All Chapters of Tertawan Pesona Mantan: Chapter 41 - Chapter 50
128 Chapters
41. Sakdermo Nglampahi Titahing Gusti
“Jay, Bu Jainab, saya mohon maaf sekali lagi. Semua terjadi di luar kuasa kami sebagai manusia.”“Sudahlah, Zeem, jangan terlalu formil. Kita ini sudah menjadi keluarga. Aku juga tidak terlalu mempermasalahkan kejadian yang menimpa Vino. Yang penting Vino masih selamat. Kita fokus saja sama kesembuhannya.”Ada sedikit gurat senyum di wajah papa saat mendengar jawaban besan sekaligus kawan mondoknya itu. Sementara ibu mertua hanya mengembuskan napas pelan seraya mengusap lengan putranya.“Sabar, ya, Nak. Ini ujianmu. Ini juga ujian keluarga kalian,” ucap ibu mertua menatap anaknya dan aku secara bergantian.“Maafin Vino, Bu. Andai Vino peka sedikit saja sama kekhawatiran Kalila, pasti sekarang kita enggak akan kumpul di rumah sakit lagi,” ujar lelaki dengan selang infus di tangannya itu.“Sudah, Nak. Andai-andai itu bisikan setan. Semua sudah terjadi. Yang penting kamu enggak kenapa-napa.”“Makasih, Bu. Maafin Vino ....”Mas Vino mencium tangan ibunya dengan begitu dalam. Aku yang seda
Read more
42. Jogja dan Kenangan
Lima hari setelah operasi pemasangan pen, kini Mas Vino bisa kembali ke rumah. Acara yang diagendakan di Semarang tetap berjalan walau tanpa kami sebagai dua orang pemeran utama. Ayah dan Ibu membatasi sanak saudara yang ingin menjenguk keadaan Mas Vino di Jogja usai operasi. Namun, hal itu tak berlaku untuk Mbak Vera sebagai kakak kandung satu-sarunya dari suamiku itu.Aku yang sedang berada di hotel usai mengikuti rapat penting beralih fokus pada getar benda pipih di saku jas. Nama ‘My Hubby’ terpampang di layar ponsel membentuk sebuah panggilan video. Aku tersenyum tipis dan segera menggeser ikon terima.“Assalamu’alaikum, Mas.”“Wa’alaikumsalam, Sayang. Aku ganggu, nggak?”“Enggak, Mas. Ini meetingnya sudah selesai. Ada apa, Mas?”“Kangeennn ...,” rengeknya manja.“Hadeeeh ... dasar pengantin baru. Mesra-mesraan nggak paham sikon!”Terdengar suara seorang wanita dari seberang sana. Tepatnya di sebelah Mas Vino. Keningku berkerut.“Mas Vino ada tamu?”Tanpa menjawab, suamiku malah
Read more
43. Kedatangan Kakak Ipar
Seorang lelaki berpostur tubuh tinggi tegap dan wajah tegas yang terbilang rupawan berjalan ke arah toko yang baru saja kumasuki. Lamat-lamat kuperhatikan dengan saksama, takut salah orang. Namun, aku benar-benar yakin itu dia, apalagi saat tubuh yang terbungkus pakaian kasual dengan celana jeans itu kembali ke mobilnya seperti mengambil sesuatu, lalu mengunci kendaraannya kembali dengan remot otomatis hingga benar-benar masuk ke toko brownis.Aku terenyak seketika. Ingin turun untuk memastikan bahwa penglihatanku tidaklah salah. Namun, getar dan suara panggilan kembali menarikku. Nama Mas Vino terpampang di layar.“Iya, Mas?”“Kal, enggak usah mampir-mampir. Di rumah sudah banyak camilan dan oleh-oleh ini.”Ternyata suara Mbak Vera yang terdengar. Aku tersenyum dan segera keluar dari area parkir.“Ah, enggak kok, Mbak. Ini cuma beli es krim buat para keponakan. Mereka pada ikut, kan?”“Wah, wah, wah ... aroma-aromanya bakal jadi tante kesayangannya anak-anakku, nih. Paham banget cara
Read more
44. Main Cantik
Akhirnya, Papa mengambil alih pembicaraan untuk membahas kasus Mas Vino waktu itu.“Selain uang yang berkuasa dan memang selalu bisa membeli hukum, memang tidak ada saksi mata lain selain sopir kami juga Vino sebagai korban, Nak Vera. TKP yang jauh dari rumah warga dan merupakan area kaveling yang baru dibuka menyulitkan pihak kepolisian untuk mencari CCTV. Bahkan tidak ada CCTV di daerah sana.”Papa menjeda kalimatnya.“Dan lebih sulit lagi karena tempat waktu itu ternyata lahan proyek milik orang ternama dan memiliki kuasa tinggi. Mau tidak mau, police line dicabut sebab pembangunan harus berjalan sesuai prosedur. Terlebih ... adikmu sendiri tak ingin hal ini terlalu dibesar-besarkan.”Mbak Vera memicingkan mata menatap adik lelakinya. Meminta penjelasan walau hanya lewat sorot yang tampak berkilat.“Aku enggak mau punya musuh, Mbak. Lagian ini hanya hal kecil saja.”“Apa kamu bilang? Hal kecil?” Mbak Vera mulai tersulut emosi.Melihat situasi yang kurang kondusif untuk Dilla juga B
Read more
45. Ditikung Keponakan
“Terima kasih, Pak Nazeem. Saya yakin, Anda tidak akan diam saja dengan kejadian ini,” ucap Mbak Vera. Tampak kelegaan di wajahnya.“Saya akan turun tangan langsung kalau menantu saya sampai kenapa-napa, Nak Vera.”“Tuh, Vin, dengerin!”Mas Vino hanya tersenyum dan mengucapkan banyak terima kasih kepada mertuanya.“Selain karena kejahatan memang harus diperangi, Papa enggak rela waktu-waktu intim kalian berdua harus terjeda dengan adanya kasus ini. Harusnya Papa dan Mama sudah mendengar kabar bahagia atas kehamilanmu, Kalila.”“Papa apaan, sih, Pa!” Aku pura-pura merajuk. Malu, ih.Papa yang tampaknya tak ingin suasana menjadi semakin tegang hanya bisa terkekeh. Menyarankan kepadaku untuk tetap fokus mengurus suami dan bekerja seperlunya, dan menyarankan Mas Vino untuk sementara waktu harus lebih lama di Jogja hingga dia benar-benar pulih, sebelum nantinya akan membawaku pulang untuk berkenalan dengan keluarganya di Semarang.Hari pun beranjak sore. Mbak Vera dan kedua anak kembarnya
Read more
46. Harta Paling Berharga
Aku berusaha berontak dari kepungan lengan Mas Vino yang kian menahanku.“Mas, lepas, ih! Ntar aku kalah,” rajukku dengan terus berusaha melepas tangan suami.“Enggak pa-pa kamu kalah, bukannya kamu sudah memenangkan hatiku dari dulu?”“Enggak mau ... kali ini aku juga harus menang!”Mas Vino tergelak dan mendekatkan wajahnya ke telingaku. “Izinkan aku selingkuh selama si kembar di sini, Sayang. Gadis-gadis kecil itu begitu menggemaskan,” bisiknya.Aku memutar badan hingga kini wajah kami saling berhadapan. Tidak ada yang salah dengan kalimatnya walau jika orang lain yang mendengar pasti akan salah memaknai. Namun, aku hanya ingin menguji Billa dan Dilla saja. Mana mungkin aku cemburu melihat kedekatan antara om dengan keponakannya yang masih sekecil itu?“Apa aku sudah tak lagi menggemaskan, Sayang?”“Kau jauh lebih menggemaskan jika tanpa sehelai benang, Ratuku.”Aku tersenyum dan hendak menyambar bibirnya dengan kecupan. Namun, teriakan di belakang membuyarkan keromantisan kami.“
Read more
47. Buronan Sugar Baby
Kening Papa mengernyit. “Berarti kamu udah ketemu Aldrin duluan?”Aku mengangguk patah-patah dengan gerakan pelan.“Kalila enggak terlalu yakin, sih, Pa. Tadi siang pas mampir beli kue, Kalila ketemu laki-laki yang mirip banget sama dia, Pa. Cuma Kalila ragu. Mau turun dari mobil buat mastiin, tapi buru-buru karena ditelepon Mas Vino.”Papa hanya manggut-manggut sembari mengusap dagunya.“Papa ngeliat dia di mana, Pa?”“Tadi sore pas di lampu merah. Dia pakai ducati putih, helmnya cuma dimasukin ke lengan. Makanya Papa bisa lihat dengan jelas dan yakin kalau itu dia. Soalnya mobil Papa pas di sampingnya, walau posisinya agak di depannya dia sedikit.”“Dia nggak ada noleh ke mobil Papa?”“Enggak. Dia malah mainan ponsel sambil nunggu lampu ijo.”Kami sama-sama diam setelahnya. Sejujurnya, Aldrin bukanlah ancaman, tetapi dia ....“Ealah, dicari-cari malah mojok di sini.” Mama datang memutus lamunan kami. “Ada apa, Pa? Kok, kayaknya kalian tegang begitu?”“Oh, enggak ada apa-apa, Ma,” ja
Read more
48. Cinta Kembali Bertasbih
Mbak Vera dan kedua gadis kecilnya hanya menginap selama tiga malam. Dan tiga malam pula aku harus menahan rindu tidak bisa tidur bersama suami. Mas Vino benar-benar dijadikan sandera oleh kedua sugar baby-nya. Tak apalah. Toh, kami memang belum bisa beraktivitas intim seperti biasanya. Lagi-lagi pikiranku melayang tentang siapa yang sudah mencelakai Mas Vino. Dia memang telah berhasil membuat kami tak bisa melakukan hubungan suami istri dalam beberapa waktu, tetapi alhamdulillah cinta di antara kami masih tetap utuh. Om Ibrahim dan putranya memang belum bisa fokus dengan kasus kami. Namun, mereka bilang akan mengusahakan di sela-sela kesibukannya di kemiliteran. Semoga pelakunya segera ditemukan dalam keadaan apa pun. Setelah puas berkeliling ke tempat wisata dari mulai destinasi di kawasan Gunung Merapi hingga ke Jogja lantai dua yang menyuguhkan pesona pantai, akhirnya tiba saatnya Billa dan Dilla harus pulang ke Semarang karena harus segera balik ke KL. “Papino ... janji, ya, t
Read more
49. Tamu dari Masa Lalu
Sebulan berlalu. Kunjungan rutin dokter keluarga untuk memantau kondisi Mas Vino masih terus dilakukan. Vitamin penunjang kesehatan selalu rutin dikonsumsi. Pun dengan arahan-arahan yang perlu dihindari jika ngilu dan sakit mulai terasa di area yang dipasangi pen.“Pada saat berhubungan, carilah posisi paling nyaman. Pastikan posisi punggung jangan sampai terlalu ditekan. Jaga-jaga saja, jangan kebablasan,” terang Om Wasis sambil terkekeh. “Untuk gaya apa, kalian pasti lebih pahamlah ...,” lanjutnya dengan terkekeh lebih renyah.Aku hanya tersenyum canggung saat dokter keluarga yang masih memiliki kekerabatan dekat dengan papa itu sedikit menggoda kami.“Oh, iya, si Alan enggak tinggal di sini lagi, ya, Kal?”“Iya, Om. Dia balik ke apartemennya. Tapi, sekali-sekali masih nengokin Papa sama Mama, kok, ke sini.”Lelaki dengan kacamata itu hanya mengangguk setelah menyeruput kopinya.“Kapan hari Om sempat ketemu dia di kafe, sama cewek.”Aku sedikit terperangah. “Oh, ya? Kapan, Om?”Om W
Read more
50. Mas Alan Bilang Rindu?
Binar terkejut juga jelas sekali tergambar di wajah cantik itu. Wajah ketua tim cheerleaders zaman SMA dulu. “Kalila? Vino?” Seolah memastikan, Kak Nindi menyebut namaku dan lelakiku secara bergantian. Mama, Papa, dan Mas Alan juga tak kalah terkejut. “Kamu kenal sama mereka, Nin?” tanya Mas Alan akhirnya. “Oh, iya, Mas. Vino teman SMA-ku, dan kita juga pernah kuliah di kampus yang sama. Kalila juga adik kelas kami waktu SMA.” “Wah ... berarti enggak perlu kenalan lagi, dong, ya. Tinggal saling mengakrabkan diri lagi aja,” sahut Mama. Wajah-wajah kaget tadi langsung mencair setelah wanita yang dibawa Mas Alan memberikan sedikit penjelasannya. Kami pun memulai acara makan malam walau aku dan Mas Vino jadi sedikit tak leluasa seperti biasanya. Bukan masalah ada orang baru yang bergabung dengan kami, tetapi ada orang dari masa lalu yang kini hadir kembali di tengah-tengah kami. Aku jadi teringat info dari Luna beberapa waktu yang lalu, bahwa Kak Nindi gagal menikah sebab perusahaan
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status