MEREBUT CINTA USTADZ ABIZAR

MEREBUT CINTA USTADZ ABIZAR

Oleh:  AyseaAkira  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
54Bab
2.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Abizar. Membuat putra Abah Rifai dan Ummi Ima itu terkejut bukan main sambil memegang pipinya yang memerah. “Umi!” Setelah di tampar Abah sekarang dia menerima tamparan dari Umi. “Jika kamu ingin mengusir Afura dari pondok. Langkahi dulu mayat Umi!” “Umi paham nggak, dia udah kurang ngajar membuka lemari Abizar dan sekarang mengambil foto Abizar” Abizar memberi pernyataan yang tegas pada Uminya. Menahan pipinya yang memanas. “Emang kenapa kalau dia ngambil foto kamu?” tanya Umi dengan menantang. “Umi…” terlihat mata dan rahang Abizar mengeras. Afura langsung memeng tangan Umi. “Jangan Umi” “Kau tahu siapa gadis yang kau benci dan ingin kau usir dari pondok?” tanya Umi. "Siapa dia? Sampai umi membela dia dari pada aku?"

Lihat lebih banyak
MEREBUT CINTA USTADZ ABIZAR Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
54 Bab
1. PENGANGGUM RAHASIA
Afura mengintip diam-diam sosok ustadz berkopah hitam yang berdiri menerangkan pelajaran pada para para santri. Kilatan cahaya matahari membuat wajahnya semakin tampan. Dengan jantung berdebar Afura mengambil ponsel dan memotret dewa yunani yang tampan itu. Setelah berhasil mengambil gambarnya, dia memeluk ponsel erat. “Ustadzah!” suara panggilan itu membuat Afura terperajat. Hampir saja dia menjatuhkan ponselnya. “A..ada aa..pa?” tanya Afura gugup. “Ustadzah di panggil Umi!” Dia adalah Asyura Aulia Dyal yang sering di panggil Ustadzah Afura. Seorang Ustadzah dalem yang sangat di percayai dan di sayangi Umi Ima. Umi adalah istri pengurus pondok. Umurnya sudah lima puluh tahun. Tapi semangat dan bicaranya seperti umur 25 tahun. Setiap hari, setelah mengajar Afura selalu menyempatkan diri untuk ke rumah Umi. Sekedar mengobrol atau membantunya membersihkan rumah. Apalagi, anak Umi Ima sudah jarang di rumah. membuat Umi Ima kesepian.
Baca selengkapnya
TALAK
Abizar bergegas pergi Auditorium utama. Di mana Abahnya sering berada. Beliau bisa seharian di sana jika ada kepentingan pondok yang harus di selsaikan. TOK! TOK! “Assalamualaikum Bah!” “Masuk Abizar.” Perintah Abah dari dalam. Dua orang santri kemudian keluar dari rungan saat Abizar masuk. “Permisi Ustadz!” “Hmm…” “Ada apa Abizar? Tumben kamu ke sini?” Abah sibuk melihat-lihat Map yang bertumpuk di meja. Semua laporan dari para ustadz-ustadzah di pondok. “Abah, Abizar punya permintaan.” “Wajahmu serius amat. Bilang sama Abah kamu mintak apa?” “Abah kenal santriwati bernama Afura.” Tangan Abah langsung terhenti. “Oh, Ustadzah Afura?” “Iya Bah.” Senyum tersungging di bibir Abah. Mengira bahwa putranya sudah mengingat Afura. “Kenapa dengan Ustadzah Afura?” “Aku mau dia di keluarkan dari pondok.” Abah langsung berdiri dan mendobrak meja. “Jangan asal bicara kamu Abizar!”
Baca selengkapnya
SATU RUMAH DENGAN WANITA ASING
“Ini adalah rumah yang dulu kalian tempati. Dan semenjak kecelakaan itu, rumah ini kosong," Jelas Umi pada Afura dan Abizar. Seluruh perabotan di tutupi oleh kain putih karena sudah lama tidak di huni. Saat Umi Ima menarik kain penutup, debu-debu langsung berterbangan. Menganggu indra penciuman. Afura menutup hidungnya dengan tangannya. Tapi tetap saja dia terbatuk-batuk. “Kami akan membersihkannya, Umi!” “Yaudah, Umi tinggal!” “Tunggu!” Abizar menahan lengan Uminya. “Umi meninggalku dengan wanita ini. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Bagaimana aku bisa tinggal dengan orang asing ini." “Ini istrimu! Kamu harus belajar terbiasa dengannya. Umi harap, dengan kalian tinggal berdua. Ingatanmu segera kembali.” Umi melepas tangan putranya lalu melenggakkan badan. Meninggalkan rumah Afura dan Abizar. “Kamu ingat Mas! Ketika kita pernah pindah ke rumah ini setelah menikah. Kita malu-malu karena baru p
Baca selengkapnya
TRAGEDI
1 tahun yang lalu… Afura berjalan dengan terengah-engah, wajah pucat dan air mata membenung di pelupuk. Melewati koridor berlantai keramik putih. Hatinya benar-benar runtuh saat mengetahui suaminya mengalami kecelakaan tragis. Banyak orang berada di depan ruang operasi. Ada yang mondar-mandir, ada juga yang duduk dengan wajah gelisah. “Mas Abizar…” pekik Afura dengan kaki bersimpuh di lantai. Perasaannya benar-benar hancur, sampai-sampai sendi2 kakinya melemas. “Afura!” Umi membimbing Afura untuk bangkit dan duduk di sampingnya. Dia tahu perasaan menantunya itu. Karena hatinya sama-sama hancur seperti Afura. Bahkan saat pertama mendengar kedua putranya mengalami kecelakaan. Dia hampir saja pingsan. “Mas Abizar…” Afura berusaha menahan isak tangisnya. Satu jam kemudian, dokter bedah keluar dari ruangan. Memberitahu bahwa keadaan Abizar baik-baik saja. Tapi menunggu waktu untuk siuman. Rasa lega menye
Baca selengkapnya
PENCURI
Afura menyeka air matanya yang menetes. Membayangkan masa-masa berat saat kehilangan anak pertamanya. Rasa sakit itu masih terasa jelas dan dia menanggung semuanya sendiri. Sudah jam setengah dua belas malam tapi suaminya tidak kunjung pulang. Bahkan makanan di atas meja itu sudah dingin. “Jangan-jangan Mas Abizar nggak tidur di rumah. Kukira hubungan kita sudah membaik. Tapi nyatanya...” menahan kegetiran di dada. Tap! Lampu seketika mati yang membuat Afura terkejut. Buru-buru mencari ponselnya yang di letakkan di atas meja. Dengan gerakan absurd Afura menyalakan lampu. Menyoroti seisi ruangan dengan tangan mengigil. Dia paling tidak bisa di tinggal sendiri dalam ke gelapan. Membuat seluruh sarafnya menegang. Dengan panik Afura berlari ngos-ngosan keluar dari dalam rumah. Karena saking paniknya, dia tidak bisa melihat batu besar di depannya. Membuat kakinya tersandung dan jatuh menggelinding di rerumputan. “Hiks
Baca selengkapnya
Bekal Pertama
Satu tahun lalu Gadis berkerudung itu keluar kamar. Matanya terbelalak melihat sang suami meletakkan kepalanya di atas meja. Membuatnya menghelai nafas panjang. Hafal dengan kelakuan suaminya satu ini. “Ngapain tidur di meja?”Pria itu mengangkat miring kepalanya. Membuat satu matanya memandang Afura. “Laper!”“Kalau lapar, ya makan dong!” Abizar memonyongkan bibir seperti ada satu permintaan tidak tersirat. “Yaudah, aku ngambilin.” Afura dengan cekatan mengambil piring di rak dapur. Menuangkan nasi dan lauk pauk di atasnya. “Ini di makan.” “Suapin.” “Suamiku manjang banget,” omel Afura tapi tetap menyuapi suaminya. Melihat tingkah pria itu membuatnya gemas. Saat Istrinya menyuapi sesendok nasi dan lauk. Pria itu mengeluarkan ponsel. Membuka WA ataupun Ig. Lalu Afura mengambil ponselnya. Mengatakan bahwa tidak bagus makan sambil main ponsel. “Iya, Habibii.” Kata sayang dalam bahasa Arab. “G
Baca selengkapnya
MASA LALU
Selesai Salat Subuh, Abah mengiring putranya duduk di depan teras masjid. Melihat para santri satu persatu keluar dari masjid dengan berlari. Di pagi hari, ada kewajiban bagi santri untuk belajar di luar Asrama. Jadi seluruh santri cepat-cepat berlari agar tidak telat belajar. Jika telat, ada bagian pengajaran yang menghukum mereka. “Man Jadda, wa Jadda!” teriak salah satu santri menggema di tengah-tengah lapangan. “Fakkir Kobla…” timpal santri lain membuat suasana pondok ramai dengan hafal-hafalan. Abah menatap putranya. “Bagaimana Le, hubunganmu dengan istrimu.” “Baik-baik saja Bah!” “Bohong! Matamu jelas mengatakan hal lain.” “Wajar Bah, kalau hubunganku dengannya itu nggak baik-baik saja. Aku juga nggak kenal dia Bah.” “Dia istrimu Le, coba kamu belajar untuk menerima semuanya.” “Semua ini seperti mimpi Bah. Tiba-tiba aku punya istri yang sama sekali nggak aku ke
Baca selengkapnya
TERJEBAK
                Hari ini adalah hari pertama Afura kembali mengajar di pondok sebagai Ustadzah pembimbing. Para  santri menyambutnya dengan penuh antusias.                “Alhamdulilah… Ustadzah Afura kembali  ngajar.”                “Maaf, kemarin Ustadzah lagi sibu.”                “Hmm… hmm… sibuk berduaan sama Ustadz Abizar,” bisik Hanina, Ustadzah yang sudah mengabdi 2 tahun.Afura hanya membalas dengan tatapan melotot kemudian menyuruh Santriwati berkerudung putih senada masuk ke dalam ruang  komputer. Menyuruh mereka memakai earphone yang sudah tersambung dengan  kom
Baca selengkapnya
GARA-GARA KOPI
                [Beberapa Tahun Lalu]Mobil taksi berwarna biru itu berhenti di depan perkarangan rumah Belanda. Dengan tergesa-gesa seorang pria keluar dari dalam taksi sambil menyeret koper dan mengenggam erat selembar kertas. Senyum mengembang di bibirnya saat menarik koper menuju rumah belanda itu.                “Assalamualaikum!” teriak Pria bertubuh bongsor. Rambut di potong rapi. Dengan kemeja kotak-kotak.Dua jam berdiri di depan rumah pujaan hati. Tapi sayang, pemilik rumah tidak kunjung  menyahut panggilannya. Membuat hatinya risau. Tiba-tiba terdengar suara motor matic memasuki perkarangan. Membuatnya langsung menoleh kebelakang.                “Alhamdulilah aku bisa ketemu kamu.” Salman buru
Baca selengkapnya
LAMARAN
“Ma..maaf Mas! Aku ngambilin serbet ya?” Afura bergegas pergi ke daput dengan tergopo-gopo. Sampai-sampai menyandung meja dapur dan kursi. “Ini Mas!” Menyerahkan kain pada suaminya.“Kamu masih nyuruh saya bersihin?”“Maaf.” Afura langsung jongkok dan membersihkan  kaligrafi Abizar yang tersiram kopi.“Saya udah bilang nggak butuh kopi. Tapi lihat, kamu tetap buat kopi sampai  kaligrafi saya kotor!”  jelas Abizar panjang lebar saking marahnya. “Kamu itu emang keras kepala. Seperti bekal yang biasa kamu bikin. Saya udah bilang nggak mau tapi tetap kamu bawain. Dan saya kemarin sengaja buang bekal itu di depanmu  agar kamu sedikit sadar bahwa perjuanganmu sia-sia. Saya tetap tidak akan pernah mengingatmu.”Mendengar ucapan Abizar yang menusuk dadanya. Afura langsung beranjak pergi  ke kamar. “Hiks…hiks…”    &
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status