Semua Bab Pengasuh Duda Lima Puluh Juta: Bab 11 - Bab 20
347 Bab
Bab 11. Gadis Bodoh
"Apa ini?" Nadia tampak kebingungan saat menerima sebuah surat dari Daniel di ruang kerja pria itu. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap sosok pria yang memasang wajah datar itu."Mulai minggu depan kamu akan kuliah khusus di hari Sabtu dan Minggu."Mata Nadia membulat dengan sempurna. Apa telinganya tak salah dengar? Kuliah? Kenapa sangat mendadak?"A-apa? Kenapa Anda tiba-tiba--""Tak ada alasan khusus. Aku hanya ingin baby sitter anakku tidak bersikap memalukan dan mengajarkan kata-kata yang tidak benar," kilahnya penuh kebohongan. Daniel tak ingin mengatakan yang sebenarnya. Cukup dia seorang saja yang tahu alasannya.Nadia tersentak kaget. Kata-kata Daniel barusan terkesan menyinggungnya sebagai gadis yang 'bodoh' dan tak berpendidikan.Gadis itu pun menurunkan pandangannya, lalu terkejut dengan jurusan yang didaftarkan Daniel untuknya. “Sastra?” Matanya berbinar, dan tangan Nadia menutup mulutnya. Dia melirik pria di hadapannya. ‘Bagaimana … bisa dia tahu aku–’Sebelum dirinya
Baca selengkapnya
Bab 12. Sebuah Kebetulan?
"Oh, jadi maksud kamu saya nggak pantas jadi suami kamu?"DEG!Detik itu juga, tubuh Nadia membeku. Suara bariton familier itu mengakibatkan mata gadis itu membulat, mulutnya bahkan menganga lebar. Perlahan, pandangan Nadia terangkat, melihat sosok Daniel kini sudah bersandar tepat di kusen pintu kamar Sean dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.‘Sejak kapan pria dingin itu ada di sini? Seberapa banyak yang dia dengar? Ya Tuhan! Habis sudah!’Dengan tatapan tajam netra hitamnya, Daniel mengulangi pertanyaannya, “Gimana Nadia, saya nggak layak jadi suami kamu? Gitu maksud kamu?”"A-anu itu … saya cuma bicara tentang fakta, Tuan.” Nadia memutar otak. “S-saya ‘kan bawel, Tuan ‘kan jutek– Eh! Maksudnya kalem, jadi nggak cocok.” Dia menutup mata rapat dan berbicara cepat setengah berseru, “Intinya, nggak kebayang deh kalau kita nikah!”Semakin Nadia mencoba menjelaskan, dia malah menggali masalah makin dalam. Gadis itu bisa melihat tatapan tajam Daniel seolah-olah ingin mengulitiny
Baca selengkapnya
Bab 13. Jatuh Pingsan
Bab 13“Kenapa kamu bisa kenal ayah saya?”Di saat pertanyaan Daniel terlontar, Nadia menjawab, "Ayah Tuan langganan di minimarket saya bekerja dulu." Gadis itu tersenyum sumringah pada ayah Daniel."Benarkah?" tanya Daniel sedikit kaget dengan alis kanannya terangkat, terlihat mempertahankan kebenaran ucapan Nadia. Netra coklatnya tampak mengarah pada sang ayah, meminta konfirmasi.“Itu benar,” jawab ayah daniel, Hendrawan Adhitama, dengan sebuah senyuman ramah. Pria itu pun menoleh kepada sang istri dan berkata, “Dia gadis yang aku bilang selalu berceramah tentang cokelat yang kubeli.”Martha Nugroho, istri dari Hendrawan dan ibu dari Daniel, tertawa kecil. “Oh, jadi ini.” Dia pun menepuk kecil pundak suaminya. “Memang Bapak bandel, harusnya nggak boleh makan cokelat masih makan,” ucapnya membuat Nadia terkekeh selagi Hendrawan memasang wajah tak berdaya.Melihat keakraban Nadia dengan kedua orang tuanya membuat Daniel merasa aneh. Kenapa sepertinya orang-orang di sekelilingnya selal
Baca selengkapnya
Bab 14. Sihir Nadia
"Nek, Kak Nadia baik-baik saja, kan?" Sean–yang sekarang berada di ruang tunggu bersama ayah dan kakek-neneknya–menatap lekat Martha. Walau telah berhenti menangis karena keterkejutannya tadi, mata bulat bocah kecil itu masih terlihat berkaca-kaca. Martha yang tengah memangku cucunya Itu tampak mengelus pelan puncak kepala Sean dengan lembut. "Semuanya pasti baik-baik saja, kita tunggu kabar dari dokter ya, Sean."Daniel yang duduk tak jauh dari ibunya Itu tampak menatap lekat anaknya yang sejak tadi menangis, tampak sangat khawatir pada Nadia. Dia bisa merasakan perasaan sang putra karena dia pun merasakan hal yang sama.'Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu?' batin Daniel dengan kening berkerut. Dia menjatuhkan pandangan dan menatap tangannya. Tubuh gadis itu terasa begitu ringan dan mungil, Baru saja pertanyaan tersebut dilontarkan dalam benaknya, tiba-tiba saja pintu ruangan pemeriksaan terbuka. Sosok dokter yang tadi masuk untuk memeriksa keadaan Nadia tampak keluar dari r
Baca selengkapnya
Bab 15. Itu Bayiku
Bab 15‘Apa … jangan-jangan Daniel juga sama seperti Sean? Terkena hipnotis gadis itu?!’Namun, tanpa berpikir panjang, Martha pun ikut masuk bersama Hendrawan.Di dalam ruangan, Nadia tampak tengah duduk tepat di sisi ranjang. Wajah gadis muda itu terlihat pucat pasi karena dia sudah diberitahu lebih dulu oleh perawat mengenai kehamilannya.“Nadia,” panggil sebuah suara bariton yang familier di telinga gadis itu.Nadia menoleh, mendapati sosok Daniel yang menatapnya dengan wajah gelap. ‘Dia … pasti marah.’ Jantungnya berdebar kencang. ‘Pasti dia akan memecatku, atau mungkin memintaku menggugurkan kandungan ini,’ duga Nadia dengan pandangan diselimuti ketakutan mendalam. Bibir Daniel terpisah. “Kamu–”“Kak Nadia!” panggil Sean yang berlari kecil di belakang sang ayah. “Sean …,” panggil Nadia dengan tatapan kosong, masih belum sepenuhnya sembuh dari kekagetannya.Namun, sebelum Sean berhasil mencapai Nadia, bocah kecil itu langsung ditarik oleh sang nenek. "Nenek udah bilang tadi, kan
Baca selengkapnya
Bab 16. Sumpah Daniel
Bab 16"Daniel, apa maksudmu?" Mata Hendrawan menatap lekat sosok anaknya, meminta penjelasan atas perkataan pria itu barusan. Saat ini dirinya, Martha dan Daniel ada di luar ruangan Nadia. Mereka memutuskan untuk membiarkan Sean bersama Nadia di dalam sana. Tak ingin jika bocah kecil yang masih polos itu harus mendengar sesuatu yang begitu memberatkan pikirannya.Daniel menghela napas perlahan, dia merasa kurang nyaman ketika terus ditatap dengan tajam oleh kedua orang tuanya seolah-olah mereka tengah mengintimidasinya. Iris matanya yang hitam itu tampak sedikit ragu, sebelum akhirnya mengatakan semua yang terjadi antara dirinya dan Nadia." … Itulah yang sebenarnya terjadi diantara kami berdua," tutur Daniel.Mata Hendrawan membulat karena terkejut. "Apa?!" teriaknya tak percaya, seketika dia merasakan urat lehernya tegang.Begitu juga dengan Martha, wanita itu sampai tak percaya dengan penuturan anaknya dan hanya bisa menutup mulutnya. "Ya Tuhan ....," gumam wanita itu.Ketika tela
Baca selengkapnya
Bab 17. Perasaan Apa Ini?
Di dalam mobil, Daniel tengah menyetir dengan Nadia di kursipenumpang. Tidak ada orang lain bersama mereka lantaran sopir dipersilakanpulang terlebih dahulu, sedangkan Sean ikut di mobil kakek-neneknya. Sepanjang perjalanan tak ada satu pun di antara merekaberdua yang memulai pembicaraan, keduanya memilih untuk diam. Baik Nadiaataupun Daniel, keduanya tengah sibuk dengan pemikirannya masing-masing.Di sisi Nadia, gadis itu masih belum percaya dengan niatDaniel untuk bertanggung jawab dan menikahinya. Dia merasa berat seolahmemiliki utang budi yang semakin besar.‘Karena rasa tanggung jawab dan dorongan Tuan dan NyonyaBesar, sekarang Tuan Daniel harus menikahiku.’ Nadia mengepalkan tangannya.‘Tidakkah hal ini membuatku seakan terlewat tamak. Bukan hanya aku menerimakesempatan berkuliah, tapi aku juga mengikatnya dalam pernikahan tanpa cinta?’Gadis itu mengerutkan keningnya. ‘Di posisi ini, bukannya kita berdua malahtidak akan bisa bahagia?’Semakin dipikirkan, Nadia semakin
Baca selengkapnya
Bab 18. Jangan Panggil Tuan!
Bab 18. Jangan Panggil Tuan“Jangan khawatir, mulai dari hari ini, semua yang kamu tanggung … adalah kewajibanku.”Kalimat Daniel sukses membuat mata Nadia seketika membulat. Dia tak menyangka pria itu akan mengatakan hal seperti itu. Melihat ekspresi Nadia, Daniel menautkan alisnya. “Bagaimanapun perasaanmu, suka atau tidak, kita akan menikah. Oleh karena itu,” pria itu menatap Nadia dengan saksama, “ belajarlah untuk menerimaku.”Nadia tersentak kaget begitu mendengar ucapan Daniel. 'Apa dia … salah paham dengan ucapanku?’ batinnya bingung. Gadis itu curiga bahwa pria di hadapan salah mengartikan kalimat yang dia ucapkan dan mengira dirinya dibenci. Kenyataannya, Nadia hanya merasa tidak layak. Status mereka jauh berbeda, seorang pengasuh kecil dengan latar belakang bermasalah serta seorang pebisnis ternama dengan latar belakang luar biasa.“Tu–” Baru Nadia ingin membenarkan ucapan pria itu, Daniel malah keluar dari mobil. Dia mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Nadia. Pria
Baca selengkapnya
Bab 19. Kenapa Begini?
Bab 19. Kenapa Begini?Pagi hari itu, Daniel baru saja kembali dari lari paginya. Dengan kaos tanpa lengan yang mempertontonkan lengan kekarnya, pria itu menyeka keringat dengan handuk yang diberikan oleh Anggun. Alis pria itu tertaut, tampak heran saat manik hitam gelapnya mendapati keberadaan mobil orang tuanya telah terparkir tepat di halaman rumahnya."Ayah dan ibuku datang?" tanya Daniel pada Anggun.Anggun menganggukkan kepalanya. "Benar, Tuan. Tuan dan Nyonya Besar baru saja datang. Mereka ada di dalam."Daniel menghela napas berat, menduga-duga alasan keduanya datang. Dia segera masuk ke dalam rumah dan mendapati kedua orang tuanya tengah meletakkan barang-barang di sofa. Daniel meliriknya sekilas dengan malas. "Kenapa Papa dan Mama datang pagi-pagi sekali?"Martha yang menyadari kedatangan anaknya itu seketika menoleh dan mengerutkan bibirnya. "Kok malah nanya kenapa, Niel? Mama dan Papa datang kemari buat ketemu Nadia," tuturnya. Wanita paruh baya itu kembali mengedarkan pan
Baca selengkapnya
Bab 20. Tuan Lagi?
Bab 20.'Sial, kenapa aku begini?!’Melihat Daniel memalingkan wajahnya, Nadia terlihat mengerutkan kening. Dia segera mengecek penampilannya, berpikir ada yang salah. Namun, dia tak menemukan kesalahan apapun. 'Aneh,' batin gadis itu seiring dirinya melangkah ke pinggir ruangan. Akan tetapi, mendadak tangannya ditahan seseorang.“Kamu mau ke mana?” tanya Martha dengan ekspresi bingung. “Duduk sini sarapan sama kita.”Nadia terbelalak. Dia menyapu pandangan orang sekeliling. Para pelayan yang ada di sana seketika terlihat kaget juga dengan ucapan Martha, tak menyangka bahwa selain Daniel, ternyata nyonya besar mereka juga menaruh perhatian kepada Nadia.“Kok malah bengong? Sini!” Martha menarik Nadia untuk duduk di sebelahnya.Setelah Nadia duduk, Martha dengan cepat langsung memanggil pelayan."Nad, kamu mau sarapan pakai apa? Kamu suka bubur atau roti? Atau kamu mau sarapan pakai nasi?"Mendapat berbagai tawaran secara mendadak, Nadia menjadi kalut dan bingung. Dia tersenyum dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
35
DMCA.com Protection Status