All Chapters of Suami Tampan Tetapi Pengangguran: Chapter 21 - Chapter 30
163 Chapters
BAB 21
"Model pendatang saja sudah banyak tingkah," sindir salah satu kru. Azlan langsung menatap wajah pria yang menyindirnya, tatapannya begitu tajam. Baginya ini adalah sebuah prinsip, dia tidak mau bersentuhan dengan wanita manapun selain istrinya. Terutama di bagian area yang sensitif, dia tidak mau mengkhianati pernikahannya. "Bukan masalah bertingkah atau tidak. Pokoknya aku tetap tidak mau ada sentuhan fisik yang berlebihan!" ucapnya lagi. "Sudahlah, waktu kita akan terbuang percuma jika meneruskan perdebatan ini, lakukan saja pose lainnya, yang penting terlihat mesra. Kamu juga harus profesional mulai sekarang," timpal fotografer. Jenifer masih memasang wajah kesal karena perlakuan Azlan tadi, dia menghentakkan kakinya lalu mendekat ke sisi Azlan. Mereka memulai lagi sesi pemotretan dengan pose lain, pose romantis yang hanya sekedar merangkul lengan dan saling menatap, tetapi terkesan natural, layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. "Begini juga bagus, pengambilan gamba
Read more
BAB 22
"Kamu kenapa?" tanya Agnes saat Azlan sudah tiba di kursinya. "Nggakpapa, aku hanya sedikit pusing saja," balas Azlan. Tidak berselang lama, Mr.Jhon mempersilahkan mereka untuk pulang terlebih dahulu. Keberuntungan bagi Azaln untuk cepat pulang ke hotel dan menelpon istrinya. "Jika kalian ingin pulang lebih dulu tidak mengapa, aku masih ada keperluan lain di sini," ucap Mr. Jhon. "Terima kasih Tuan, kalau begitu kami pamit undur diri," balas Agnes. Dia memegangi lengan Azlan sambil terus berjalan menuju lobi. Supir sudah siap sedia menunggu sang majikan di depan mobilnya, dan membukakan pintu untuk mereka. "Langsung ke hotel," ucap Agnes memberikan perintah. Mobil membelah jalan raya dengan kecepatan sedang. Azlan yang masih merasa pusing, menyenderkan tubuhnya ke sandaran jok. "Apakah kamu tidak pernah meminum alkohol?" tanya Agnes. "Tidak pernah," jawab Azlan tegas. "Pantas saja kamu jadi seperti ini, wajar kalau kamu mabuk, wine tadi memiliki kadar alkohol yang tinggi," uc
Read more
BAB 23
"Tapi kok baju wanita ini mirip baju Nauma ya, apa mungkin wanita ini Nauma? Tapi nggak mungkin banget Nauma bisa kenal Fero, mungkin hanya wanita lain yang kebetulan bajunya sama, gue nggak boleh mikir macam-macam. Nauma nggak mungkin dekat dengan pria lain," ucapnya lagi meyakinkan dirinya. Karena rasa pusing masih dirasa, Azlan memutuskan untuk beristirahat di kamarnya. Dia meletakkan ponselnya di atas nakas dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tidak berselang lama, Azlan mendapatkan mimpi yang dapat mengaduk-aduk emosinya. Bagaimana tidak, di dalam mimpi itu, Azlan melihat perut Nauma yang sudah membesar. Dia merasakan kebahgiaan saat melihatnya. Tetapi selang berapa waktu, Nauma menangis dan perutnya kembali mengecil. Tangisan Nauma mampu membuat hati Azlan seperti tersayat ribuan silet tak kasat mata. Yang lebih memilukan lagi, ada seorang anak kecil yang wajahnya mirip sekali dengannya, anak kecil itu sedang menatapnya sambil tersenyum. Kemudian anak kecil itu memasang waja
Read more
BAB 24
"Kenapa? Ada yang salah dengan pakaian ini?" tanya Agnes. "Kamu tanya kenapa? Jelas saja salah, mana mungkin aku hanya menggunakan celana ini saja, di depan khalayak umum seperti ini?" Azlan merasa kesal dengan Agnes, ada saja hal yang membuatnya marah. "Kenapa tidak mungkin? Di sini banyak yang menggunakan itu, sudah ganti saja, aku juga mau mengganti pakaianku dengan bikini, anggap saja kita sedang berlibur. Menyenangkan bukan, bekerja sambil berlibur seperti ini?" ucap Agnes. "Tidak, aku tidak mau memakainya, aku tidak biasa hanya mengenakan ini saja," tolak Azlan. "Kamu tidak bisa menolaknya, ini adalah pekerjaan, kamu juga sudah menyetujui semua yang tertera di kontrak kerja. Dan kamu juga sudah menyetujui untuk mengikuti semua yang diinstruksikan management produksi," balas Agnes, dia menekan Azlan dengan kontrak yang sudah ditandatanganinya. "Berengsek! Wanita sialan!" makinya. Meski begitu, Azlan tetap mengganti pakaiannya dengan celana renang yang diberikan Agnes. Begitu
Read more
BAB 25
"Dasar wanita jalang, dengan mudahnya dia memancing gairah pria yang baru dikenalnya," gerutunya sambil terus berlari. Mau tidak mau, Azlan menuntaskan gairahnya dan menidurkan lagi inti tubuhnya dengan bermain solo sambil membayangkan wajah istrinya. "Aaahh... akhirnya kelar juga," erangnya. "Sungguh sangat menyiksa saat jauh dari Nauma," gumamnya setelah menuntaskan hasrat yang sangat menyiksa. "Gue jadi kangen sama Nauma, dia lagi apa ya?" tanyanya pada diri sendiri. Azlan melilit bagian bawah tubuhnya dengan handuk. Lalu dengan langkah gontai, dia berjalan ke tempat timnya berkumpul. Dia mengambil tas kecil yang ada di meja, lalu merogoh tasnya dan mengambil ponsel miliknya. Dia mencari nomor istrinya lalu mengusap icon telpon, sambil mencari bangku untuknya bersantai. "Harusnya di sana belum terlalu malam, semoga kali ini Nauma mengangkat panggilan ini," gumamnya penuh harap. Berulang kali dia menelpon istrinya, tetapi tetap saja suara operator yang menggema di telinganya. K
Read more
BAB 26
"Dasar wanita gila, hidup gue sial sekali bertemu dengan mereka berdua, tetapi karena mereka juga sih gue bisa punya uang sebanyak ini," gumamnya saat berlalu dari hadapan Jenifer. Tidak berselang lama, mereka bertiga menaiki pesawat dan mengudara menuju tanah air, Indonesia. Sepanjang perjalanan, Jenifer selalu saja mengganggu Azlan sampai Azlan merasa jengkel dengan ulah Jenifer yang terlalu lancang. Jenifer terus saja mendekatkan dirinya dan mencari kesempatan untuk meraih perhatian Azlan. Azlan menahan dirinya untuk tidak berbuat kasar pada Jenifer. Setibanya di Jakarta, Azlan langsung meninggalkan mereka berdua, dan dia pulang menggunakan taksi. "Gue udah nggak sabar untuk bertemu Nauma, semoga dia baik-baik saja dan menerima alasan gue," gumamnya saat sudah berada di dalam taksi. Dia melihat kantung belanjaannya sambil tersenyum, membayangkan senyuman Nauma saat menerima hadiah pemberiannya. 'Semoga dia suka,' ucapnya dalam hati. Begitu taksi sampai di depan apartemen, Azlan
Read more
BAB 27
"I-ini darah apa?" tanya Azlan panik. Saat Azlan mendengar teriakan Nauma, dia langsung berlari ke kamar dan melihat keadaaan Nauma. Dia sangat panik saat melihat ada begitu banyak darah di atas kasur, bahkan darah itu sudah membasahi kedua kaki Nauma. "T-tolong, Kang," rintih Nauma sambil memegangi perutnya. Nauma meringkuk kesakitan di bagian perutnya, tangannya selalu setia memeluk perutnya. Air mata sudah membasahi pipi, melihat itu semua, kemarahan Azlan sirna, bergantikan dengan rasa panik yang luar biasa. "Kita ke rumah sakit sekarang," ucap Azlan panik, dia mencari pakaian Nauma di lemari dan memakaikannya ke tubuh Nauma. "Maaf, Neng. Maafkan aku," mohon Azlan sambil menangis, tangannya tidak berhenti berusaha mengenakan pakaian untuk istrinya. Tidak banyak membuang waktu karena yang dipakaikan ke tubuh Nauma adalah dress. Begitu selesai, Azlan langsung menggendong istrinya dan berlari tanpa menggunakan alas kaki. Dia terus berlari sambil menggendong Nauma yang sudah terku
Read more
BAB 28
"Benar, Tuan. Wanita yang bersama tuan tadi baru saja keluar dari rumah sakit ini bebrapa jam yang lalu, apa yang terjadi dengannya?" balas perawat. "Dia hanya berkunjung saja 'kan?" tanya Azlan. Pikirannya sudah berkelana, menolak untuk membayangkan kalau Nauma menjadi pasien di rumah sakit ini saat dirinya tidak ada di sisinya. "Tidak, Tuan. Wanita itu dirawat sekitar tiga hari di rumah sakit ini, saat dibawa ke sini, dia juga tidak sadarkan diri seperti tadi," jawab perawat yang ada di hadapannya. Hatinya hancur saat mendengar jawaban itu, dia menggauli istrinya dengan kasar saat Nauma baru saja pulih dan baru saja pulang dari rumah sakit. Terlebih lagi, dia sudah menghina istrinya dan menuduhnya berselingkuh. "Apa yang gue lakuin?" gumam Azlan sambil menjauh dari hadapan perawat. Dia seperti orang bodoh, berjalan tanpa ekspresi seakan-akan jiwanya hilang entah ke mana. Para perawat yang tadi berbicara dengannya merasa bingung dengan ekspresi yang dikeluarkan Azlan. Azlan terus
Read more
BAB 29
"Maaf, Tuan. Anda mau ke mana?" tanya salah satu perawat. "Saya mau ke ruang administrasi," jawab Azlan dengan pandangan kosong. "Sebelah sini, Tuan." perawat menunjukkan arah kepada Azlan. Dia merasa kasihan dengan kondisi Azlan, kakinya sudah memerah, pakaiannya juga sudah berlumur darah istrinya. Azlan menyelesaikan administrasi yang diperlukan, kemudian dia kembali ke ruang UGD di mana istrinya berada. Dia juga ikut mendorong tempat tidur Nauma sampai ke ruang rawatnya, matanya tidak pernah lepas memandangi wajah pucat Nauma."Saya tinggal dulu, kalau terjadi sesuatu anda bisa panggil saya di ruang perawat," ucap perawat yang membantu kepindahan Nauma. Azlan tidak menjawab ucapan perawat yang ada di sampingnya, dia masih terus saja memandangi wajah istrinya sambil menggenggam tangannya. Dia tidak menyangka kalau kecemburuan akan membuatnya kehilangan anak yang mereka impikan, juga membuat luka di tubuh dan hati istrinya. Azlan menunggu Nauma tersadar, sudah lima jam, tetapi Na
Read more
BAB 30
"Aku mohon jangan bicara seperti itu, Neng. Aku minta maaf... aku mohon maafkan aku," mohon Azlan, dia meraih tangan Nauma tetapi dihempaskan tanganya oleh Nauma. "Kalau memang Akang mencintaiku, setidaknya beri aku kabar. Pagi hari Akang mendiamiku dan menyuruhku untuk tidak menunggu. Apa ini yang Akang maksud? Aku yang bodoh terus saja berharap Akang kembali, aku yang bodoh sudah percaya dengan cintamu Kang," ucap Nauma sambil menangis. "Bukan... bukan itu maksudnya. Waktu itu aku kesal karena kamu tidak memberitahuku tentang Codet yang mau mencelakaimu. Aku bersumpah, tidak ada niat untuk meninggalkanmu seperti yang kamu katakan." Nauma hanya terdiam tidak menjawab pembelaan Azlan, hatinya sudah terlanjur sakit dengan apa yang diterimanya. Dia memunggungi Azlan, enggan untuk melihat wajahnya. "N-neng, kamu ada hubungan apa dengan Fero?" Azlan bertanya dengan keraguan, tetapi dia juga ingin tahu bagaimana Nauma bisa mengenal Fero? Pria yang beberapa waktu lalu sudah merendahkanny
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status