All Chapters of Tertawan Pesona Mantan: Chapter 21 - Chapter 30
128 Chapters
21. Tragedi
Sekitar pukul 10.00 pagi, acara ijab kabul akan dimulai. Wisnu tampak gagah dengan tuksedo hijau lumutnya. Berkali-kali kulihat dia mematut dirinya di depan cermin dengan sesekali mengatur napasnya. Aku terkekeh. “Sudah siap, Kapten?” tanyaku. “Vin, gini ya kalau mau ijab kabul? Jantung gue kayak lagi nabuh rebana tau nggak.” Bukannya menjawab, malah tanya balik. “Eh, Bokir, mana gue tahu? Lu ngeledek apa nyindir?” sungutku. Wajah Wisnu masih terlihat tegang. “Eh, Nu, lu kalau begini jauh dari kata tentara tau, nggak?” “Gerogi, Vin.” Aku menatap jam di pergelangan. “Udah setengah sepuluh. Mau turun sekarang apa entar habis Zuhur?” “Ya sekaranglah,” jawab Wisnu. “Udah siap?” “Bismillah, siap.” “Sekali lagi. Sudah siap, Kapten?” “Siap!” jawab Wisnu lebih tegas. “Nah, gitu dong. Oke, cuss.” Aku berdiri dan mengawal Wisnu untuk keluar kamar. Bersamaan dengan pintu terbuka, Om Warman dan salah satu kerabatnya menghampiri kami. Katanya sudah ditunggu. Penghulu sudah on the wa
Read more
22. Pasal 28B Ayat 1
Suara wanita yang memekik bercampur lafal istigfar mengantarkan tubuhku jatuh hingga ke lantai dasar. Sekujur tubuh terasa sangat sakit dan pusing hebat juga mulai terasa. Kurasakan tubuh serasa remuk. Tanpa perintah, suara mengaduh otomatis keluar dari mulut sebagai protes atas tubuh yang sudah berguling-guling terjun dari anak tangga. Ah, nikmat sekali derita malam ini."Ya ampun, Pak. Maaf, saya enggak sengaja,” ujar seseorang di dekatku dengan sedikit bergetar, mungkin dia takut.Ah, berarti dia tersangkanya. Hey, tunggu! Dia panggil aku apa? Bapak? Gila, sudah ganteng paripurna dengan setelan tuksedo begini dipanggil ‘bapak’. Dengan geram dan masih menahan sakit, aku bilang kalau diri ini bukan bapak-bapak. Lagi-lagi aku meringis menahan sakit usai memperingatkannya.Tidak berapa lama, terdengar derap langkah kaki menuruni anak tangga. Besar kemungkinan itu Om Nazeem dan istrinya yang pasti mendengar sedikit suara gaduh karena aku terjatuh tadi.“Kalila? Ada apa?”Hah? Kalila? J
Read more
23. Angka Tiga Puluh Satu
Ayah dan Ibu yang baru datang dini hari tadi terlihat terkekeh bersama orang tua Kalila. Kami lupa, ternyata ada penonton non bayaran yang sedang menyaksikan perdebatan kami. Mereka berempat semakin gencar menggoda.Om Nazeem mendekati putrinya dan berbicara sesuatu. Dari pembicaraan yang kudengar, seminggu yang lalu Kalila berucap akan mencari suami minggu depan kalau tidak hujan. Aku terkikik dalam hati. Ah, ada-ada saja ikrar calon istriku ini.Akhirnya, Om Nazeem memutuskan bahwa kami akan menikah malam nanti. Semua persiapan mendadak sudah diurus oleh orang kepercayaannya.Aku seperti tengah mencapai puncak Midoriyama atas semua pengorbanan dan semangat pantang menyerah, sampai harus dipasangi gips di tangan dan kaki karena kegigihanku memperjuangkan cinta Kalila. Hahaha, bodoh amat mau dikata lebay juga.Tiba-tiba Kalila memasang tampang imut dengan puppy eyes-nya.“Kak Vino ... ini serius? Menikah hari ini?” tanyaku dengan suara lembut.Ya Allah, gemes banget ini makhluk. Aku
Read more
24. Ungkapan Syukur
Rasa canggung mulai menyapa saat satu per satu anggota keluarga pamit undur diri hingga menyisakan aku dan Kalila saja. Ah, andai badan ini sehat wal afiat, pasti aku sudah mengajak Kalila salat sunnah pengantin untuk memulai malam pertama kami. Walau di rumah sakit, it’s ok. Wong ruangannya mirip hotel begini. Hanya saja ranjangnya bukan king size. Kalila berjalan seperti hendak menuju mini bar di sudut ruangan luas ini. Aku memanggilnya dan seketika langkahnya langsung berhenti. Ah, penurut juga dia. Aku tersenyum.“Iya, Kak?” jawabnya.Idih, dikira kita sedang di sekolah? Aku terkekeh. Dengan santai aku memberinya pilihan agar mengganti panggilan untuk suaminya ini. Panggil Mas atau Sayang. Dan dia memilih memanggilku ‘Mas’. Ya Allah, malu-malunya itu lho, enggak nahan.Kalila menawariku perlu dibuatkan minum apa tidak. Aku mengangguk dan meminta susu. Refleks kedua tangannya menutupi dadanya sendiri dengan posisi menyilang. Lah, dia kenapa?Tiba-tiba fantasi liarku merespons deng
Read more
25. Pelan Tapi Pasti
Sebulan sudah berlalu setelah insiden hari itu. Dokter keluarga rutin memeriksaku tiga kali dalam seminggu. Memantau dan memastikan kesembuhanku. Alhamdulillah, aku dinyatakan sembuh. Namun, Kalila tetap dilarang masuk kerja mengurus hotel sampai kami selesai melaksanakan pesta dan resepsi.Begitu pula denganku. Ayah dan Ibu mengambil alih sementara tugasku mengelola gerai-gerai kuliner mereka.“Wes, Lé, resto dan lainnya biar kami yang handle dulu. Kamu fokus sama kesehatan juga sama istrimu,” ucap wanita terkasihku lewat telepon.Yo wis lah, manut ki penak og. Untuk proyekku sendiri, Galang sebagai teman satu tim dalam penggarapan kerangka-kerangka bangunan juga bisa diandalkan.“Bersenang-senanglah, Bos. Semua biar saya yang handle.”“Wah, makasih banyak, Brother! Tapi, aku akan tetap bantu sebisaku.”“Siap. Santai aja, Mas.”Aku juga sering menelepon Galang jika banyak permintaan via email.“Enggak nyangka, yo, Mas. Niatnya cuma nganter pengantin, eh, malah ketularan jadi pengan
Read more
26. Sambutan Manis
Entah pukul berapa aku terbangun. Merasa terganggu dengan suara gemeletak. Seperti gigi yang diadu sebab kedinginan. Kukucek mata ingin memastikan. Kalila masih terlelap di bawah selimut. Lalu, itu suara apa?Aku ingin kembali menutup mata. Namun, lagi-lagi suara itu mengusik. Aku terbangun sekali lagi. Hendak beranjak ke kamar mandi. Akan tetapi, sebuah tangan mencekal pergelangan ini.Aku terkesiap. Tangan Kalila seperti baru keluar dari lemari es, dingin sekali. Kusibak selimutnya, memastikan keadaannya. Ya Tuhan, istriku kenapa? Tubuhnya bergetar tanpa sadar dan sulit dikendalikan. Mulutnya seperti bergumam dengan gigi terus bergemeletak.“Kal! Kalila! Kamu kenapa? Bangun, Sayang!” Kutepuk-tepuk pelan pipinya yang halus.Ia tak menanggapi. Malah semakin erat menggenggam tanganku yang masih dipegangnya, sementara matanya tertutup rapat.“Sayang, bangun! Jangan bikin aku takut.”Sempat kulirik jam dinding. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Kenapa tubuh Kalila bisa menggigil s
Read more
27. Semanis Madu, Sepahit Empedu
"Sayang,”“Hm,”“Lihat mata aku.”Perlahan mata kami bertemu. “Boleh?” tanyaku dengan nada lembut.Kalila tersenyum dan mengangguk samar. Kedua tangannya ia kalungkan di leherku. Dengan cepat kupagut bibir manisnya penuh nafsu. Seperti biasa, Kalila selalu mengimbangi permainan dengan sangat lihai. Namun, kali ini akan terasa lain dari hari-hari sebelumnya. Kalila sudah menyerahkan dirinya dengan sukarela.Segera kulakukan sentuhan pemanasan untuk memancing gairahnya. Lenguhan indah dari bibir Kalila menandakan ia begitu menikmati tiap perlakuanku. Napasnya mulai naik turun dengan ceracauan syahdu, bak alunan melodi yang membelai penuh damba.Tangan kami saling memberi dan menerima. Bahu-membahu demi menyalurkan sensasi nikmat yang maha dahsyat. Tampaknya wanita bergelar istri ini juga tengah haus. Terbukti dari kelihaiannya menjelajahi titik-titik sensitifku. Napas kami saling memburu. Larut dalam pertikaian sengit di balik selimut yang menjadi saksi bisu. Namun, saat aku mulai men
Read more
28. Saling Terbuka
"Kalila memang sering begitu kalau mau datang bulan, Vin. Mama pernah periksakan dia ke dokter. Katanya normal, karena memang kadar hormonnya naik turun. Bisa datang menjelang haid atau selama haid itu berlangsung.”Aku mendengarkan penjelasan Mama mertua tentang keanehan yang dialami oleh anaknya tadi malam. “Bisa begitu, ya, Ma?”Mama mengangguk. “Itu, sih, masih mending kalau cuma dari jam satu sampai jam empat. Bisa dibilang cepat. Pernah lho, Kalila menggigil hampir seharian.”Aku tertegun. Ternyata menjadi wanita itu tidak mudah.“Eh, tapi bulan lalu kayaknya enggak gitu, ya, Sayang? Pas pertama kita jadi pengantin di rumah sakit, paginya kamu juga kedapatan halangan, kan?”Kalila mengangguk.“Tapi pas malam itu kamu enggak menggigil, kan?” tambahku.Kalila menggeleng. Aku beralih menatap Mama, beliau hanya tersenyum.“Siklus menggigil menjelang haid juga enggak setiap bulan, Vin. Entah, Mama sama istrimu juga enggak paham. Kadang itu terjadi, kadang juga enggak,” jawab Mama den
Read more
29. Kecewanya Lelaki
“Apa itu?” tanyaku.“CCTV.”Aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik untuk Kalila saat ini. Walaupun aku punya mulut, tidak akan kukotori lisan ini untuk memperkeruh kondisi. Apalagi ini menyangkut aib Mas Alan.Bisa saja aku membumbui fakta yang ada dan berkata jika malam itu mungkin Mas Alan kecewa karena Kalila memilihku untuk dijadikan suami. Namun, aku lelaki sejati. Bukan begitu cara menjatuhkan lawan. Walau semua praduga belum pasti, tapi aku pun paham bagaimana lelaki jika sudah cemburu, kecewa, bahkan sakit hati. Hal yang paling ia hindari akan dijadikan tempat pelampiasan hanya demi menghibur diri. Entah itu dengan cara minum alkohol atau konsumsi sabu. “Yang menjadi pertanyaan, kenapa Mas Alan sampai mabuk?” Kalila masih tampak berpikir. “Apa mungkin ... ucapan Mas Vino benar?”Kutatap manik mata milik Kalila.“Tapi enggak mungkin Mas Alan suka sama aku," lirihnya dengan wajah sendu.Aku kembali merapatkan tubuh dan memeluknya dalam keadaan setengah berbaring.“Sudah, Sa
Read more
30. Kedatangan Dua Sahabat
(Pov Kalila)Seminggu berlalu. Tiga hari lagi aku berikut keluarga akan pergi ke Semarang untuk pesta dan acara ngunduh mantu di sana. Namun, acaranya akan digelar dua hari setelahnya.“Biar pengantin bisa istirahat dulu sebelum acara di hari H.” Begitu kata Ibu mertua. Untuk keluarga besar dari Yogyakarta mungkin langsung berangkat di hari yang telah ditetapkan dalam undangan. Aku mulai menyiapkan beberapa keperluan untuk dibawa ke rumah mertua. Untuk urusan hotel, Mas Alan bisa handle sementara. Toh, aku tetap memantau. Mas Vino juga bilang, mungkin memang sementara waktu kami harus menjauh dari pandangan Mas Alan. Biarkan dia menikmati gelenyar-gelenyar perih di hatinya jika itu memang benar adanya. Paling tidak, kebersamaan dan kemesraan kami yang terkadang tidak sengaja tertangkap oleh netra Mas Alan jangan sampai semakin memperkeruh kejernihan berpikirnya.Tidak ada niat untuk memanas-manasi. Namun, jika orang yang hatinya tengah tergores kerap disuguhkan pemandangan yang melu
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status