All Chapters of Tiga Ranjang Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
121 Chapters
Fakta Baru
"Melisa, sudah cukup. Aku tidak mau mendengar apa pun dari mulutmu itu. Aku tidak tahu apakah ini benar atau tidak, kau tidak memiliki bukti. Kau bisa saja berbohong kepadaku," ucapku sambil menunjuknya. Melisa tidak terima. Dia berdiri dan menggebrak meja, membuat semua pengunjung yang datang mengamati kami."Jangan mempermalukan dirimu di depan semua orang. Melissa, jika kau mau seperti itu. Aku lebih baik pergi dan kita akan berbicara lagi setelah kau tenang," ucapku kemudian berdiri. Apalagi beberapa orang sudah menyalakan video dalam kameranya dan mengarahkan tepat ke arah kami. Ini tidak bisa aku biarkan. Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri dengan hal yang sangat menjijikkan seperti ini."Jika kalian masih saja mengarahkan kamera ke arahku, aku tidak segan untuk menuntut kalian, dan membuat kalian di penjara!" teriak Melisa dengan keras. Aku melihat sang manager akhirnya berjalan mendekati kami. Aku segera menarik Melisa dan memberikan pelototan tajam."Tenanglah dan be
Read more
Berusaha Membuat Sadar
Melisa masih saja menatapku tajam. Aku segera beranjak dari dudukku dan sebaiknya aku keluar dari sini. Sudah cukup aku mengetahui semua fakta ini. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Tentu saja menyakitkan hatiku."Kalian berdua, kau dan Maria. Wanita yang sangat aku kasihani. Sampai tidak bisa memiliki seorang laki-laki selain suami orang. Tapi apa boleh dikata. Semua itu sudah terjadi. Aku akan menyadarkan suamiku, jika harta tidak akan menjamin kebahagiaan."Melisa menarik lenganku, hingga langkahku terhenti. Aku tidak memandangnya. Dia berusaha untuk mencari wajahku yang seketika terus berpaling."Suamimu tidak akan pernah bisa mengembalikan semua yang sudah aku berikan kepadanya. Hutang Budi yang harus dia lakukan adalah, hanya bersama dengan diriku."Aku tidak bisa berkata apa pun. Memang itulah yang terjadi. Tekadku masih bulat. Memenangkan semua permainan ini dengan caraku yang sangat cantik."Yah, kau memang benar Melisa. Suamiku tidak akan pernah bisa membayar semua kekay
Read more
Bunuh Diri
Aku sendiri tidak mengerti. Melisa menampar suamiku dengan sangat berani seperti itu? Aku saja yang tinggal bersama Mas Farus selama ini tidak pernah melakukan hal itu. Karena aku tidak mungkin melakukannya. Sesalah apa pun dirinya, bagaimanapun juga dia adalah kepala rumah tangga di sini.Aku tetap akan meredakan dirinya. Jemariku perlahan terus menepuk-nepuk dadanya dan akhirnya membuat dia luluh. Sementara Melisa semakin menatapku dengan tajam. Kedua tangannya dikepalkan dengan sangat erat."Aku menikahimu karena aku sudah salah memilih dan melakukan semuanya. Aku sangat menyesal telah melakukan itu. Melisa, suatu saat nanti aku pasti akan mengembalikannya semua kepadamu," ucap Mas Farus dengan tegas. Hal itu membuatku sangat lega. Akhirnya dia akan tersadar dengan semua tindakan gilanya selama ini."Jangan kau pikir bisa dengan mudah mengembalikan semuanya!" balas Melisa sambil menunjukkan jembarinya tegas ke arah suamiku. "Kau tidak akan pernah bisa, karena kau miskin. Kau tidak
Read more
Kata Bercerai
Aku semakin tidak percaya. Melisa benar-benar melakukan tindakan bodoh. Dengan nekat, dia mengiris pergelangan tangan kanannya dengan pisau. Darah mengucur sangat deras. Aku segera menelepon ambulan. Sementara, Mas Farus mendekap tubuh Melisa yang sudah sangat lemas.“Mas, kau memang tidak punya perasaan! Sekarang apa yang harus kita lakukan? Dia bisa mati,” ucapku dengan sangat panik. Untung saja, rumah sakit tidak terlalu jauh dari kediamanku yang berada di tengah kota. Mereka kini datang dan aku segera menghampiri para petugas kesehatan itu untuk membawa Melisa.“Jika terjadi sesuatu kepada Melisa, kau akan menyesal,” ucapku sambil menunjukkan jemari ke arah Mas Farus yang masih tidak berbicara apa pun. Tentu saja dia harus merasakan hal itu, agar tidak mengulangi hal yang sama pada Maria.Aku segera menuju rumah sakit bersama Maria. Sementara, Mas Farus masuk ke dalam ambulan menemani Melisa.Sesampai di rumah sakit, suamiku berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan, di mana M
Read more
Tuduhan Palsu
Dia, selalu datang saat aku membutuhkannya. Tapi, kenapa harus adik iparku? Dalam dekapannya, aku merasa sangat tenang. Dia menuntunku sampai aku masuk ke dalam mobilnya.“Mbak, tenangkan pikiranmu. Kau itu sangat lemah,” ucapnya lalu memberikan aku obat. “Kau sangat lelah. Sekarang lebih baik tinggal di rumahku saja,” lanjutnya membuatku menggelengkan kepala.“Tidak. Aku akan pulang ke rumahku saja. Aku masih memiliki seorang ibu.”“Baiklah, yang penting kau bisa menjaga dirimu. Tapi, aku akan memberimu vitamin dan sebaiknya di minum setiap hari. Semuanya sudah aku tuliskan di sana,” ucap Febri sambil menunjukkan resep obat yang sudah dia siapkan. Dia dokter yang sangat hebat. Berkali-kali mengoperasi pasien yang memiliki penyakit dalam. Mas Farus sangat beruntung memiliki seorang adik yang sangat hebat seperti dirinya.Rumah ibuku tidak jauh dari kota. Hanya dua jam saja kami sampai di sana. Febri kembali membantuku untuk berjalan. Tubuhku masih saja sangat lemah. Dari kejauhan, aku
Read more
Memperebutkan Posisi
"Melawan?"Ema terkejut, sambil mengangkat kedua tangannya yang masih memegang dokumen tuntutan Mas Farus. Dia mendekatiku yang kini membaca semua dokumen itu dengan sangat teliti."Melawan bagaimana?" tanyanya sekali lagi. "Hei, dia memang menikahi kedua wanita itu. Tapi, kau tidak memiliki bukti kuat untuk membuktikan dia bersalah. Sementara kau, sudah jelas ada foto dirimu dengan Febri, adik iparmu. Kalian berpelukan dan berciuman. Bisa-bisa ... kau yang akan terkena tuduhan perselingkuhan."Aku hanya tertawa kecil melihat kemarahan Ema. Dia malah menggelengkan kepala tak percaya sambil bersedekap. Lalu, duduk tepat di sebelahku dengan salah satu alis terangkat."Aku memang mengakui kau adalah pengacara hebat. Tapi, kali ini kau akan kesulitan melawan dia, Maya," lanjutnya dengan nada pelan. Kedua matanya masih saja menatapku sangat serius."Untuk seorang anak, aku akan mempertaruhkan nyawaku demi bersama mereka. Aku tidak akan pernah membiarkan kembar bersama dua ibu yang sangat g
Read more
Sifat Egois
"Ema!"Masih saja aku berlari sambil berteriak memanggil namanya. Tak peduli semua guru melihatku dan membuat sedikit keributan. Hingga ponselku berdering dan aku memeriksanya. Ema memberi pesan anakku sudah bersamanya di mobil. Aku menghela napas panjang. Tanpa berpikir lagi, aku segera menuju ke sana."Ema, maafkan Ibu."Aku segera memeluknya. Dia menangis sangat histeris. Aku semakin merekatkan pelukanku. Sementara sahabatku Ema masih saja menatap kami dengan sangat cemas.Aku benar-benar Ibu tidak berguna. Tidak bisa melindungi anakku dari kejadian yang sangat memalukan ini. Setelah selang beberapa menit Ema menghentikan tangisan itu, kemudian aku melerai pelukanku. Menatap wajahnya dan mengusap air mata itu yang membasahi wajahnya."Ibu berjanji akan segera menyelesaikan ini semua dan membuat kalian bahagia.""Ibu akan bercerai dengan ayah dan membiarkan kedua wanita itu memilikinya?" pertanyaan Ema yang membuat aku terkejut."Ema, tidak ada yang bisa Ibu pertahankan lagi. Ibu ha
Read more
Rencana Lain
Aku semakin tak percaya. Mas Farus benar-benar keterlaluan. Semua salahku? Dia memutar balikkan fakta dan menyerangku."Mas, kirim saja surat perceraian itu. Aku tidak akan menunda untuk menandatanganinya. Tapi, jangan harap anakku berada dalam asuhanmu!" ucapku tegas sambil menunjuknya. Aku menarik Ema, dan dia menahannya."Kau tak berhak mengasuhnya. Lihatlah. Kau sibuk berpacaran dengan Febri dan membiarkan dia merokok. Tidak akan aku biarkan!""Omong kosong!"Ema mendorongku keras. Dia menatapku tajam. Ada rasa kecewa di wajahnya. Parahnya, Mas Farus menunjukkan foto itu. Keparat!"Mas, jangan lakukan ini. Kau ... tidak berhak memfitnahku," ucapku pelan dengan mata tajam ke arahnya."Ayah, bawa aku pergi. Tidak aku sangka. Ibu akan seperti itu!" teriak Ema sambil mendorongku, lalu masuk ke dalam mobil Mas Farus. Kedua wanita itu menatapku dengan sinis. Melisa berlari mendekati Ema. Sementara, Maria menarik Mas Farus yang masih menatapku tajam."Ema!" teriakku dengan histeris. Aku
Read more
Rencana Berhasil
Aku segera membersihkan diriku. Bergantian dengan Ema. Ibu sangat bingung. Namun, dia tidak bertanya apa pun. Sementara, Ana hanya menatap kami sambil menghabiskan sarapannya. Aku mengizinkan dia tidak bersekolah hari ini."Habiskan dulu sarapannya. Tidak baik kalau pergi tanpa sarapan." Ibu menyodorkan piring yang sudah berisi nasi goreng kepadaku. Ternyata Ema sudah mendahuluiku. Dengan lahap dia menghabiskan nasi goreng lezat buatan ibuku."Bagaimana? Apa kau sudah menghubungi Komnas Perlindungan Anak?" tanyaku dengan sangat serius. Ema yang masih saja menelan semua makanan di mulutnya, menjawabku sambil menganggukkan kepala dan membuat hatiku tenang."Ibu tidak akan menanyakan apa pun. Tapi yang jelas, lakukan dengan baik dan jangan kalah. Kau harus mempertahankan kedua anakmu walaupun kalian bercerai. Paling tidak kau mendapatkan hak asuh kembar."Aku menganggukkan kepala, kemudian segera mendekati Ana dan mencium keningnya. Lalu memberikan pesan, "Jaga Nenek dengan baik. Kau tid
Read more
Memergoki Melisa
Febri semakin menatapku tajam. Dia tidak mengerti dengan keinginanku. Dia mendekat, menarik kursi di sebelah ranjang Ema. Lalu mendudukinya."Bantuan apa, Mbak?" tanyanya menatap serius."Aku ingin mengalahkan suamiku. Atas hak asuh, dan semua hak milik kekayaan. Aku melakukan ini karena aku ingin memberikan semua kepada anak-anakku. Aku tahu kau adik kandungnya. Sebagai adik kandung, kau pasti tidak akan mau menjerumuskan kakakmu. Hanya saja ...," ucapku terhenti. Aku hanya ingin dia membantuku untuk mencari semua informasi tentang kekayaan suamiku yang aku tidak ketahui. Aku yakin dia pasti menyembunyikan sesuatu."Mbak, kenapa berhenti?" tanya Febri semakin mengkerutkan kedua alisnya."Begini Febri. Aku kan tidak tahu bagaimana kondisi Mas Farus di belakangku. Selama ini dia memang memberiku uang. Tapi aku merasa dia menyembunyikan sesuatu di belakangku. Aku hanya ingin kau membantuku untuk mencari tahu itu," lanjutku kemudian menarik kursi dan duduk tepat di sebelahnya. Jarak kami
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status