All Chapters of Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku: Chapter 31 - Chapter 40
106 Chapters
31
"Jadi besok kan aku mau ikut kegiatan Mapala, om mau gak antar aku ke bus besok pagi?" "Boleh. Jam berapa?" "Jam enam pagi om.""Sip. Oke oke." "Oke deh, aku tutup ya om." "Eh tunggu dulu.""Kenapa om?" "Bisa tolong sampein sesuatu gak ke Gavin?" Disaat yang sama Gavin masih sibuk menulis lamaran pekerjaannya, sekalipun besok ia harus ikut kegiatan Mapala, ia ingin lamaran pekerjaan yang dirinya buat sekarang dapat menghasilkan di beberapa hari berikutnya. Semoga saja. Ia kini berada dihadapan sebuah restoran, ia niat menaruh banyak lamaran disana. Ia sangat berharap salah satu dari lamarannya dapat membuahkan hasil. Bagaimanapun ia mesti memegang uang sepeninggal dirinya yang tidak lagi bergantung pada ayahnya. Ia hanya ingin membuktikan saja kepadanya kalau ia mampu hidup tanpa dirinya. Tapi mendadak ia ditelepon oleh Riko. Ia mengangkatnya. "Apaan?" "Ghea nyariin lo tuh." "Halah, ngapain dia nyariin gua?" tanya Gavin heran. "Mau ngomong sesuatu katanya." "Ya telepon gua
Read more
32
"Loh, loh... Masalah ini kan sudah selesai. Ya memang itu sudah jadi kesalahan dia mau saja menuruti keinginanku." ucap Jaka. "Tapi kan kamu yang nyuruh, seenggaknya kamu lah yang harus bertanggung jawab." "Enggak bisa gitu dong, polisinya aja bilang aku enggak perlu ditahan kok cuma di edukasi." "Edukasi? Lah terus kenapa preman itu juga enggak ikut di edukasi dan malah yang masuk penjara, wong yang salah kamu kan." ucap Shanum. "Udah deh iya iya, aku selesain masalah ini sekarang juga. Tapi kamu pastiin loh kalau kamu sudah mencabut tuntutannya." ucap Jaka yang langsung menutup teleponnya saat itu juga setelah mendengar jawaban iya dari Shanum. Dirinya merasa sedikit lega, semoga saja masalah ini segera selesai. Terlalu banyak merepotkan mas Rian jadi membuat Shanum ingin bertindak serba sendiri sekarang, terima kasih kepada Delia yang sudah menyadarkannya. Dengan ini dirinya bisa secepatnya menjauhkan diri dari Rian. Beberapa jam sebelumnya, di pagi hari tepat jam 6 pagi. Bany
Read more
33
Delia tampak tercengang tapi setelahnya ia langsung bergembira didalam hati, entah kenapa ia merasa jika ini kesempatan untuknya benar-benar mendekati Rian secara full. Tidak ada yang bisa menghalangi jalannya lagi sekarang! Karena sosok Shanum yang ada di ingatannya sudah terhapus. ia merasa sangat senang. Shanum cukup kaget saat mendengar berita dari Delia kalau Rian mengalami amnesia jangka pendek, dimana amnesia itu menyebabkan Rian tidak bisa mengingat Shanum dan beberapa orang yang baru ditemuinya dalam kurun waktu beberapa bulan ini. Shanum saat itu juga langsung ke rumah sakit untuk mengecek kondisinya. Dan apakah yang dikatakan oleh Delia adalah suatu kebenaran dan bukan prank. Dan setelah dilihat ternyata ya. dia.... "Kamu beneran enggak ingat aku mas?" tanya Shanum cemas. "Kamu siapa? Apa kita saling kenal?" tanya Rian. Rasanya pilu melihat Rian mengalami amnesia seperti itu, bagaimana juga ia memberitahukan kondisinya yang seperti ini kepada nenek Aisyah? Shanum lan
Read more
34
Shanum sedang berada di kiosnya sekarang, ia sedang melamunkan sesuatu, tidak lain tentang Rian. Terpintas kilasan saat dirinya bersama Rian, bertemu ketika pertama kalinya, saling bekerja sama untuk menyusun bisnis berasnya, saling tersenyum dan tertawa atas hal konyol yang pernah terjadi. Sangat pilu ketika menyadari semua itu kini tinggal kenangan. Rasanya ada yang kurang ketika dirinya tidak lagi ada disisinya. Seperti dirinya tidak akan pernah merasakan keseruan yang pernah terjadi bersamanya lagi, yang membuatnya perlahan melupakan rasa sakitnya akibat perselingkuhan kemarin. Rian telah sangat berjasa didalam hidupnya untuk bisa menjadi pelipur laranya ketika Jaka meninggalkan.Saat ketika dirinya mengajukan pertanyaan berapa lama ia akan bertahan sendirian dan saat dirinya terlihat begitu khawatir atas hal perkara yang menyangkut keselamatannya, disitu Shanum mulai merasa.... Kenapa Rian bisa bersikap seolah dirinya ingin kalau dirinya menjadi orang yang mengisi kekosongannya i
Read more
35
"Yaudah sekarang kalian ikut kelompok kita sampai kita ketemu sama kelompok kalian." ucap Joni. "Baik kak. Makasih banyak kak." ucap Gavin yang langsung mengikuti kemana arah langkah mereka tertuju. Diana berbisik pada Gavin. "Galak amat sih dia. Lagi pms apa."Tak sadar sejak tadi Ghea terus memperhatikan Gavin, tentu saja Gavin merasa sebal dengannya, balik menatapnya nyolot. Tapi ia kelihatan sangat pucat ketika itu, seakan menahan sakit, bahkan kakinya terasa berat ketika melangkah, ia berjalan di paling belakang. Bahkan temannya segera berkata, Sisil. "Masih pusing Ghe?" tanyanya cemas. Ghea menggeleng. "Enggak, gak apa-apa." "Kalo pusing kita berenti aja, ngomong sama senior." ucap Sisil, Hera setuju dengan usulnya. "Enggak kok, enggak usah. Aku baik-baik aja." Gavin terus mendengar percakapan mereka bersama dengan Diana yang saat itu tepat berada dibelakang mereka. Tiba-tiba saja Ghea merasakan kesakitan di kakinya membuat dirinya menjatuh seketika. Tentu mereka semua di
Read more
36
"Rian itu kenapa sih, kok belakangan jadi aneh, nenek kan udah jodohin dia sama perempuan, eh malah katanya dia enggak kenal dan malah tanya kok jodohin sama orang padahal lagi pengen sendiri, terus abis itu teh langsung ngerasa pusing kepalanya. Emang dia jatuh dimana sih, katanya kan dia jatuh, nenek jadi takut. Khawatir Rian kenapa-napa kepalanya. Pas ditanya jatuh dimana enggak ada yang jawab, nenek kan jadi bingung. Kasihan ngeliatnya kayak lupa ingatan gitu." ucap nenek Aisyah. Shanum jadi merasa khawatir dengan Rian. Ia bingung juga mau membalas nenek Aisyah seperti apa. Kalau ia membocorkannya takut jika nenek Aisyah ngedrop lagi penyakit jantungnya. Bingung. Terlalu lama mendiamkan jadi membuatnya tidak nyaman sendiri, tapi satu-satunya jalan ya hanya..."Mas Rian jatuh di kamar mandi nek, makanya kepalanya diperban, tapi enggak apa-apa kok, katanya enggak ada yang perlu dikhawatirin, Delia bilang sendiri waktu itu, cuma luka kecil aja." ucap Shanum. "Beneran? Dia enggak ada
Read more
37
Mendadak muncul nenek Aisyah mendekati mereka. "Nah gitu dong saling ngobrol. Kayak orang baru aja. Kalian lagi marahan ya kemarin?" tanya nenek membuat mereka saling melihat satu sama lain, tersenyum, lalu menggeleng kompak. "Halah, bohong....buktinya Rian pas ditanyain Shanum malah bilang gak kenal." ucap nenek Aisyah membuat mereka berdua kembali terkekeh. "Kayaknya kemarin lupa sekarang inget lagi." ucap Rian. "Heh? Pikun kamu ya? Nenek aja yang udah tua masih inget Shanum."Mereka saling tertawa saat itu. "Nah jadi sekarang udah inget lagi kan? Jadi nenek mau ngomong sama kamu Num, Yan... Nenek kan sekarang udah tua. Pengen gitu kalian sisihin dana, kita patungan buat bikin musholla. Nenek punya uang sekitar belasan juta, kalian berdua kalo mau silahkan kalo enggak ya enggak apa-apa." ucap nenek Aisyah. "Oh gitu nek. Gimana ya." ucap Shanum rada bingung karena ia tidak memiliki penghasilan tetap bahkan untuk menggaji karyawan saja hanya bermodalkan penghasilan sehari-hari. "
Read more
38
Beberapa tim SAR terus mencoba melakukan pencarian hingga turun ke bawah, ada beberapa alat berat yang dipakai untuk membersihkan jalanan disana. Meski agak lama juga untuk menunggu alat berat masuk ke daerah itu. Shanum tampak sedih atas hal itu, ia dengan beraninya berjalan menuju daerah terdampak dan susul para anggota tim SAR yang sibuk mencari. Namun beberapa orang terlihat menolak kehadirannya itu. "Maaf bu jangan, nanti khawatirnya ada longsor susulan." ucap anggota tim SAR lainnya. "Saya enggak bisa diem aja. Saya harus bantu cari anak saya." ucap Shanum. "Enggak bu, kita akan melakukan pencarian lebih dalam menunggu alat berat itu sampai kesini." "Menunggunya itu lama! Sedangkan kalau kemungkinan anak saya masih hidup sekarang dan sedang dalam keadaan yang parah serta memerlukan pertolongan gimana? Apa kalian bisa tanggung jawab?!" tanya Shanum membuat orang itu terdiam tapi tetap saja ia dihalau terus oleh para anggota tim SAR itu. Hingga rusuh, membuat Jaka kemudian t
Read more
39
Hingga selesai membersihkan seluruh tubuhnya dari tanah, Riko kemudian dibangunkan, dalam posisi setengah terduduk. Gavin berkata pada Diana. "Kita harus bawa dia ke rumah sakit sekarang.""Gimana bisa ke rumah sakit, sedangkan kita dalam posisi dibawa jurang kayak gini. Enggak mungkin ada orang disini." ucap Diana. "Tapi kita enggak bisa diem aja begini. Kasihan Riko. Dan bahkan kita sendiri aja memerlukan penanganan dokter." ucap Gavin. "Intinya kita harus bawa dia nurunin tebing ini." "Lo yakin? Ngeri ah gue." "Mau gak mau." "Terserah lo lah." "Ayo bantu gue. Ya kali gue bawa sendirian." ucap Gavin mereka berdua pun saling membantunya saat itu juga. "Lo bisa ikut kita kan Rik?" tanya Gavin, Riko menahan sakitnya, antara sadar dan tidak. Matanya juga tak bisa melihat sepenuhnya. Riko dipapah oleh Diana maupun Gavin sedangkan Ghea sigap membawa tasnya. Mereka coba untuk menuruni tanah merah dan tebing itu perlahan-lahan dan cari jalan yang bisa mereka pijaki dengan baik, mereka
Read more
40
Ghea merasa sangat kelelahan, kakinya yang sempat cedera semenjak kemarin, kini kembali sakit. "Tapi Vin, mau sampai kapan kita terus lari kayak gini? Kaki aku enggak kuat." "Kenapa malah lo nanyain gue si Ge? Gue juga bingung. Mau sampe kapan tuh macan ngejar kita." Gavin balik tanya masih terus berlari. "Vin, udah turunin gue sekarang." ucap Riko. "Gila sih lo, enggak lah!" Tiba-tiba saja Ghea langsung terjatuh, kakinya merasa sangat sakit dan kesusahan untuk berjalan. "Duh, lo ngapain sih Ge pake ngedeprok disana. Ayo cepetan bangun. Jangan aneh-aneh deh lo, tahu sendiri kan gue lagi ngegendong Riko." ucap Gavin."Kaki aku sakit banget Vin, aku gak kuat." ucap Ghea meringis. "Duh, gimana sih, ya jangan di waktu kayak gini dong. Duh tangan gue cuma dua Ge, plis lah jangan gitu. Ayo coba lo bangun, usahain bangun coba." ucap Gavin. Ghea coba berkali-kali, tapi kakinya tetap tidak kuat. Ia menangis. "Gak bisa, gak kuat." "Ya masa gue harus gendong kalian berdua... Tangan gu
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status