All Chapters of Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri: Chapter 31 - Chapter 40
204 Chapters
Bab 18B Gugup
Bab 18B Gugup  Sepanjang hari, Syila merasa tubuhnya lemas. Ia hanya berbaring di kamar. Ingin keluar mencari makan di dapur pun tidak ada tenaga. Seharusnya, pagi ini ia membantu Hira di dapur, tetapi sendi-sendinya minta diistirahatkan sejenak "Syila, umi boleh masuk?" Terdengar seruan Hira sambil mengetuk pintu. Hira masuk setelah Syila menyilakannya. "Ada apa, Mi?" "Kata Refan kamu nggak enak badan? Ayo sarapannya dimakan dulu! Biar ada tenaga dan kamu segera sembuh." "Iya, Mi. Ini Syila mau sarapan." Kedatangan Hira ke kamar membuat Syila tidak enak hati menolak permintaan mertuanya. "Apa kamu sakit gara-gara Zein?" Jantung Syila berdegup kencang daat nama Zein yang disebut. Syila mencoba tersenyum, meski dalam hati ia menahan kesal teramat sangat akibat ulah Refan. "Berarti umi sudah mau nambah cucu, nih." Penyesalannya bertambah saat mertuanya sangat mengharapkan dirinya bisa m
Read more
Bab 19A Dilema
Bab 19A Dilema"Kamu yakin?" Merry menegakkan kepalanya. Pandangannya ke arah Zein. Keduanya saling bersitatap membuat jantung Merry berdebar kencang. "Maaf, Pak. Saya...." Belum selesai Merry mengucapkan, kalimatnya sudah dipotong. "Ya, saya tahu kamu tidak mungkin menghianati perusahaan, bukan?" "Ya, Pak." Merry menunduk. Masih dengan sisa keberaniannya ia mulai sedikit menatap wajah bosnya. "Merry! Kepada siapa kamu biasanya melaporkan data keuangan?" Zein mencoba menginterogasi Merry secara halus. "Saya hanya melaporkan datanya ke Pak Zein. Seperti biasa laporan saya serahkan melalui Syila, Pak." "Apa ada orang lain selain Syila yang meminta laporan itu?" "Tidak, Pak. Saya tidak berani memberikan data laporan tanpa seizin Bapak." "Baiklah. Kamu boleh pergi." "Baik, terima kasih, Pak." Merry bergegas meninggalkan ruangan Zein. Ada perasaan lega saat bosnya tidak sampai menanyakan lebih jauh tentang data apa saja yang diminta Syila sahabatnya. Ia sendiri tidak paham kenap
Read more
Bab 19B Dilema
Bab 19B Dilema"Kenapa Abang nggak curiga sama Sania? Bisa saja dia kembali untuk menghancurkan perusahaan." "Awalnya abang pikir begitu. Tapi staf IT menemukan bukti data terkirim melalui komputer di ruang ini, Fan. Tidak ada yang memakai komputer selain Syila." "Abang, yakin?" Refan masih menolak percaya Syila berani menghianati perusahaan keluarga suaminya sendiri. "Ya. Setidaknya dugaan sekarang begitu. Lebih parahnya mereka memakai sistem canggih untuk meretas data kita." "Gila! Gue nggak habis pikir kenapa wanita polos seperti Syila sanggup melakukannya. Gue akan cari bukti yang menguatkan, Bang. Tenang saja!" "Apa yang mau kamu lakukan, Fan? Ingat jangan bertindak lebih jauh dengan melibatkan perasaan!" "Ya, gue tahu, Bang." Refan menghela napas panjang. Ia merasa bersalah pada saudara kembarnya. Sejak awal dirinya hanya diminta mengawasi Syila, tetapi perasaannya tidak bisa dibohongi. Ia memang jatuh hati pada calon istri abangnya. Meskipun uminya tidak merestui, Refan
Read more
Bab 20A Ketahuan
Bab 20A Ketahuan"Hah? Siapa orangnya?" "Suamimu. Lebih tepatnya keluarga suamimu." Syila tercengang mendengarnya. Ia tidak heran jika kakaknya sampai menyelidiki lebih jauh, karena Arka lulusan Magister Teknologi Informasi. Pastinya banyak teman-temannya yang mau membantu menyelidiki masalah perusahaan ayahnya. Sampai-sampai Arka kini mengorbankan profesinya sbeagai pengajar untuk fokus ke perusahaan ayahnya. Kala itu, keluarga Zein datang berniat membantu perusahaan ayahnya karena mereka merupakan kolega bisnis. Siapa sangka kalau perusahaan keluarga Zein justru yang menjatuhkan perusahaan ayahnya. Bisa jadi mereka melakukannya karena persaingan bisnis. "Bagaimana Mas bisa tahu?" "Mas sudah menyelidikinya. Sistem yang dipakai perusahaan suamimu sama dengan yang meretas perusahaan ayah." "Jadi, kita sedang balas dendam?" Arka mengangguk, sedangkan Syila masih terbengong. Ia tidak menyangka telah dijadikan tumbal kakaknya untuk membalas dendam. Lebih parahnya, ia tidak tahu kel
Read more
Bab 20B Ketahuan
"Hah, gila ya? Masak iya, istri Pak Zein sendiri yang mau menghancurkan perusahaan suaminya!" "Mer!" Syila sedikit beranjak dari duduk untuk menutup mulut sahabatnya yang mengumbar suara. "Ups, maaf." Merry menaikkan dua jari menyadari kesalahannya. Saat ini, Syila justru penasaran dengan niat kembali Sania ke kehidupan suaminya. Bukan tidak mungkin Sania juga turut menghancurkan perusahaan ayahnya. Wanita itu dulunya menjabat sebagai sekretaris Zein sebelum dirinya menggantikan. "Sudah, pokoknya tugasmu itu, Mer. Bantu aku, ya!""Baiklah." Merry mengucapkannya seolah tidak ikhlas. Ia juga sebenarnya takut dengan sanksi yang akan diterima. Syila pulang ke rumah dengan hati was-was. Pikirannya terombang-ambing. Bagaimana caranya ia melarikan diri dari rumah suaminya dengan cara halus, sebelum dirinya didepak dengan cara kasar. "Syila, gimana hasil periksanya?" Hira menyapa saat melihat Syila sampai di rumah. Sontak saja Syila terkejut karena ia sebenarnya tidak pergi untuk periksa
Read more
Bab 21A Ponsel
Bab 21 Ponsel"Sudah dibereskan semuanya?""Ya. Sepertinya langkah selanjutnya akan lebih mulus."Merry tidak bisa mendengar pembicaraan dua orang yang ada di dalam sampai selesai. Begitu mendengar ponsel di sakunya berdering, ia segera menjauh dari pantry. Ternyata ia mendapat panggilan dari bosnya. Zein memintanya mengirimkan beberapa data yang dibutuhkan. Mau tidak mau, Merry bergegas kembali ke ruang divisi keuangan."Ishh, Mbak Sania tadi ngobrol sama siapa, ya? Gagal deh misiku sama Syila." Merry menghentakkan kakinya saat berada di depan ruang kerjanya. Karyawan lain yang satu ruang dengannya menatap heran."Kenapa mukamu kesel gitu, Mer?" seloroh temannya."Nggak apa-apa? Udah kerja sana, nggak usah ngurusin orang lain!" sahut Merry sewot. Kedua teman Merry hanya berbisik menanggapi tingkahnya yang tidak biasa. Semenjak kena sidang bosnya, mereka beranggapan Merry suka marah dan kesel. "Hai, udah dibilangin nggak usah bisik-bisik nggosipin orang lain!" tegur Merry pada dua t
Read more
Bab 21B Ponsel
"Sepertinya mereka merencanakan sesuatu, Syil. Tapi rencana apa aku nggak paham.""Oke, nanti aku cari tahu sendiri. Btw, kasih saran dong. Malam ini aku mau bikin Mas Zein bersedia tidur sekamar sama aku. Gimana caranya?" Syila terang-terangan tanpa rasa malu menanyakan maslah itu."Ishh, tanya lagi. Dulu kan sudah aku kasih jurus. Udah sana dandan buruan. Bos barusan pulang setengah jam yang lalu sama kembarannya. Awas jangan salah peluk! Apalagi salah cium." "Ckk, awas kamu, Mer!" Syila berdecak kesal mendengar candaan sahabatnya. Tawa meledak dari seberang sana, Syila akhirnya memutuskan menutup panggilan setelah terdengar deru mobil masuk pelataran depan rumah.Jantung Syila berdegup kencang, pikirannya berkecamuk. Otaknya seolah terbagi antara memikirkan suaminya juga musuhnya. Mereka orang yang sama. Memilih menyusup ke dalam selimut, Syila berpura-pura tidur. Ia berharap nyalinya tidak menciut saat suaminya masuk kamar. Biasanya sang suami pulang kerja akan membersihkan diri d
Read more
Bab 22A Sindiran
Bab 22A SindiranSuasana sarapan pagi ini di meja makan sedikit membuat Syila canggung. Pasalnya, setelah semalam tidur ditemani suaminya, Syila justru terlelap lebih dulu. Sedari tadi, ia hanya melirik Zein yang bersikap biasa seolah melupakan malam panjang bersamanya. "Kenapa Mas Zein jadi cuek begitu?" Memilih fokus pada nasi goreng di piringnya, Syila mencoba tak acuh dengan sikap suaminya. Ia justru dikejutkan oleh kedatangan Refan yang terlihat segar dengan penampilan kaos kasual dipadukan celana jeans. Mempesona. "Astaghfirullah, jaga pandangan Syil. Itu godaan adik ipar. Nggak malu apa pernah bermalam di kamarnya." Syila menunduk seraya menggigit bibirnya teringat malam itu. "Sudah rapi juga, Fan? Gimana, apa ada masalah dengan perusahaan?" tanya Ilyas seperti biasa. Meskipun abinya sibuk mengajar, di sela-sela mereka berkumpul sarapan pagi pasti menyempatkan bertanya kabar kantor yang dihandle putranya. "Nggak ada, Bi. Hanya masalah kecil," ungkap Zein menimpali pertanyaa
Read more
Bab 22B Sindiran
Bab 22B Sindiran"Mer, aku seminggu ke Bandung. Tolong bantu awasi Mbak Sania ya. Dia sementara mengantikanku menghandel kerjaan di kantor." Merry memasang raut kebingungan. Ia membaca proposal proyek dengan Reyhan bahwa meetingnya masih minggu depan. Kenapa bosnya justru ke Bandung sekarang. Namun, Merry tidak menyampaikan kecurigaannya yang tidak beralasan. Bisa jadi bosnya ingin mengajak Syila bulan madu. Merry justru terkikik membayangkan sahabatnya berbulan madu sambil mikir kerjaan. "Stt, nih anak diajak ngomong malah melamun senyum-senyum sendiri," seloroh Syila. "Eh iya, maaf. Kamu mau bulan madu ya ke Bandung?""Ngaco kamu, Mer. Ini rapat sama Pak Reyhan." "Oya? Bukankah rapatnya..." "Kenapa?" Kening Syila berkerut menanti kelanjutan ucapan Merry. "Nggak jadi, Syila. Selamat berbulan madu, Sayang," goda Merry sembari mencubit pipi Syila hingga sahabatnya itu mengaduh. Perjalanan tiga jam lebih beberapa menit Jakarta-Bandung akhirnya mereka sampai di hotel berbintang. Sy
Read more
Bab 23A Diblokir
Bab 23A Diblokir "Apa maksudmu, Fan? Di mana Mas Zein? Aku harus bertemu dengannya." Syila berniat keluar kamar tetapi Refan menahannya. Tubuhnya direngkuh Refan lalu dihempaskan ke Ranjang. "Apa ini?!" Teriak Refan membuat Syila tercengang. Lembaran tiket dilemparkan Refan ke ranjang. Sontak saja Syila terbelalak melihatnya. "Fan! Dari mana kamu mendapatkannya?" Syila merasa ceroboh. Setelah menerima tiket dari Arka, ia tidak peduli dengan kemana tujuannya nanti. Alhasil, tiket yang disimpan di tas wanita itu raib pun tidak disadarinya. "Itu tiket lu, kan? Nama lu jelas ada di situ. Mau ke Hongkong atau ke Singapura, huh?!" "Fan, aku...." "Tidak perlu basa-basi, lu bisa pergi sekarang juga! Gue nggak nyesel pernah tidur sama lu, orang yang mau hancurin keluarga gue. Anggap saja malam itu sebagai kompensasi lu bocorin data perusahaan. Dasar wanita munafik!" Refan hendak pergi. Namun, Syila meraih lengan pria di depannya hingga berbalik. Sebuah tamparan pun mendarat di pipi pri
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status