All Chapters of Suami Tampan Tetapi Pengangguran: Chapter 11 - Chapter 20
163 Chapters
BAB 11
"Bukankah begitu, Azlan?" tanya Agnes. Mata coklat Azlan menatap Agnes dengan penuh kemarahan, dia melirik Nauma. Mata Nauma membola saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Agnes. Azlan tidak menyangka kalau Agnes akan menganggap Nauma sebagai pembantunya. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Azlan melangkahkan kalinya, tetapi Nauma menghentikannya. Nauma menggelengkan kepala untuk mencegah perbuatan yang akan Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, maafkan perbuatan kami," ucap petugas keamanan dengan wajah penuh sesal. Azlan memalingkan wajahnya, tidak menjawab permohonan maaf penjaga yang ada di dekatnya. Azlan menatap wajah Nauma, dia melihat ada kesdihan di matanya. 'Kenapa jadi aku yang menjadi penyebab kesedihannya?' batin Azlan. Tidak berselang lama, para pengawal pergi meninggalkan luka di hati dan tubuh mereka. "Kenapa mba ngomong gitu? Kenapa mba memposisikan Nauma sebagai pembatu saya?" tanya Azlan, matanya juga menunjukkan kemarahan yang teramat sangat. "Memang
Read more
BAB 12
"Neng!... kamu di mana?" Azlan mencari keberadaan Nauma. Dia baru sadar kalau Nauma tidak ada di sampingnya. Mendengar teriakan Azlan, Nauma menghapus jejak air matanya dengan kasar. Azlan mencari Nauma, satu persatu kamar dibuka olehnya. Dia panik karena tidak bisa menemukan Nauma. Saat dia membuka kamar terakhir, dia melihat Nauma yang sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tubuhnya terlihat gemetar dan itu membuat Azlan semakin panik. "Sayang... kamu kenapa?" tanya Azlan. Dia memeluk tubuh Nauma dan merasakan hawa panas dari tubuhnya. "Kamu sakit?" tanya Azlan sambil menyentuh kening Nauma dengan punggung tangannya. Nauma hanya terdiam, tubuhnya bergetar hebat karena deman yang dideritanya. "Kamu tunggu di sini ya, Neng. Aku beli obat dulu," ucap Azlan dengan panik. Dia langsung berlari ke luar apartemen dan mencari apotek untuk membeli obat. Azlan terus saja berlari, "Pasti Nauma sakit gara-gara aku, pasti kejadian hari ini menjadi pukulan berat baginya," racaunya saat sedan
Read more
BAB 13
"Maaf, saya belum terbiasa," jawab Azlan. "Kalau belum terbiasa berusaha lebih keras dong! Kalau seperti ini namanya kamu mengerjai kami!" Azlan mengepalkan tangannya dan berusaha tersenyum. Fotografer merasa kesal dengan Azlan yang selalu saja tidak bisa mengikuti instruksinya. "Yasudah kita mulai lagi, kali ini kamu harus lebih santai, jangan kaku seperti tadi," ucap Fotografer. Azlan berusaha santai dan mengikuti semua arahan yang diberikan, tetapi mereka semua masih belum puas dengan usaha Azlan. "Santai!... Santai!... Lo bisa santai gak? Jangan kaku gitu!" bentak fotografer. "Fero, kamu ke sana gantikan Azlan, dan kamu Azlan, lihat cara Fero berpose," timpal Agnes. Fero adalah pria yang tadi menghina Azlan, dia merasa bangga karena bisa menjadi artis yang selalu diutamakan oleh Agnes. Dia menunjukkan kebolehannya di depan kamera, dia ingin menunjukkan kepada Azlan kalau dia lebih baik darinya. Azlan fokus memperhatikan Fero dan pose-pose yang diperagakannya. "Bagus... pose
Read more
BAB 14
"Tidak!... lepaskan." Nauma terus saja memberontak. Banyak pejalan kaki yang melintas tetapi mereka tidak ada yang berani menyelamatkannya. Bukan hanya pejalan kaki saja, para pedagang pasar dan juga tukang ojek tidak ada yang berani melawan Codet. Codet terus saja menarik Nauma dengan paksa, bahkan dia merangkul Nauma dengan erat. Nauma merasa sangat ketakutan, dirinya kini sedang dalam bahaya. Saat Nauma ditarik paksa oleh Codet, ada seorang pria yang melihat ketakutan Nauma dari dalam mobilnya. "Mengapa tidak ada yang menolong gadis itu?" gumamnya. Dia langsung menghentikan mobilnya lalu keluar dari dalam mobil. Pria itu terus berjalan dengan langkah lebar, dia juga tidak lupa mengenakan masker jika di depan khalayak umum. "Berhenti! Lepaskan wanita itu!" teriaknya. Codet menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan itu,dan Nauma merasa lega karena ada yang berani menyelamatkannya. "Siapa lo berani-beraninya ngelawan gue?" tanya Codet. Matanya juga menatap dengan tatapan memb
Read more
BAB 15
"Semua ini nggak akan terjadi kalau lo nggak hadir di hidup gue!" bentak Fero. "Sudah jangan bertengkar, salah kamu juga karena terlambat. Sudah tahu ada pertemuan penting, kamu malah menyepelekannya. Beruntung aku membawa Azlan," ucap Agnes. Dia terus saja menyalahkan Fero. Mendengar ucapan Agnes, Fero langsung pergi dari hadapan mereka. Dia tidak menyesal telah menyelamatkan Nauma dan melepaskan keinginan terbesarnya. Meskipun dia merasa kesal dengan Azlan, tetapi kekesalan itu tergantikan saat teringat senyuman Nauma. "Yasudah kalau gitu, kamu sudah bisa pulang," ucap Agnes setelah kepergian Fero. Azlan tidak membalas perkataan Agnes, dia malah memandangi sisa makanan yang masih utuh di atas meja. 'Pasti Nauma senang kalau aku bawa makanan seperti ini, tapi sayang, harganya mahal sekali,' ucapnya dalam hati. "Azlan! Kamu kenapa? Apakah kamu masih lapar?" tanya Agnes menyadarkan lamunan Azlan. "Eh, t-tidak mba, saya hanya berpikir kalau Nauma pasti senang jika saya membawa maka
Read more
BAB 16
"Aku kecewa banget sama kamu Neng." Azlan pergi dari hadapan Nauma. Hatinya sangat sedih dan kecewa kepada Nauma yang tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dia kembali duduk di balkon kamar, lalu menghidupkan rokok. Dia merasa tidak berguna sebagai suami yang tidak bisa menjaga istrinya. Jangankan menjaga, tahu soal pelecehan itu saja tidak. "Pantas saja tadi di studio perasaan gue nggak tenang, ternyata benar ada yang nggak beres, seharusnya gue terus nelpon Nauma dan memastikan keadaannya, bodoh! Bodoh kamu Azlan," gumam Azlan sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Sudah banyak puntung rokok yang dihisap olehnya, sampai dia tidak sadar diri dan terlelap di balkon kamar. Pagi harinya, Nauma terkejut melihat keadaan Azlan yang sedang tertidur dengan posisi duduk, juga puntung rokok yang berserakan. "Akang... bangun... ini sudah pagi, kenapa Akang tidur di luar?" panggil Nauma, dia menggoyang-goyangkan tubuh Azlan agar Azlan terbangun. Azlan terbangun karena perg
Read more
BAB 17
"Ugh... le-lepas," ucap Agnes, dia memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Azlan. Dia terus berusaha meskipun napasnya tertahan. "K-kamu sudah gila? Semua ini aku lakukan demi karir kamu, hanya dengan cara ini kamu bisa mendapatkan ketenaran, dan bisa mengumpulkan uang dengan cepat," sambungnya lagi setelah Azlan melepaskan cekikannya. Agnes terus saja memegangi lehernya karena masih merasakan cekikan itu. Azlan merasa sangat frustasi, dia mengusap wajah dengan kedua tangannya. Berulang kali dia mengingatkan diri untuk terus bertahan, agar cepat mendapatkan uang demi membahagiakan Nauma. "Baiklah, berapa lama kita ke Paris?" tanya Azlan. "Paling cepat seminggu jika tidak ada kendala, sekarang kita lakukan dulu pemotretan di sini agar tidak diburu waktu," balas Agnes. Mereka berdua berjalan besisian menuju studio pemotretan. Jhon Company, perusahaan yang bekerjasama dengan mereka adalah perusahaan yang bergerak di bidang fashion, dan produknya sudah mendunia. Azlan
Read more
BAB 18
"Izinkan saya pulang sebentar saja, Mba," pinta Azlan. "Tidak bisa, waktu kita sangat sedikit sekali, perjalanan ke bandara saja memakan waktu empat puluh lima menit, yang ada nanti kita ketinggalan pesawat," balas Agnes. Azlan merasa dilema dengan keberangkatannya, dia tidak tega meninggalkan Nauma begitu saja tanpa mengabarinya. 'Bagaimana mungkin aku pergi tanpa berpamitan?' ucapnya dalam hati. "Ayo cepat, waktu kita tidak banyak," ajak Agnes tidak sabaran. Dia menarik tangan Azlan. "Tapi mba, bagaimana dengan pakaian saya?" Azlan memberikan alasan agar dia bisa menemui Nauma, walau hanya sebentar saja. "Pakaian yang mana? Pakaian lusuh kamu? Semua keperluan kamu sudah disiapkan, kamu tidak perlu membawa apa-apa." Agnes menarik Azlan dengan langkah terburu-buru. Azlan terpaksa mengikuti langkah Agnes, pikirannya semakin tidak tenang mengingat Nauma. Seharian ini dia sibuk dengan pekerjaannya dan belum sempat menghubungi Nauma sama sekali. 'Bagaimana ini? Nauma pasti menunggu k
Read more
BAB 19
"Terus, uangnya sudah diberikan kepada Nauma?" tanyanya lagi. "Sudah, cepat bersiap, jangan sampai Mr. Jhon yang menunggu kita," balas Agnes. Azlan masuk ke dalam kamarnya lagi dan bersiap untuk menemui Mr. Jhon. Baru kali ini dia menginjakkan kaki di negara ini. Sepanjang perjalanan dia, terkagum-kagum dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Mereka tiba di kantor pusat Jhony Company, gedung pencakar langit yang sangat megah sekali. "Gue nggak percaya kalau gue bisa menginjakkan kaki ke negara ini dengan begitu mudah," gumam Azlan sambil memandangi gedung yang ada di hadapannya. "Ayo kita masuk, tegakkann wajah kamu," suruh Agnes. Azlan masuk dengan kepercayaan dirinya. dengan langkah matap dia melangkahkan kakinya memasuki gedung yang akan menjadi saksi perjuangannya untuk menjadi sukses. Mereka mengikuti arahan dari salah satu pegawai, hingga langkah mereka terhenti tepat di depan pintu berwarna emas yang sangat elegan. "Permisi tuan, Nona Agnes dan Tuan Azlan sudah tiba,
Read more
BAB 20
"Tidak akan! Pria seperti ini tidak akan bisa merebut hatiku," ucap Jenifer sombong. 'Siapa juga yang mau sama lo, lebih cantikkan juga istri gue ,' ucap Azlan dalam hati. "Kok bisa sih Mr. Jhon milih dia? Memangnya nggak ada model lain yang lebih baik?" tanya Jenifer. "Kamu nggak tahu aja kemampuan Azlan di depan kamera, kalau kamu tahu, pasti kamu juga bakalan suka," jawab Agnes. "Permisi, maaf mengganggu, tim kami sudah siap dan kita akan segera melakukan sesi pemotretan terlebih dahulu untuk majalah, Para model harap segera bersiap," timpal salah satu kru. Sontak mereka semua menolehkan wajahnya menghadap kru tersebut, tidak terkecuali Azlan. "Dan kamu, kamu langsung ke ruangan itu saja, itu akan menjadi ruang ganti kamu saat melakukan pemotretan di sini," sambung kru tadi sambil menunjuk Azlan, lalu memberi tahu ruang ganti yang akan Azlan kenakan. "Baik," jawab Azlan. dia langsung melangkahkan kakinya ke ruangan yang di tunjuk kru tadi. Setibanya di ruangan, dia disambut o
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status