“Tapi pertemuan itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Saya juga tidak tahu kenapa paparazzi begitu cepat mengambil gambar kami dan mengeluarkan sebuah berita yang tidak berdasar.” Mendengar itu, Leona mencibir. “Kamu yakin dengan ucapanmu? Kamu sepertinya pandai sekali berkelit.” “Saya tidak meminta orang untuk mempercayai ucapan saya. Kalau memang tidak percaya, kenapa tidak langsung menanyakan kepada Axel?”Leona mengerutkan bibirnya saat Permata mengatakan itu. Bagaimanapun, dia tidak ingin menyinggung Axel dalam masalah ini. Tujuannya jelas, jika dia hanya ingin Permata masuk dalam perangkapnya dan tidak lebih. Leona hanya ingin melihat Permata dihujat oleh semua orang karena berkencan dengan kekasih orang lain. “Kamu pikir Axel memiliki waktu untuk hal semacam ini?” “Dalam gambar itu ada dua orang. Saya dan Axel. Saya sudah mengklarifikasi yang sebenarnya terjadi. Jadi, urusan percaya atau tidak, itu bukan ranah saya. Karena saya rasa, klarifikasi dari pihak satunya juga harus
“Leona?” Axel bertanya dengan kening mengernyit. Karena tidak ada yang berani mengaku calon istri Axel kalau bukan perempuan itu. Lalu dia segera menyembuhkan, “Dia bukan calon istri saya.” “Calon istri atau bukan, tapi Leona sudah berani mengarahkan tangannya pada Berlian.” Almeda tidak punya ampun kali ini. Sudah cukup mereka diperlakukan buruk oleh perempuan itu dan dia tidak akan tinggal diam. “Karena gosip murahan itu, dia menyangka Berlian sedang merayu Anda. Sungguh tidak masuk akal. Dia bahkan mempersulit Berlian pada pemotretan siang ini.” Almeda mengeluarkan semua amarahnya kepada Axel tak peduli apa. Namun Gema yang merasa ada kejanggalan pada ucapan Almeda, kini mendekat. “Leona melakukannya dua kali?” Begitu tanya Gema dengan rasa penasaran yang tinggi. Barulah Almeda menyadari dia sudah berbicara terlalu banyak. Gadis itu segera berkelit. “Untuk cover majalah Larena, sepertinya Ibu Leona akan membatalkan kontrak, Pak. Dia sengaja melakukan itu untuk mempersulit Ber
[Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi menurutku ini sungguh keterlaluan. Berlian adalah model papan atas, tidak seharusnya kalian memperlakukan dia seperti itu. Larena, kamu pantas digulingkan][Aku baru saja mendapatkan kabar jika pemilik Larena adalah kekasih pemilik Roque Glacio. Apa itu artinya pemilik Larena cemburu karena gossip yang sekarang sedang beredar?][Infinity belum memberikan klarifikasi terkait gossip yang pertama, tapi satu kejadian terjadi lagi. Siapkan popcorn, aku siap mengikutinya]Leona tak bisa menahan dirinya untuk tidak meledakkan amarahnya. Membaca semua komentar warganet. Gema sepertinya tidak memberikannya waktu untuk bersiap-siap saat memberikan serangan. Dia hampir pergi ketika Infinity kembali menuliskan klarifikasi tentang gossip Permata dan Axel.[Berlian tidak sedang berkencan dengan siapa pun, dan gossip yang terjadi itu adalah sebuah salah paham. Pertemuan itu tidak disengaja, Berlian yang sedang menikmati waktu santainya, malam itu tak sengaja be
“Apa ini sakit?” Hanya sebuah pertanyaan sederhana yang mudah untuk dijawab. Hanya kata-kata tidak berarti jika itu bukan Axel yang menanyakannya. Terlebih lagi, dia bertanya kepada Permata yang notabennya adalah perempuan yang digosipkan memiliki hubungan dengannya. Di depan mereka, duduk seorang perempuan yang mengaku tunangan Axel. Jelas, situasi ini sedikit membingungkan. Permata yang merasa tangan Axel di pipinya, menoleh dan menatap lelaki itu. Siapa yang sangka kalau tatapan Axel mampu mengingatkan masa lalu yang sudah terkubur di dalam hati Permata yang paling dalam. Tatapan itu adalah tatapan lembut yang selalu Axel berikan kepada Permata saat dulu mereka masih bersama. Jantung Permata terasa semakin bergetar dan kedua tangannya begitu dingin. Beruntung, dia bisa segera tersadar dan dengan cepat menepis tangan Axel yang masih berada di pipinya. “Tolong jangan bersikap kurang ajar, Pak. Anda melakukan ini seolah saya wanita yang mudah dipegang oleh sembarang orang.” Axel
“Anda, pemilik Roque Glacio, bukan? Axel Bimasena?”Ini pertama kalinya dua lelaki itu saling bertemu. Tapi entah kenapa pertemuan itu seolah menunjukkan sesuatu yang berbeda dari keduanya. Atmosfer di antara mereka terasa mengeluarkan permusuhan yang begitu kental. Axel hanya menoleh dan memelankan treadmill-nya tanpa berminat menjawab. Lelaki Itu tak buta siapa lelaki yang berbicara kepadanya adalah Mario, lawan main Permata yang selalu dijodohkan oleh perempuan itu. “Saya membaca kehebohan yang terjadi beberapa hari ini tentang Anda dan Berlian. Sedikit mengejutkan. Tapi, saya percaya kalau Berlian tidak akan sembrono melakukan itu.” Mario berjalan di atas treadmill sambil terus berbicara meskipun tidak mendapatkan sambutan baik dari Axel. “Terkadang, orang-orang selalu membuat berita yang tidak berdasar.” Axel merasa tidak nyaman ketika Mario terus saja berbicara dengannya tentang gosip itu seolah dia tidak menyukainya. Lantas seringaian Axel menguar sebelum membalas ucapan lela
“Semoga Tuhan akan mengutukmu,” imbuh Permata sambil menatap Axel yang masih terlihat kesakitan. Rasa kesal yang ada di dalam hati Permata terasa menggebu-gebu seolah keluar begitu saja dan melampiaskannya pada Axel secara langsung. Tapi, selama lima tahun dia hidup di luar negeri, dia sudah belajar bagaimana mengendalikan emosinya. Bagaimanapun dia adalah public figure yang tidak boleh bertindak sembarangan. Namun ketika mendengar sebuah kenyataan yang dikeluarkan oleh Axel beberapa saat lalu, membuat Permata merasakan sakit luar biasa. “Axel, lo nggak papa?” Bayu berlari menyusul Axel di belakang dan segera memastikan Axel baik-baik saja. Melihat Bayu yang tampak khawatir kepada Axel, Permata memiliki kesempatan untuk pergi dari tempat itu. Tanpa menunggu lagi, dia berlari sekencang yang dia bisa dan tak terasa air matanya keluar begitu saja. Sakit di dalam hatinya kembali menyerangnya bertubi-tubi. Sampai di rumah, dia segera masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya dengan
“Berlian! Aku adalah penggemarmu.” Saat suara itu terdengar di telinga Permata dia segera berhenti dan sedikit terkejut mendengarnya. Dia masih menggandeng Angkasa dan kalau bocah itu sampai memanggilnya ‘mami’ maka sudah bisa dipastikan semua orang akan tahu jika dia sudah memiliki seorang anak. Namun mengejutkan, Angkasa merangsek ke belakang sambil melepaskan tangannya dari tangan Permata dan dia mendekati Denial. Mengangkat tangannya dan meminta lelaki itu menggendongnya. Hanya dengan sedikit pengertian itu saja, membuat Permata merasakan hatinya tercabik-cabik. Seharusnya anak sekecil itu belum mengerti tentang situasi seperti ini. “Hai!” Permata segera berbalik dan menyapa gerombolan perempuan yang mengaku fansnya. “Astaga, benar-benar Kak Berlian. Maaf karena mengganggu, kami benar-benar tidak bermaksud. Kami ingin meminta tanda tangan Kakak.” “Nggak masalah. Kalian nggak mengganggu sama sekali, kok.” Meskipun Permata menunjukkan keramahannya, tapi pikirannya bercabang ke
“Gawat.” Kata-kata itu menunjukkan jika pasti ada sesuatu yang tidak enak untuk didengarkan. Namun Permata mencoba untuk tetap tenang karena Almeda memang sering seperti itu. Melebihkan sesuatu yang biasa. “Ada apa, Al?” tanya Permata tak terpengaruh sama sekali. Permata dengan santai duduk di sofa sambil membuka-buka majalah di mana dia menjadi model cover majalahnya. “Kamu lihat!” Tab Almeda segera terlempar di pangkuan Permata dan sebuah social media heboh dengan kabar jika Permata memiliki seorang putra. Beberapa saat lalu, Permata merasa dia tak perlu mengkhawatirkan apa pun, tapi kali ini dirinya merasa terjebak dalam sebuah lubang hitam yang menyeramkan. Meskipun begitu, dia tidak menunjukkan kepanikannya. Dia menjaga dirinya agar tidak gugup. Tapi, siapa pun yang menyebarkan berita itu, pastilah sudah tahu banyak tentang dirinya. “Apa mungkin itu cewek-cewek tadi?” tanya Permata setelahnya. “Bukan. Karena berita itu bahkan sudah menyebar di dalam web berita. Aku dapet t