All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 21 - Chapter 30
298 Chapters
Part 21. Harga Mahal
“Kamu sangat mencintai dia, kan? Maka aku akan menjauhkanmu darinya. Sejauh mungkin sampai kamu tidak bisa mencapainya.” Leona pernah masuk dalam kehidupannya di masa lalu. Tentu saja dia harus terlibat dalam urusannya yang sekarang. Bukan perkara sulit hanya untuk membuat perempuan itu menderita. Tapi dia tidak akan terburu-buru, lebih baik dilakukan dengan santai dan menikmati setiap permainan. “Kamu dari mana saja?” Almeda yang sudah menunggu sejak tadi itu mengeluarkan protesnya karena Permata terlalu lama. Permata tidak mengatakan apa pun dan segera masuk ke dalam mobil. Setelah dia merasa nyaman, dia menceritakan kejadian yang baru saja dihadapi sehingga dia telat. Setiap kata yang dikeluarkan oleh Permata menjelaskan betapa dia sangat kesal luar biasa. “Jadi, selama ini Axel sama sekali nggak cinta sama dia? Dan lima tahun lalu, dia mendatangimu karena semata hanya cemburu tanpa alasan?” “Kamu benar. Itulah kenapa aku sekarang merasa kalau dia juga pantas mendapatkan balas
Read more
Part 22. Kemarahan Axel
“Katakan, di mana Berlian sekarang? Kalau dia nggak mau ketemu gue, gue yang akan menemuinya sendiri.” Ucapan Axel tentu saja membuat Gema bereaksi keras. Bagaimanapun, Gema memiliki keharusan untuk melindungi artisnya. Siapa yang akan tahu apa yang dilakukan oleh Axel kepada Permata hanya karena dia merasa Permata tidak menghargainya? Gema tidak bisa mengatakan apa pun kecuali hanya diam. Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut sakit dan dia memijat pelipisnya agar terasa lebih baik. “Gema, lo juga nggak mau bilang di mana dia sekarang?” “Axel.” Gema bersuara dengan tegas. “Lo adalah sahabat gue. Dan Berlian adalah artis yang bernaung dibawah perusahaan gue. Gue nggak bisa ngebuat dia merasa tidak nyaman karena keberadaan lo di sekitarnya. Kalau lo memang tertarik sama dia ….”“Gue nggak pernah tertarik sama dia. Nggak akan pernah.” Axel memutus ucapan Gema dengan dingin. “Lo harus buang jauh-jauh pikiran lo tentang itu.”“Lantas apa?” Gema tak mau kalah. “Gue nggak pernah tahu sebena
Read more
Part 23. Buka Suara
“Aku mengatakan aku belum ingin menikah, Ma. Jadi tolong hormati keputusanku.” Jawaban yang diberikan oleh Axel membuat Nyonya Rita tampak salah tingkah di depan Leona dan kedua orang tuanya. Bukan hanya ibu Axel, Leona yang tadinya tersenyum sumringah itu mengubah raut wajahnya dengan menutup mulutnya rapat-rapat. Namun Nyonya Rita segera mencairkan suasana yang sempat membeku beberapa saat. “Kita duduk dulu. Bik, tolong panggilkan Bapak.” Seorang ART naik ke lantai dua untuk melakukan permintaan majikannya. Nyonya Rita memberikan kode agar Axel ikut duduk di sampingnya dan meskipun kemarahan sudah mulai mengumpul di atas kepalanya, Axel tetap mengikuti perintah ibunya. Mereka duduk berhadapan di sofa mewah di ruang keluarga. Nyonya Rita dengan keramahannya segera berbicara dengan topik-topik menyenangkan. “Kalian sudah datang.” Itu suara ayah Axel – Tuan Wisnu – memutus obrolan. Lelaki paruh baya itu masih tampak sehat meskipun usianya sudah setengah abad. Tuan Wisnu bersalama
Read more
Part 24. Kecurigaan
“Lo harus pukul gue supaya gue percaya sama lo.” Gema tentu saja tidak akan begitu saja percaya dengan ucapan Axel. Bagaimanapun, dia merasa mengenal Axel dan lelaki itu tak pernah melirik atau pun peduli dengan seorang perempuan mana pun. Bahkan Leona yang menempel pada Axel pun, tidak dipedulikan. Namun jika mengingat bagaimana interaksi Permata dan Axel sejak mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya, tentulah itu menimbulkan kecurigaan. “Xel, lo nggak sedang bohong, kan?” Axel bukan orang yang suka mengeluarkan kata-kata tidak berguna dengan sebuah kebohongan. Setidaknya, kebohongan di masa lalu yang dilakukan kepada Permata tidak dihitung. Tapi, ini sungguh sulit untuk dimengerti oleh Gema. Axel tidak menjawabnya. Dia memilih menutup matanya dan mengabaikan Gema yang ada di sampingnya. Jika Gema tidak percaya dengannya, maka itu bukan lagi urusannya. Yang terpenting adalah dia sudah mengatakan yang sebenarnya. “Gue harap lo bisa segera melakukan pembayaran untuk Permata
Read more
Part 25. Suatu Kebetulan
“Kamu terus menolakku selama ini, tapi kamu begitu baik kepada perempuan itu?” Kebencian Leona semakin membumbung tinggi kepada Permata setelah melihat adegan malam ini. Dilihat dari tempatnya, Axel dan Permata tampak akrab dan itu melukai hatinya. Selama ini, Leona tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh Axel. Apa yang dimiliki oleh Permata sehingga membuat Axel tertarik kepada perempuan itu? Pertanyaan itu mengaung di dalam kepalanya. Axel menatap Leona tampak tak bersalah. Dia justru merasa Leona sangat mengganggunya. “Kenapa kamu di sini?” Bukannya menjelaskan sesuatu, Axel justru menanyakan sesuatu di luar konteks. “Ini sudah terlalu malam untuk seorang perempuan berkeliaran di luar rumah.” “Kalau aku tidak melakukan ini, maka aku tidak akan tahu kalau kamu bermain dengan perempuan lain tanpa sepengetahuanku.” Ekspresi Axel begitu dingin saat mendengar ucapan Leona. Atas dasar apa Leona menuduhkan ucapan semacam itu kepadanya? Leona bukan kekasihnya, bukan juga istrinya,
Read more
Part 26. Pertemuan Kedua
“Apa yang ingin Ibu bicarakan? Saya masih ada jadwal dan saya harus bekerja.” Permata menatap perempuan yang ada di depannya itu dengan tatapan datar miliknya tanpa ada perasaan takut sedikitpun. Namun itu berbanding terbalik dengan Leona yang tidak akan berhenti sampai di sana sebelum dia memeringatkan Permata tentang Axel. “Ikut denganku, maka kamu akan tahu.” Leona bersikap seperti Permata adalah karyawannya. Hal itu membuat Almeda dan Denial merasakan darahnya mendidih. Namun alih-alih marah, Permata dengan ringan menjawab, “Anda bukan bos saya yang mengharuskan saya mengikuti perintah Anda, Bu. Maka jika Anda mau berbicara dengan saya, silakan berbicara di sini. Saya akan memastikan kepada Anda kalau saya mendengarnya dengan sangat jelas.” “Kamu menolakku? Beraninya kamu!” Suaranya meninggi dan menarik perhatian beberapa orang. Bahkan beberapa staf yang melihat itu segera mendekat dan memastikan tidak ada kekacauan. “Berlian, kamu baik-baik saja?” Begitu lelaki itu bertanya.
Read more
Part 27. Bayangan Angkasa 
“Angkasa awas!” Axel menangkap Angkasa yang hampir saja tertabrak oleh sepeda yang dikendarai oleh seorang anak laki-laki. Axel memeluk bocah kecil itu dan mereka terjatuh di atas rumput hias dengan Angkasa berada di atas tubuh lelaki itu. “Om, aku minta maaf.” Bocah bekisar umur sembilan tahun itu mendekat dengan wajah ketakutan. Tapi dia cukup berani untuk tidak lari dan memilih untuk meminta maaf. Bukan hanya itu, Sus Dian juga berlari untuk melihat kondisi Angkasa. “Angkasa.” Perempuan itu segera merebut Angkasa dari Axel dan memastikan jika bocah itu baik-baik saja.Sus Dian tentu saja bukan tidak memperhatikan Angkasa. Perempuan itu ada di sana dan memantau Angkasa. Hanya ada beberapa langkah dari tempatnya duduk, Angkasa tiba-tiba saja turun dari sepedanya dan berlari ke arahnya. Sus Dian belum menyadari kedatangan Axel sampai lelaki itu meneriaki Angkasa ‘awas’. “Angkasa tidak apa-apa?” Sus Dian benar-benar ketakutan saat memeriksa tubuh Angkasa. Tidak ada lecet atau apa
Read more
Part 28. Sebuah Janji
“Gue tahu.” Bayu tidak memiliki hak apa pun untuk mengungkapkan sesuatu atas masalah yang bukan masalahnya. “Tapi, lo masih ngelibatin diri dengan perempuan itu? Kenapa?”“Dia datang untuk menuntut balas.” Axel tanpa ragu mengungkapkan kepada Bayu. “Perbuatan yang pernah gue lakukan sama dia di masa lalu.” Setelah Axel mengatakan itu, mereka berdua diliputi keheningan. Bayu mungkin berpikir jika itu pantas dilakukan oleh Permata mengingat bagaimana Axel melakukan sesuatu yang sangat menyakitkan untuk perempuan itu di masa lalu. Dan sekarang saat Permata kembali, dia bukan lagi seorang Permata yang mudah dikelabui oleh rayuan gombal seorang lelaki. Permata fokus pada pekerjaannya dan dia dikenal di penjuru negeri ini. *** Permata sedang menidurkan Angkasa saat bocah itu berbaring tidak tenang. Sejak tadi, Angkasa seolah enggan untuk menutup matanya seolah dia sedang terganggu oleh sesuatu yang menyeramkan.“Angkasa kenapa? Angkasa sakit?” Karena bocah itu menahan dirinya untuk tida
Read more
Part 29. Skandal Pertama
“Kalau begitu, Onty Al akan mencari jadwal libur untuk Mami.” Sekali lagi, Angkasa tersenyum dengan anggukan semangat ketika mendengar janji yang diberikan oleh ibunya. Hal itu membuat Permata merasa perasaannya sedikit lebih baik dari sebelumnya. Dalam hati dia terus berjanji membuat putranya bahagia. Setelah obrolan pagi itu, Permata berangkat kerja bersama dengan Almeda dan Denial. Tentu saja dia selalu memberikan wejangan kepada Sus Dian untuk menjaga putranya dengan baik. Permata menutup matanya sepanjang perjalanannya ketika Almeda memekik marah.“Apa ini?” Begitu katanya. Permata tidak peduli dengan Almeda dan terus menutup matanya erat. Almeda terkadang berlebihan saat menanggapi sesuatu. “Berita apa ini?” Denial yang melihat Almeda dari kaca spion segera menoleh ke belakang. “Ada apa?” “Buka hp-mu dan kamu akan lihat.” Denial tidak mengambil banyak waktu untuk melihat apa yang dilihat oleh Almeda. Dalam sekejap berita itu menyeruak keluar. [Berlian Berkencan Dengan Kek
Read more
Part 30. Kemarahan 
“Tapi pertemuan itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Saya juga tidak tahu kenapa paparazzi begitu cepat mengambil gambar kami dan mengeluarkan sebuah berita yang tidak berdasar.” Mendengar itu, Leona mencibir. “Kamu yakin dengan ucapanmu? Kamu sepertinya pandai sekali berkelit.” “Saya tidak meminta orang untuk mempercayai ucapan saya. Kalau memang tidak percaya, kenapa tidak langsung menanyakan kepada Axel?”Leona mengerutkan bibirnya saat Permata mengatakan itu. Bagaimanapun, dia tidak ingin menyinggung Axel dalam masalah ini. Tujuannya jelas, jika dia hanya ingin Permata masuk dalam perangkapnya dan tidak lebih. Leona hanya ingin melihat Permata dihujat oleh semua orang karena berkencan dengan kekasih orang lain. “Kamu pikir Axel memiliki waktu untuk hal semacam ini?” “Dalam gambar itu ada dua orang. Saya dan Axel. Saya sudah mengklarifikasi yang sebenarnya terjadi. Jadi, urusan percaya atau tidak, itu bukan ranah saya. Karena saya rasa, klarifikasi dari pihak satunya juga harus
Read more
PREV
123456
...
30
DMCA.com Protection Status