini semua ingatan itu datang lagi.Pandangan Wolf jatuh pada sticky note yang sedikit terpisah dari yang lain. Zoe menyerahkan sticky note itu saat berada di ruang rekaman, dan Wolf membawanya keluar untuk ditempel. Terpisah karena tidak pada posisi yang sama saat menempelkannya.‘Terima kasih.’Itu adalah ucapan terima kasih Zoe yang pertama.Wolf mencabut catatan itu, dan menghempaskan diri ke atas kursi. Wolf mengusap wajahnya. Mengingat kenangan itu. Ia hanya menawarkan minuman dan kain untuk menghapus ai
Read more
58. Aku Juga Menyakitimu
“Dia sudah pergi.” Tiana mengabarkan pada Zoe yang meringkuk duduk di dekat jendela. Zoe mengangguk, untuk ucapan terima kasih. Anggukan itu membuat air mata yang tertahan terjatuh. “Aku…” Tiana ingin sekali mengatakan ‘aku bilang juga apa’, saat melihat keadaan Zoe yang amat mengenaskan itu. Tapi Tiana tidak mungkin tega. Meski sudah memperingatkan, Zoe pada akhirnya telah memilih. jalan itu. Terlambat, ia tidak bisa lagi menarik rasa apapun yang saat ini tengah membuatnya menangis. Tiana duduk di hadapannya lalu memeriksa pergelangan tangan Zoe yang membiru akibat cengkraman tangan Wolf kemarin. “Dia tidak menyuruhmu melakukan hal yang aneh bukan?” Tiana mencurigai Wolf mempraktekkan sesuatu yang di luar akal, karena memang Zoe belum menceritakan apapun tentang apa yang terjadi. Zoe menggeleng. Tapi tidak menjelaskan lebih lanjut, karena memang tidak ingin menggerakkan tangannya untuk menulis maupun mengetik. Ia tadi datang dan mengatakan memerlukan tempat bersembunyi, dan bag
Read more
59. Wanita yang Mau Menikah Dengamu
“Dia tidak mau bertemu denganku,” kata Wolf, kepada Sara yang tampak menghela napas.“No shit, Sherlock. That’s genius.” Sara menyindir dengan sarkas, karena tidak perlu orang pintar untuk menyimpulkan kenapa Zoe tidak mau menemuinya.“Kau pikir apa yang akan terjadi kalau kau memperlakukan wanita dengan kasar seperti itu? Mereka akan menyembahmu?!” Sara mendesis, meluapkan kejengkelan yang sejak kemarin tertahan.Wolf menggosok keningnya yang masih terasa pusing, lalu berbaring pada kursi panjang yang biasanya dipakai pasien Sara saat melakukan sesi bicara. Agar lebih rileks.Wolf bukan pasien Sara, tapi pernah berbaring di kursi itu sebelum hari ini. Melakukan sesi fisik tentunya.“Apa benar setelah ini Zoe akan semakin sulit bicara?” tanya Wolf. Ia memejamkan matanya. Tubuhnya membutuhkan istirahat sebenarnya, semenjak kemarin terlalu tegang.“Itu hanya kemungkinan yang aku simpulkan. Ketidakmampuan Zoe untuk bicara berasal dari rasa takut, putus asa, dan hal negatif seperti itu.
Read more
PREV
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status