Wolf berpindah ke tempat lainnya—yang mengandung lebih banyak sticky note, yaitu studio yang ada di samping ruang kerjanya.Wolf menyentuh satu persatu catatan yang memenuhi sisi mejanya. Berisi semua celoteh Zoe yang lebih normal. Saat ia bertanya dengan detail tentang bagaimana cara mengedit suara, lalu juga tentang beberapa teknik vokal baru yang belum diketahuinya.Mereka bicara tentang banyak hal. Semua berjejak nyata. Bahkan beberapa ada yang sudah terlupa oleh Wolf, tapi kini semua ingatan itu datang lagi.Pandangan Wolf jatuh pada sticky note yang sedikit terpisah dari yang lain. Zoe menyerahkan sticky note itu saat berada di ruang rekaman, dan Wolf membawanya keluar untuk ditempel. Terpisah karena tidak pada posisi yang sama saat menempelkannya.‘Terima kasih.’Itu adalah ucapan terima kasih Zoe yang pertama.Wolf mencabut catatan itu, dan menghempaskan diri ke atas kursi. Wolf mengusap wajahnya. Mengingat kenangan itu. Ia hanya menawarkan minuman dan kain untuk menghapus ai
“Dia sudah pergi.” Tiana mengabarkan pada Zoe yang meringkuk duduk di dekat jendela. Zoe mengangguk, untuk ucapan terima kasih. Anggukan itu membuat air mata yang tertahan terjatuh. “Aku…” Tiana ingin sekali mengatakan ‘aku bilang juga apa’, saat melihat keadaan Zoe yang amat mengenaskan itu. Tapi Tiana tidak mungkin tega. Meski sudah memperingatkan, Zoe pada akhirnya telah memilih. jalan itu. Terlambat, ia tidak bisa lagi menarik rasa apapun yang saat ini tengah membuatnya menangis. Tiana duduk di hadapannya lalu memeriksa pergelangan tangan Zoe yang membiru akibat cengkraman tangan Wolf kemarin. “Dia tidak menyuruhmu melakukan hal yang aneh bukan?” Tiana mencurigai Wolf mempraktekkan sesuatu yang di luar akal, karena memang Zoe belum menceritakan apapun tentang apa yang terjadi. Zoe menggeleng. Tapi tidak menjelaskan lebih lanjut, karena memang tidak ingin menggerakkan tangannya untuk menulis maupun mengetik. Ia tadi datang dan mengatakan memerlukan tempat bersembunyi, dan bag
“Dia tidak mau bertemu denganku,” kata Wolf, kepada Sara yang tampak menghela napas.“No shit, Sherlock. That’s genius.” Sara menyindir dengan sarkas, karena tidak perlu orang pintar untuk menyimpulkan kenapa Zoe tidak mau menemuinya.“Kau pikir apa yang akan terjadi kalau kau memperlakukan wanita dengan kasar seperti itu? Mereka akan menyembahmu?!” Sara mendesis, meluapkan kejengkelan yang sejak kemarin tertahan.Wolf menggosok keningnya yang masih terasa pusing, lalu berbaring pada kursi panjang yang biasanya dipakai pasien Sara saat melakukan sesi bicara. Agar lebih rileks.Wolf bukan pasien Sara, tapi pernah berbaring di kursi itu sebelum hari ini. Melakukan sesi fisik tentunya.“Apa benar setelah ini Zoe akan semakin sulit bicara?” tanya Wolf. Ia memejamkan matanya. Tubuhnya membutuhkan istirahat sebenarnya, semenjak kemarin terlalu tegang.“Itu hanya kemungkinan yang aku simpulkan. Ketidakmampuan Zoe untuk bicara berasal dari rasa takut, putus asa, dan hal negatif seperti itu.
Becca mengernyit bingung, tapi kemudian menggeleng. “Tidak. Apa kau sedang tidak sehat?”Pertanyaan itu kejutan yang seharusnya tidak pernah keluar dari bibir Wolf.“Kenapa? Kita bisa tidur bersama setiap hari saat kau ingin.” Wolf kembali tersinggung, karena jawaban itu ringan saja keluar dari Becca.“Mungkin, tapi kemungkinan besar kau akan tidur dengan wanita lain juga setiap hari. Aku tidak ingin menikah dengan pria seperti itu. Aku mungkin belum menikah, tapi aku tahu kalau pernikahan tidak diisi dengan tidur bersama saja. Ada banyak hal lain.”Becca menjelaskan alasannya dengan lugas. Ia bisa melihat kalau Wolf tidak tengah marah. Gusar, tapi tidak marah.“Oh…Oke.” Wolf mengirim Becca keluar dengan lambaian tangan, sementara kembali menopang dagu di mejanya untuk berpikir.Selama ini Wolf meremehkan pernikahan, karena tidak ingin beban untuk menjadi setia memang, dan tentu ia punya pikiran kalau pernikahan adalah hal yang mudah bisa didapatkannya. Tapi sejauh ini dua wanita yang
Wolf tidak perlu bersusah payah mencari tempat parkir bawah tanah saat sampai di gedung yang dimaksud oleh Iris, karena memang selalu ada satu tempat yang tersedia untuknya. Parkir khusus untuk pemilik gedung. Meski Wolf jarang datang, tapi tempat parkir itu akan selalu kosong untuknya. Wolf langsung naik menuju ke lantai dua dari basement, tempat di mana kantor yang mengurus administrasi gedung itu berada. Wolf yang biasanya hanya ke berkunjung enam bulan sekali untuk memeriksa keadaan dan menerima laporan keuangan, membuat beberapa orang melompat dari kursi karena terkejut saat ia masuk begitu saja.“Mr. Wolf? Anda tidak mengabarkan kalau akan ke sini!” Terdengar seruan terkejut dari Bob—manajer yang mengurus seluruh jalannya gedung itu. Mulai dari perbaikan, kontrak, pajak dan lain sebagainya. Anak buahnya yang lain juga tampak berdiri dari kursinya saat Bob menghampiri Wolf.“Aku ingin memeriksa sesuatu,” kata Wolf.Bob bukan hanya terkejut, tapi takut. Tangannya terlihat gemeta
Bob mengetuk pintu, dan disambut oleh wajah terkejut saat melihat Wolf.“Kau lanjutkan saja pekerjaanmu yang biasa,” kata Bob. Ia langsung membawa Wolf ke arah komputer besar yang memang menjadi pusat dari seluruh rekaman CCTV di gedung itu.Ia memilih folder, kemudian menunjukkan rekaman pada Wolf.“Ini rekaman yang masih mentah atau rekaman yang sudah terpilih oleh Polisi?” tanya Wolf, sambil duduk pada kursi yang disediakan oleh Bob dan mulai memainkan video rekaman yang sudah dipilih.“Yang ini untuk polisi. Rekaman yang masih mentah ada di sebelah sini.” Bob menunjukkan layar komputernya yang berisi folder lebih banyak lagi. Bob memang khusus membuat membuat salinan yang dibawa polisi untuk bahan laporan.“Apa kau melaporkan hal ini padaku?” tanya Wolf. Ia tidak ingat pernah menerima laporan seperti ini.“Ya, saya mengirimkannya bersama dengan laporan keuangan bulanan. Tentang detail kejadian dan lain sebagainya,” kata Bob.Wolf mengeluh dalam hati. Ia tidak ingat karena memang
“Apa polisi juga bertanya padamu saat kau memberikan rekamannya, dan kau mengatakan hal yang persis sama seperti apa yang dikatakan Billy, kepada polisi?” tebak Wolf.“Tentu. Saya tidak menutupi kebenaran.” Bob dengan yakin mengiyakan.Wolf bahkan sampai tidak bisa marah, karena Bob tidak merasa telah melakukan kesalahan apapun. Ia tidak merasa telah menyampaikan kebenaran versi Billy pada polisi.Billy memanipulasi Bob. Billy menanamkan ide tentang apa yang terjadi dalam kepala Bob, dan akhirnya Bob mengulangnya kepada polisi. Jadilah cerita yang sempurna.Tapi Wolf yang sejak awal tidak tahu kisah apapun dibalik video tanpa suara itu, dan melihat semua rekaman CCTV itu tanpa prasangka, menjadi lebih mudah untuk menemukan detail-detail aneh. Polisi mungkin juga mengabaikan, karena sudah mendengar kesaksian dari Bob maupun Billy—dan pastinya juga Max yang berada di bawah ketiak Billy, sementara Zoe tidak bisa membela diri karena tengah berada di rumah sakit.Wolf mendesah. Ada sediki
Sanchez tertawa keras lagi.“Tidak perlu, Wolf. Ini hanya urusan receh. Aku tidak akan sekejam itu padamu. Kita sudah berteman lama, aku akan mengatakannya padamu dengan gratis. Tapi aku ingin tahu dulu kenapa kau ingin mendengar penjelasan tentang kejadian itu.”Sanchez ingin memastikan dirinya tidak akan dalam bahaya saat jujur. Ia tidak khawatir Wolf akan melaporkannya atau membocorkan rahasia—hanya memastikan. Hubungan mereka bersimbiosis sempurna.Banyak artis Wolf yang akan jatuh kalau Sanchez membuka mulut, dan Wolf juga bisa dengan mudah membuktikan berapa jumlah uang suap yang diterima Sanchez selama ini. Mereka kini menjaga diri masing-masing.“Aku hanya ingin tahu apakah kejadian ini berbahaya untuk Iris atau tidak. Aku sedang… membersihkan seluruh masa lalunya. Katakanlah seperti itu. Ia sudan cukup banyak membuatku susah akhir-akhir ini.”Wolf mengajukan alasan yang memang sudah disiapkannya. Ia tahu Sanchez tidak akan mudah tertipu dengan alasan yang ringan.“Oh, begitu