Semua Bab MEREBUT CINTA USTADZ ABIZAR: Bab 41 - Bab 50
54 Bab
41. SEMUANYA MILIK ALLAH
Kaki Afura lemah melangkah keluar dari rumah mertuanya. Matanya kabur, rasanya hatinya seperti tercabik-cabik puluhan kali. Rasa sakit itu terasa sangat nyata dan tidak mampu di ungkapkan dengan kata-kata.  Dia langsung berlari menuju rumah. Mengemasi beberapa barangnya. Untuk menenangkan diri dari  Abizar. Saat tanganya menarik baju, dia tidak sengaja menjatuhkan buku Abizar. Tanganya hendak mengembalikan buku itu ketempatnya. Sebuah foto jatuh, foto Tresha dan Abizar di depan Masjid Yordania.            “Hiks…hiks…Ya Allah, apa sesakit ini?” Air matanya seketika luluh sekian kali. Dia lekas memasukkan bajunya ke koper. Dan menariknya keluar di depan pintu ternyata ada Hanina.            “Loh, Mau ke mana?”Afura membalikkan badan, menghapus air matanya. “Mau ke rumah Ibu?”  
Baca selengkapnya
42. DIA MASIH MARAH
Hembusan angin malam membuat pria yang duduk di kursi rumah sakit itu  kedinginan.  Ruangan itu adalah bangunan tanpa tembok yang biasa di lalu pasien menuju  Apotik.                “Ini!” Gadis blesteran itu menyerahkan  segelas kopi. “Biar nggak membeku.”                “Makasih!”  Abizar menjauh sedikit saat gadis itu hendak duduk di sampingnya.                “Semoga Umi nggak papa.”                “Makasih doanya Tresha. Tapi kenapa kamu ada disini? Bukannya ada kamu ada jadwal pembelajaran hari ini?”          &
Baca selengkapnya
43. DENGERIN AKU
Dua anak kecil itu memberi es krim. Betapa senangnya keduanya. Senyum Afura tertarik saat melihat keponakannya loncat-loncat nggak jelas. Senang bercampur gembira. Tiba-tiba terlintas di benaknya jika anaknya dulu masih hidup. Mungkin segemoy keduanya. “Udah, jangan lari-lari nanti jatuh.” “Ayo lari!” ajak Abizar sambil menarik ke dua keponakannya untuk lari. “Eh, kok bisa sih! Jangan lari-lari kok,” teriak Afura sambil mengejar keduanya. Dan tiba-tiba saja Uqik terjatuh. “Kan, jatuh!” Afura duduk. Mensejajarkan tubuhnya dengan keponakannya. Kemudian menepuk-nepuk dengkul Uqik. “Sakit?” “Hiks…hiks.. ecimnya jatuh!” “Yaudah kita beli lagi.” “Adek Lebay, gitu aja nangis.” ucap si paling besar. “Kakak jahat! Hiks…hiks…” “Udah, nggak papa. Kamu beli es krim juga.” “Iya.” “Ayo kita pergi!” ajak Afura. “Makanya, jangan ajak mereka la
Baca selengkapnya
44. BAIKAN
“Om! Anty kok di luar!” teriak Akbar di ambang pintu. Sedangkan adiknya sibuk lompat-lompat di atas sofa.Afura langsung menyikut perut Abizar, agar pelukannya terlepas. “Makanya, lepasin!” Membuat pria yang ada di sampingnya meringis kesakitan. “Maafin Anty ya, yuk masuk gosok gigi.” “Akbar mau punding anty!” “Uqi mau es cim.” “Ini udah malam. Sekarang kita tidur dulu! Puding sama es krimnya besok.” “Ih, Anty nggak seru. Biasanya sama Amma boleh.” “Yaudah kalau gitu, sana pergi ke rumah sakit lagi!” “Anty jahat!” Akbar berlari ke dalam kamar bersembunyi di bawah selimut. “Tata nangis?” “Yuk, Uqik gosok gigi dulu ya. Biarin kakak.” “Kenapa Akbar?” “Ngambek!” cetusnya, kemudian menuntun Uqik ke kamar mandi. Menggosok gigi dan mencuci kaki. “Acain ongeng!” “Iya, Ant
Baca selengkapnya
45. PASTURI
“Gimana?” “Udah tidur lagi dia!” “Beneran bikin jantungan,” ujar Afura sambil memakai bajunya kembali. “Kita lanjutin lagi ronde ke dua!” “Mas Abizar ni, mesti deh! Aneh-aneh aja. Gara-gara Mas Abizar ngajak di sofakan jadi kayak tadi.” “Mas lupa, kalau ada yang inep di rumah. Kan, biasanya Cuma berdua.” “Dasar!” “Yok lagi!” Abizar mengedipkan matanya. “Hiks…hiks….” Tangis Uqik terdengar dari samping kamar. “Kan, dia kebangun. Mending kita nemenin dulu deh Mas. Dan gentian mandi besar.” Afura melangkah meninggalkan suaminya yang terlihat kecewa. Senyum di bibir Afura terangkat, gemas melihat sikap suaminya yang merajuk. Dia kembali ke kamar, memeluk Uqik yang tidak mau lepas. Sedangkan Abizar terlihat lesu muncul. “Mas Abizar nggak langsung mandi?” “Kan…” “Kan, apa? Nggak ada. Ud
Baca selengkapnya
46. NIKAHI AKU
                Hubungan rumah tangga Afura dan Abizar seperti pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Abizar nggak bisa jauh-jauh dari Afura dan sebaliknya. Hingga suatu sore, terdengar kabar tidak mengenakan dari Tresha.  Suaminya datang ke pondok, mengobrak-ngabrik pondok bersama anak buahnya.                “Mana istriku!” teriak Leon, pria keturunan china dengan kepala plontos dan perut sedikit buncit.                “Leon!”                “Kau di sini rupanya! “ Menghampiri Tresha dan menariknya kasar.Afura yang melihatnya panik, langsung menahan tubuh Tresha. “Jangan bawa dia!” 
Baca selengkapnya
47. KECURIGAAN
Keluar dari kelas sembilan wajah Afura di tekuk sepanjanh hari. Zahra yang melihatnga dari jauh terheran-heran. "Kenapa sih, adek iparku di tekuk wajahnya. Nggak di kasih jatah mbak." "Apaan sih mbak." "Terus kenapa?" "Nggak kenapa-kenapa. Mbak Tresha aja yang perasaan." Alasanya. "Oh iya, Akbar sam Uqik di mana?""Paling main sama Mbak-Mbak pondok.""Oalah, jadi ibunya bisa santai ya.""Ya iya dong.""Waduh." Mereka kembali ke rumah Umi Ima, karena beberapa hari kedepan Abizar ijin keluar kota. Jadinya, Afura tinggal di rumah Umi. "Cerita dong!" Mbak Zahra lagi- lagi memaksa. "Nggak papa Mbak.""Bohong!""Mbak, janji nggak bakal bilang siapa-siapa."Afura terdiam sejenak, sambil menatap mata Mbak Zahra yabg tampak menunggu jawaban dari  adik iparnya."Kok, aku ngerasa akhir-akh
Baca selengkapnya
48. AKU MENIKAHI SUAMIMU
                “Sudah aku bilang, jangan keluar-keluar kalau nggak sama Mbak Zahra atau  anak pondok.”  Abizar meletakkan istri di pinggir ranjang. Pelan-pelan mengangkat kaki istrinya di atas kasur dan mensejajarkan kakinya dengan lurus di atas kasur.                “Kan, aku ada urusan mendadak. “                “Kamu bisa telefon Mas, kalau ada urusan mendadak. Insya’Allah, kalau bisa Mas langsung pulang.”                “Aku nggak mau ngerepotin Mas Abi kalau sibuk.”                “Aku suamimu, dan rela di re
Baca selengkapnya
49. KABUR DARI RUMAH
Flash back                 5 bulan lalu Melihat kedekatan Afura dan Abizar yang semakin lengkat membuatnya kesal. Dia berusaha untuk memanipulasi Afura tapi gagal. Beberapa cara dia kerahkan seperti membuat makanan untuk Abizar tapi semuanya gagal.                “Semua ini karena ada Zahra di rumah itu. Tapi lihat saja, Zahra bahkan tidak akan bisa melawanku,” batinnya.                Dia mencoba sabar di perlakukan Zahra semena-mena. Melihat kemesraan Abizar dan Afura yang semakin menjadi-jadi.                “Sial, kenapa mereka sulit banget di pisahin sih!” Hingga suatu hari saat dia pulang 
Baca selengkapnya
50. HANCUR
                “Assalamualaikum! Aku Cuma pulang bentar ngambil dompet.” Bondan masuk ke dalam rumah bergegas kekamar, mengambil dompet. Samar-samar dia mendengar suara isak tangis di kamar adiknya. Dia melangkah kearah sumber suara.                “Ada apa?” Mata Bondan terbelalak melihat adik dan ibunya menangis sambil berpelukan. “Jawab Bu, ada apa ini?” tanya Bondan  sekian kali sambil menggoyangkan tubuh ibunya. Dia khawatir dengan ibu dan adiknya.                “Gu..z ma..”                “Yang jelas Bu.”             &nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status