All Chapters of Mempelai Pria yang Tertukar: Chapter 11 - Chapter 20
100 Chapters
11. Tidak Sesuai Harapan
"Aku menyindir?" Ganesha menunjuk dadanya sendiri dengan sendok masih di tangan. Bahasa tubuhnya tetap cuek, tak terganggu. "Aku hanya mengatakan kebenaran di depan matamu. Aku bukan tipe orang yang suka menyindir-nyindir. Lagipula, kamu ini aneh. Kamu sendiri yang mengoceh-ngoceh. Giliran diberi tanggapan, malah kamu yang ngamuk-ngamuk. Kamu waras kan?" "Sudah Seno, jangan membuat keributan. Selesaikan makanmu dan segera kembali ke kantor. Kamu makan siang di sini karena ingin makan rendang buatan Ibu bukan?" Bu Santi dengan sigap menengahi pertikaian di antara kedua putranya. Seno dan Ganesha memang seperti ini adanya sedari keduanya remaja. Seperti anjing dan kucing. Tidak pernah akur satu sama lain. Seno kerap membuat masalah, dan Ganesha lah yang menyelesaikannya. "Ibu selalu begini. Membela Mas Esha terus." Seno makin sewot. Dia khawatir Arimbi makin tidak respek padanya karena terus dimarahi seperti seorang anak kecil. "Oh, jadi kamu berharap dibela oleh Ibu? Minta perlin
Read more
12. Rumah Masa Depan.
Laju mobil melambat ketika Ganesha berbelok ke arah perumahan Griya Riatur Residence. Ternyata rumah masa depan Ganesha dan Nelly dulu ada di perumahan mewah ini. Arimbi menarik napas lega. Karena dengan begitu jarak antara rumah dan tempat kerjanya menjadi lebih dekat. Ayahnya memang baru membuka minimarket wiralabanya di daerah ini. Dan kebetulan dirinyalah yang mengurus minimarket baru ini. Sania, kasir minimarket sedang cuti karena baru melahirkan. Dan selama Sania cuti, dirinyalah yang menggantikan tugas Sania menjadi kasir minimarket. Arimbi sudah menjalani tugas barunya ini selama dua minggu. Ganesha membunyikan klakson dua kali kepada Satpam yang berjaga di pos depan perumahan. Salah seorang dari Satpam yang tengah berjaga, mengangkat tangan dan mempersilakan Ganesha melanjutkan perjalanan. Mobil pun kembali melaju dan berangsur melambat ketika mereka tiba di jalan Kemuning nomor sembilan belas. Ganesha menghentikan kendaraan. Namun ia tidak mematikan mesin mobil di depan r
Read more
13. Membatin yang Terucap.
Ruang tamunya terkesan elegan dan klasik dengan sentuhan material kayu dan warna dominan coklat tua serta krem. Lantai terlihat asri dengan serat-serat kayu yang disusun sesuai alurnya. Bagian plafonnya perpaduan antara kayu jati dan juga gipsum berwarna putih bersih. Ada empat buah jendela-jendela kaca dengan ukuran besar yang menghadap langsung ke taman. Ada juga arena foyer yang mengatur sirkulasi udara dan juga cahaya. Kesan yang Arimbi dapatkan adalah rumah ini memberikan kehangatan dan kenyamanan dibalik kemewahannya."Kamu suka rumahnya?""Gila aja kalau rumah seperti istana begini saya tidak suka." Arimbi membatin."Baguslah kalau kamu suka. Berarti kamu tidak gila." Ganesha ngeloyor masuk ke dapur. Ia haus. Arimbi yang ditinggal melongo. Mengapa Ganesha bisa membaca isi hatinya? Padahal tadi ia hanya membatin saja. Sepertinya mulai hari ini ia harus menghilangkan kebiasaannya membatin. Karena ia menduga Ganesha bisa membaca isi hatinya. Bisa gawat kalau ia mengata-ngatai Ga
Read more
14. Gombalan Hafiz.
Arimbi memeriksa keadaan rumah sekali lagi. Ia mengecek kompor gas, keran air, dan sakelar. Arimbi memastikan tidak ada alat-alat elektronik yang masih menyala kecuali lemari es. Ia juga mengecek setiap jendela. Memastikan kalau semuanya sudah terkunci rapat. Setelah memastikan semuanya dalam keadaan aman, Arimbi pun mengunci pintu.Arimbi kemudian berjalan ke arah garasi. Karena di sana lah ia menyimpan motor matic dan helmnya. Setelah membukan pintu garasi Arimbi mendorong motornya keluar, sekaligus mengunci pintunya. Arimbi memastikan bahwa pintu garasi telah ia kunci dengan baik dengan cara mendorongnya sekali lagi. Bukan apa-apa. Di dalam garasi masih ada satu unit mobil milik Ganesha. Jangan gara-gara keteledorannya, mobil tersebut hilang pula. Amit-amit jabang bayi. Jangan sampai terjadi. Arimbi mengendarai motornya hingga ke pintu gerbang. Setelah mengunci pintu gerbang dan mengemboknya sekaligus, Arimbi pun siap berkendara. Rutinitasnya pagi ini adalah menjadi kasir minimar
Read more
15. Intimidasi Tipis-Tipis.
"Aku nggak punya pacar, Mas. Punyanya suami," pungkas Arimbi sambil lalu. Terlepas seperti apapun perkawinannya dengan Ganesha, ia memang sudah punya suami bukan?"Udah balance hitung-hitungannya, Mas? Kalau udah, langsung clean transaction aja. Biar aku bisa langsung mulai kerja." Demi menghindari pertanyaan lebih panjang dari Hafid, Arimbi ingin lebih cepat bekerja. Apalagi ia melihat ada dua unit mobil yang biasa menyuplai stok barang telah tiba di depan toko. Itu artinya Hafid akan sibuk mengecek barang yang masuk, serta menyiapkan barang yang akan direturn. Pintu kaca minimarket kembali berayun beberapa kali. Para pembeli lain mulai berdatangan. Kesibukan pagi akan segera dimulai."Udah, kok Rim. Wah, sudah ramai pembeli ya? Sebentar, aku akan mencetak rincian laporan shift yang telah berakhir." Wilman dengan cepat mengklik ikon shift pada menu. Selanjutnya ia mengklik akhiri shift serta print shift. Sejurus kemudian printer pun mencetak detail laporan shift kasir."Oke, Rimbi.
Read more
16. Aksi Pelakor diBayar Tunai!
Arimbi memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore kurang lima belas menit. Waktunya untuk mengganti shift dengan Lita. Rekannya sesama kasir perempuan. Lita akan menggantikannya hingga pukul sebelas malam. Di atas jam sebelas malam, kasir laki-lakilah yang akan menggantikannya. Di minimarket ini perempuan memang tidak boleh mendapat shift malam. "Mas Hafid. Shiftku sudah akan berakhir lima belas menit lagi. Aku mau clean transaction nih. Tapi aku mau menghitung jumlah uang di drawer dulu ya? Silakan menjadi saksi, Mas." Arimbi memanggil Hafid untuk mengawasinya menghitung uang di laci mesin hitung. Kebetulan hari ini, Pak Arsyad, sang kepala toko berhalangan hadir karena kurang enak badan. Oleh kareannya Arimbi meminta Hafid sebagai asisten kepala toko untuk mengawasinya menghitung uang demi menghindari selisih angka dengan Lita nantinya."Oke, Rimbi. Lanjutkan saja. Aku akan mengawasimu dari jauh saja."Hafid menjawab dengan air muka dibuat seme
Read more
17. Tidak Selamanya Diam Itu Emas.
Arimbi terkesima. Setitik debu pun ia tidak menduga kalau orang seanggun dan seeducated Nelly, bisa mengeluarkan tuduhan tanpa dasar seperti itu. Istimewa Nelly juga bukan apa-apanya. Rasanya aneh saja kalau Nelly sampai mengetahui soal penggantian mempelai prianya. "Kamu tidak usah kaget begitu. Mas Esha yang mengatakannya pada saya. Bahwa sebenarnya ia terpaksa menikahimu demi menghindari carut marut keluarga. Dia juga--""Maaf, Mbak. Belanjaan Mbak semuanya sembilan puluh tiga ribu rupiah. Ini aja atau ada tambahan lagi?" Lita segera memotong pembicaraan customer cantik yang sepertinya mengenal Arimbi dengan baik ini. Kalimat-kalimat pribadi sarat hinaan yang dituduhkan sang customer cantik pada Arimbi, membuat Lita gregetan. Tidak sepantasnya orang seintelek customer ini mengeluarkan kata-kata sekasar itu. Makanya Lita langsung saja berinisiatif memotong kenyinyiran sang customer. Ia tidak tega melihat Arimbi yang terdiam karena dikata-katai sekasar itu."Tidak, Mbak. Cukup ini
Read more
18. Cemburu Menguras Hati.
Sembari mengunyah nasi, Ganesha melirik Arimbi melalui sudut mata. Saat ini dirinya dan Arimbi tengah menikmati makan malam. Ganesha tidak menyangka kalau kedatangannya ke rumah ini akan disambut selayaknya seorang suami sungguhan oleh Arimbi.Arimbi telah menyiapkan makanan yang ia masak dengan tangannya sendiri untuk mereka berdua. Awalnya Ganesha menduga kalau mereka akan memesan makanan dari luar. Karena ia tahu kalau Arimbi juga bekerja. Ternyata dugaannya salah. Arimbi telah menyiapkan makanan sederhana namun bergizi. Arimbi memasak ayam goreng bumbu dan tumis kangkung pedas. Arimbi juga menambahkan emping dan kerupuk udang yang ia masukkan dalam stoples kaca. Sederhana namun menggugah selera. Di makan dengan nasi hangat begini, lidah dan perut Ganesha benar-benar dimanjakan oleh Arimbi.Ganesha kembali melirik Arimbi. Jelas terlihat kalau Arimbi resah. Air mukanya yang biasa ramah, kali ini tampak gelisah. Bibirnya membentuk garis lurus, dengan kening sesekali berkerut dalam. I
Read more
19. Tembak Langsung.
Sudahlah Rimbi. Buang saja rasa penasaranmu perihal Nelly, daripada nanti kamu sakit hati. Kalau sekiranya nanti Ganesha menjawab, bahwa apapun yang ia lakukan bersama Nelly bukan urusanmu, kamu akan kelimpungan sendiri. Bukankah Ganesha telah menegaskan kalau pernikahan ini hanya pura-pura belaka?"Tidak membicarakan apa-apa, Mas. Saya hanya asal bicara saja karena ingin mengajak Mas mengobrol. Ternyata saya tidak piawai mencari topik pembicaraan yang menarik." Arimbi beringsut dari kursi. Ia berencana akan beristirahat di kamar saja. Seharian berdiri di meja kasir membuat kakinya pegal. "Duduk kembali, Rimbi." Seruan Ganesha membuat Arimbi menjatuhkan kembali bokongnya."Saya tahu kamu berbohong. Dari kalimat sepotong-sepotong yang kamu ucapkan tadi, saya menarik satu kesimpulan. Bahwa kamu ingin menanyakan tentang hubungan saya dengan Nelly." Arimbi bungkam. Apa yang dikatakan Ganesha memang benar."Sebelum saya menjawab pertanyaanmu, saya ingin bertanya satu hal padamu terlebih
Read more
20. Siasat Ganesha.
"Ngapain kita mencari Mbak Nelly, Mas? Nanti dia kegirangan lagi karena mengira telah berhasil membuat kita bertengkar." Arimbi mencebikkan bibirnya. Ia ingat sekali akan nasehat ibunya. Ibunya mengatakan bahwa apabila kita diprovokasi oleh mantan pacar, maka jangan tunjukkan kalau kita panas apalagi sampai bertengkar dengan pasangan. Karena apa? Karena memang itulah tujuan mereka. Merusak kepercayaan kita pada pasangan. Dengan begitu mereka akan dengan mudah mendiktemu. "Lantas maumu apa? Sedari tadi kamu terus saja menuduh saya tanpa memberi saya kesempatan untuk membela diri. Giliran saya ingin mengajakmu menemui si biang masalah, kamu tidak bersedia. Yang bilang kalau Nelly memang sengaja membuat kita berdua ributlah. Nanti Nelly jadi kegirangan karena tujuannya memisahkan kita berdua berhasillah. Lantas maumu apa sebenarnya sih, Rimbi?" Ganesha bersedekap. Sungguh terkadang ia tidak memahami cara berpikir perempuan. Ia diam saja, dituduh macam-macam. Yang rupanya sudah tahulah
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status