All Chapters of Selingkuhan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
Bab.31
~~ POV Razan ~~Berbekal dengan sebuah aplikasi pelacak aku bisa menemukan keberadaan Nita sekarang. Aku masih berdiam diri di mobil untuk memastikan kebenaran orang yang kini berada di sebuah butik itu memanglah dia.Lama aku mengintainya, tak ada yang aneh dari sikap Nita. Dia terlihat senang sekali saat memilih beberapa baju. Aura kebahagiaan terpancar di wajahnya. Aku juga tersenyum saat melihatnya begitu bahagia. Tapi, seketika senyumku sirna saat melihat ada seorang pria yang kini tengah berdiri di belakang istriku. Ku amati dengan jelas perawakkannya yang tinggi, wajahnya tak jelas karena dia mengenakan masker dan topi berwarna hitam.Sesekali Nita tersenyum melirik ke arahnya seakan tengah meminta saran untuk baju yang dia pilih."Siapa sebenarnya laki-laki itu?!" tanyaku pada diri sendiri dengan tangan mengepal.Ku perhatikan terus Nita dari balik kaca mobil. Dia keluar dari butik itu sendirian tanpa laki-laki tadi."Kemana laki-laki itu?" gumamku sambil mengedarkan pandanga
Read more
Bab.32
"Bahkan kamu tidak tahu kalau aku sekarang sedang mengandung anakmu Mas! Tapi, kamu malah menceraikan aku tanpa alasan yang jelas, semoga kamu tidak menyesal suatu saat nanti sudah memilih orang yang salah!" ujar Amira membuat langkahku terhenti."Itu cuma akal-akallan dia saja Mas, biar kamu kembali minta rujuk!" hasut Sabrina padaku. Aku menoleh ke arah ke arah Sabrina lalu pergi begitu saja meninggalkan rumah yang selama ini selalu aku rindukan tapi enggan untuk aku mendatanginya.**********Sekian lama aku dan Sabrina mengasuh Farel bersama di rumah. Meski sudah ku suruh pulang, Sabrina tetap menolak. Dia lebih suka bermain bersama Farel karena dia bilang tak ada guna di rumah sendirian."Ini uang buat kamu karena sudah menjaga Farel seharian ini, anggap saja ini imbalan dariku, maaf cuma sedikit," ucapku setelah hari sudah sore saat Sabrina akan pulang."Tidak usah Mas, lagi pula aku seneng kok bisa bantu jagain Farel, kapan-kapan hubungin aku aja ya, kalau kamu butuh jasa baby s
Read more
Bab.33
~~ POV Amira ~~Setelah istirahat sejenak di rumah, aku menjadi tak sabar ingin segera memberitahu Mamah Rani tentang kehamilanku. Selama delapan tahun ini dia sudah sangat menantikan kehadiran cucu pertama dariku. Mamah Rani pasti akan sangat senang ketika mendengar kabar ini. Dengan jasa taxi online, aku sudah sampai di kediaman Mamah Rani yang terlihat sepi.Saat membuka pintu, ku lihat Farel tengah merangkak sendiri tanpa ada yang mengawasi. Karena khawatir aku segera menggendongnya sambil memanggil satu persatu orang di rumah itu namun tak ada yang menyahut."Mas! Mamah! Bibi!" semuanya ku panggil satu persatu sambil mencari keberadaan mereka yang tak ku temukan di rumah itu."Pada pergi kemana ya? Kok Farel di tinggal sendirian?" gumamku.Setelah lama menunggu, akhirnya aku memutuskan untuk memnawa Farel ke rumah. Sebelum sampai ke rumah, aku menyempatkan diri membeli makanan untuk Farel karena mungkin saja dia akan lapar nantinya.Namun sayang sekali, baru saja aku menyuapinya
Read more
Bab.34
Kak Nita memegang pipinya sambil terus menatapku nyalang. "Ini bukan kesalahanku, aku juga ingin di cintai, selama ini kamulah yang selalu merusak mimpiku Amira!" bentaknya hendak menamparku tapi seseorang memegang tangannya.Hap!Sontak kami menoleh ke arah pemilik tangan itu. "Rama!" ujarku lirih."Ada keributan apa ini?" tanya Rama sambil melepas tangan Kak Nita."Tidak ada, sebaiknya kamu istirahat dulu ya Nak, Mamah bantu kamu ke kamar," ucap Mamah Rani hendak mengiringku ke kamar tapi Rama mencegahnya."Tunggu dulu Tante, seharusnya jika ada masalah, selesaikan secara baik-baik di sini, jangan bawa Amira ke kamar dulu," cegah Rama."Dia sedang hamil Rama, dan kehamilannya lemah, tidak seharusnya dia meladeni pelakor tidak tahu diri!" jawab Mamah Rani membuat Rama menoleh ke arah Kak Nita."Ya sudah kalau begitu, lebih baik kamu istirahat Amira," kata Rama padaku.Aku merasa tidak enak hati atas perhatiannya itu. Hanya ku angguki saja ucapan Rama sambil pergi di papah Mamah Rani
Read more
Bab.35
Keluarga Mas Razan membawaku ke rumah sakit karena rasa sakit di perutku tak tertahankan. Rama beserta Nenek Aletta juga ikut menemani mereka membawaku ke rumah sakit.Setelah aku sudah mendapat penanganan, mereka memasuki ruangan tas seijin Dokter yang memeriksa. "Amira, apa kata Dokter tentang kehamilan kamu tadi Nak?" tanya Mamah Rani padaku yang masih berbaring.Ragu aku menjawab, meski begitu mereka sudah mengetahuinya sejak awal kalau kandunganku memang lemah. Aku menceritakan apa yang baru saja Dokter katakan. Stress pemicu perutku sakit, dan aku tidak seharusnya sering terkena stress ataupun kelelahan.Dokter menyarankan agar aku bedrest. Karena sekarang kandunganku mengalami pendarahan yang cukup banyak. Sedih rasanya jika harus mengalami hal seperti ini di saat kondisi rumah tanggaku juga berantakkan."Kalau begitu, biarkan Amira menikah dengan Rama setelah sidang perceraian selesai!" kata Nenek Aletta tiba-tiba angkat bicara.Mamah dan Papah Andri menoleh ke arahnya dengan
Read more
Bab.36
Mendengar ucapanku mereka malah menangis sambil memelukku. "Alhamdulillah kalau kamu sudah hamil Nak, meskipun tanpa Ayah, ibu yakin anak kamu tidak akan kekurangan kasih sayang dari kami," ucap ibu sambil menangis memelukku."Insya Alloh, kami juga akan turut merawat dan membesarkan anak kamu, jangan khawatir Nak, jangan terlalu banyak pikiran juga ya," sambung Bapak.Sambil mengagguk, aku tersenyum pada mereka.**********Pagi harinya aku hendak melakukan aktivitas membereskan rumah karena kandunganku sudah lebih baik. Tapi ibu mencegahku, dia tak membiarkan aku megerjakan apapun. Ibu sudah banyak sekali berubah sejak aku datang kemarin.Tidak seperti biasanya, dia selalu bersikap cuek padaku. Mungkin karena dia kasihan dengan nasibku. Tapi aku sangat bersyukur dia tidak lagi bersikap seperti biasa.Selesai sarapan bersama ibu dan Bapak aku keluar dari rumah untuk menyirami tanaman di pekarangan rumah. Saat sedang menyiram tanaman, sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah."Mobi
Read more
Bab.37
Sedang apa sepagi ini Sabrina ada di rumah Dicky? Dan kenapa dia bertingkah aneh saat aku yang dia lihat di depan pintu? Kalau hanya bertamu biasa saja kenapa harus bertingkah aneh?"Siapa yang datang?" suara Dicky terdengar dari belakang Sabrina."Ini aku Razan!" jawabku santai.Dicky juga terlihat terkejut melihatku. Mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku."Kenapa pada kaget sih?" tanyaku heran."Oh, enggak, masuk Zan!" kata Dicky yang kini mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Aku masuk lalu duduk di sofa bersamaan Sabrina yang duduk di sampingku. "Kita mau bicarain soal bisnis kan, gua gak mau kalau ada orang lain yang mendengar tentang bisnis kita," kataku pada Dicky yang duduk di kursi terpisah."Oh, tentu saja. Sabrina, kamu bisa ke belakang sebentar?" pinta Dicky yang sudah peka dengan ucapanku."Iya," jawab Sabrina yang kemudian menurut pergi.Dari sana kami mengobrol banyak hal tentang bisnis. Sesekali pikiranku tak fokus karena sempat terbersit bayangan Amir
Read more
Bab.38
Menempuh perjalanan sekitar enam jam menuju kota tujuan akhirnya aku sampai tepat pukul tiga sore. Segera aku parkirkan mobilku di depan garasi rumah orang tua Amira. Rumah mereka tampak sepi sekali. Sepertinya mereka sedang istirahat sore, pikirku. Aku melangkahkan kaki yang terasa berat karena rasa malu di hati. Tapi ku teruskan saja karena niat baik itu tidak baik jika di urungkan.Tok!Tok!Tok!"Assalamu'alaikum!" ucapku lantang.Pintu di buka oleh Bi Ningrum sambil menjawab salam dariku. "Wa'alaikumsalam. Eh, Den Razan, maaf Den, di rumah lagi gak ada orang," ucapnya."Loh, mereka semua lagi pada kemana Bi?" tanyaku dengan kantong kresek besar di tangan buah tangan serta beberapa perlengkapan bayi."Bapak sama Ibu juga Non Amira kan sekarang sudah punya toko kue, jadi mereka jam segini pasti sedang sibuk melayani pembeli." Jawabnya."Ya sudah kalau begitu, saya minta alamat tokonya saja, nanti saya datang langusng ke sana," pintaku pada Bi Ningrum yang langsung menjelaskan temp
Read more
Bab.39
Aku duduk melingkar bersama kedua orang tua Amira di atas sofa. Ternyata di tempat usaha kue milik Amira terdapat sebuah ruangan khusus yang cukup luas untuk beristirahat.Bukannya merasa nyaman, hatiku malah gelisah saat melihat Rama juga Daniel yang turut serta mencampuri obrolan kami. Sedangkan Amira masih terlihat sibuk melayani pelanggan meski sudah cukup banyak karyawan yang membantu.Sesekali ku lirik dia dari balik kaca jendela besar dari ruangan. Terlihat Amira yang mengusap keringat dengan perut besar yang tampak kelelahan."Mana istri kamu? Kenapa kamu tidak datang sama dia?" tanya Ibu Amira yang menyadarkanku saat memandang mantan istriku.Aku tergagap, tahu betul jika mereka belum mengetahui siapa istri keduaku yang sesungguhnya. "Eu...dia sedang sibuk, Bu," jawabku singkat."Sudah saya duga, sejak awal kamu memang ada main sama perempuan lain Razan, makannya dulu saya gak merestui hubungan kamu sama Amira...,""Sudah, Bu!" potong Bapak yang terlihat merasa tak enak. "Ti
Read more
Bab.40
"Mamah kayak gak pernah ngerasain gimana susahnya ngurus anak kecil aja. Aku kan butuh refresing untuk menyegarkan otak. Apalagi Farel udah aktif sekarang!" jawab Nita."Di bilangin malah melawan!" balas Mamah lagi."Udahlah, aku jadi gak enak sarapan kalau begini terus, tiap hari ada aja yang omelin!" kata Nita sambil bangkit dari kursinya."Nita!" panggilku lantang penuh emosi.Baru hendak melangkah, Nita berhenti lalu menolehku. "Apalagi sih Mas!" katanya kesal."Kamu ini semakin melunjak saja, apa kamu gak tahu kalau Mamah ini orang tuaku? Kenapa kamu tidak bisa berlaku sopan sama dia?" kataku."Mamah sendiri yang selalu saja cari masalah sama aku, Mas!" Nita benar-benar tak tahu malu sekali. "Eleh, kamu ini malah menyalahkan orang tua, bukannya minta maaf!" kata Mamah kesal."Minta maaf sama Mamah!" pintaku padanya."Ogah banget!" Nita pergi begitu saja menyisakan sesak di dadaku.Segera aku bangkit mengejarnya. Ku tarik tangannya yang meringis kesakitan karena aku terlalu kuat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status