All Chapters of Istri yang Kau Remehkan: Chapter 21 - Chapter 30
104 Chapters
21. Intimidasi Memuakkan.
"Kamu pikir si Damar itu akan menikahimu setelah kita bercerai? Mimpi kamu, Ri!" Pras menurunkan tangannya. Sebagai gantinya ia menunjuk-nunjuk wajah Suri. Ia ingin menyadarkan Suri atas mimpinya yang ketinggian. Orang kaya mencintai orang miskin itu hanya ada di film dan novel-novel saja."Terhadap Murni yang berkelas dan kaya saja, ia campakkan. Apalagi kamu. Perempuan kampung beranak satu. Mikir kamu, Ri. Mikir!" Pras menoyor kening Suri dengan jari telunjuknya."Mas pintar sekali menganalisa hubunganku dengan Pak Damar. Lantas hubungan Mas dengan Bu Murni bagaimana?" Suri menepis kasar tangan Pras di keningnya."Terhadap Pak Damar yang gagah, berpendidikan dan kaya saja, Bu Murni tidak puas. Apa kabar dengan Mas yang nota bene orang gajiannya? Ganteng standard. Kaya tidak. Tukang bohong, iya. Mas mau saya bawakan cermin tidak?" Kepalang basah, mandi saja sekalian. Suri tidak mau mengalah lagi. "Bunda, kenapa teriak-teriak?" Suara serak khas bangun tidur Wira membuat Suri dan Pra
Read more
22. Jadi Babu,Bukan Ratu
Ada yang aneh di sini. Alih-alih mendapati mobil Wanti, Suri malah menjumpai mobil Damar yang berhenti tepat di sudut jalan. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Suri memang tidak berdiri tepat di depan pos Satpam. Melainkan di sudut jalan sebelum berbelok ke pos. "Ayo masuk, Suri." Damar membuka kaca mobil penumpang. Suri terpaku. Ia heran. Siapa yang ditelepon, siapa pula yang datang. Mencurigai sesuatu, Suri merogoh tasnya. Mengeluarkan ponsel dan mengecek siapa yang tadi ia hubungi dengan terburu-buru. Selebar wajahnya seketika terasa panas, saat menyadari bahwa ia telah menekan kontak nama Damar. Tidak heran ia bisa salah menekan kontak. Karena nama-nama pemanggil di ponselnya jarang sekali ia hapus. Riwayat ponselnya penuh dengan jejeran nama-nama pemanggil ataupun yang ia panggil. "Ma--maaf, Pak Damar. Saya--saya salah menelepon orang." Suri gelagapan karena malu bercampur takut. Ia ngeri kalau sampai Damar memarahinya karena peristiwa memalukan ini."Nanti saja k
Read more
23. Melemparkan Kenyataan di Wajah Pras.
"Ini ongkosnya ya, Pak? Sisanya buat Bapak saja. Terima kasih karena telah mengantarkan saya selamat sampai di rumah." Suri mengangsurkan selembar uang seratus ribuan kepada supir taksi online. Padahal ongkosnya hanya lima puluh dua ribu rupiah saja. "Terima kasih banyak ya, Bu? Semoga Ibu makin banyak rezekinya." Sang sopir menerima uang berwarna merah dari Suri dengan gembira. Tidak sia-sia ia bekerja hingga larut malam. Rezeki selalu datang pada orang yang rajin menjemputnya. "Aamiin," Suri mengamini. Sejurus kemudian sang sopir pun berlalu. Suri yang saat ini telah berdiri di depan pagar, melirik mobil berwarna hitam yang berhenti di seberang jalan. Mobil itu adalah mobil Damar. Setelah ia selesai melakukan visum di rumah sakit tadi, Suri memang berinisiatif untuk pulang sendiri. Ia takut kalau Pras memergokinya pulang dengan menumpang mobil Damar. Dikhawatirkan Pras akan menjadikan hal tersebut sebagai alasan bahwa dirinya juga berselingkuh. Oleh karenanya untuk mencegah hal-
Read more
24. Mempertahankan Harga Diri.
Suri menandaskan teh manis hangatnya. Ia memutuskan akan menunggu Bu Ajeng di teras rumah saja. Suri tidak ingin membuat kesan seolah-olah ia orang penting saja. Dirinya mengutamakan adab saat berhadapan dengan orang tua.Ketika sampai di teras rumah, Suri memeluk diri sendiri. Hujan yang terbawa angin, tempias hingga ke tempatnya berdiri. Suri merapatkan blazer berbahan tweednya. Mencari sedikit kehangatan dari blazer yang berbahan seperti karung goni itu. Sejurus kemudian tampak sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Suri mengenalinya sebagai mobil Bu Ajeng. Karena mobil inilah yang mempertemukannya dengan Bu Ajeng pertama kalinya. Ketika itu Bu Ajeng akan dinakali oleh para pemotor yang pura-pura terjatuh di depan mobilnya.Suri merapikan rok plisket berwarna kuning kunyitnya yang mengembang karena tertiup angin kencang. Ia bermaksud berlari kecil menuju mobil, agar terhindar dari rintik hujan. Suri malas mencari payung untuk hujan rintik-rintik seperti ini. "Ini ada pay
Read more
25. Pelaporan Ke Polisi.
"Sebenarnya kamu sudah salah jalan kalau ingin melaporkan suamimu, Suri." Dalam perjalanan ke rumah sakit, Bu Ajeng menasehati Suri. Sembari menyetir, ia mengajak Suri berbincang-bincang ringan."Salah jalan bagaimana maksudnya, Bu?" Suri mengernyitkan dahi. Ia tidak memahami kalimat Bu Ajeng."Begini Suri. Seharusnya jikalau kamu ingin melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh suamimu, tempat pertama yang kamu tuju itu adalah kantor polisi. Nah, pada saat melapor ke bagian SPKT nanti, barulah pihak penyidik akan mengeluarkan surat pengantar visum et repertum pada Puskesmas setempat. Surat ini nantinya akan kamu gunakan untuk visum sekaligus mengobati luka-lukamu. Yang kamu lakukan saat ini terbalik. Kamu visum duluan baru melaporkan tindak kekerasan yang kamu alami ke kantor polisi." Bu Ajeng yang juga merupakan salah satu anggota Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, memberitahu prosedural pelaporan tindak kekerasan KDRT kepada Suri. "Wah, begitu ya, Bu? Saya t
Read more
26. Belajar Tangguh.
"Baik, Bu. Saat ini saya memang sedikit gentar. Tetapi bukan gentar karena ingin membatalkan laporan. Melainkan karena tidak terbiasa ke kantor polisi," ungkap Suri apa adanya. Bu Ajeng tersenyum menenangkan. Ia menyukai pribadi Suri yang jujur dan sederhana."Wajar. Segala sesuatu yang judulnya pertama kali pasti menakutkan. Tapi ingat, hidup ini dinamis. Semua hal berubah. Kalau kita tidak siap dengan perubahan dan tantangan, kita akan seperti katak di bawah tempurung. Bodoh dan tidak tahu apa-apa selamanya. Ayo perjuangkan nasibmu. Saya juga akan mendampingimu di SPKT nanti." Bu Ajeng menguatkan Suri.Selanjutnya mereka berdua berjalan menuju ruangan SPKT. Terlihat sekitar tiga orang petugas kepolisian yang duduk di meja kayu panjang. Di belakang meja panjang tersebut ada tulisan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu. Berarti kepanjangan SPKT yang disebutkan Bu Ajeng berulang kali tadi adalah tulisan besar di belakang para penyidik kepolisian ini. Di depan meja panjang itu terbentang
Read more
27. Kedatangan Ibu Mertua.
"Sekarang Ibu di mana, Mbok?" Suri mengikuti langkah bergegas Mbok Inah menuju pintu utama. Benaknya penuh dengan segala kemungkinan yang ia tidak tahu jawabannya. "Ada di ruang tamu bersama Pak Pras," jawab Mbok Inah gelisah. Sedari tadi ia mendengar Pras terus saja menjelek-jelekkan Suri. Mbok Inah khawatir kalau Bu Siswoyo nantinya akan memarahi Suri."Wira?" tanya Suri lagi. Ia tidak suka kalau Wira menyaksikan perdebatan mereka nanti. Suri tidak ingin Wira ketakutan."Wira baru saja tidur. Bu Siswoyo mengeloninya sampai tertidur tadi. Karena ada Bu Siswoyo, saya menunggu Ibu di pagar depan. Saya takut nanti Ibu kaget saat mendapati Bu Siswoyo ada di ruang tamu," terang Mbok Inah lagi."Terima kasih ya, Mbok? Untung Mbok memberitahu saya duluan. Saya jadi mempunyai sedikit waktu untuk menenangkan diri." Suri mengucapkan terima kasih pada Mbok Inah. ART yang sudah lima tahun ikut bersamanya ini sungguh sangat setia. Ia beruntung memiliki ART sebaik dan seloyal Mbok Inah. "Sudah m
Read more
28. Jejak Penganiayaan.
Suri menarik selembar tissue basah dari tas tangannya. Ia kemudian menghapus bedak padat di pipi kanannya. Sebenarnya dengan diulas bedak padat pun memar-memar itu masih cukup jelas terlihat. Dan kini setelah bedak padat terhapus semuanya, memar-memar di pipinya makin jelas terlihat. Suri juga membuka mulutnya memperlihatkan luka pada pipi bagian dalamnya. Pras membuang muka. Ia tidak menyangka kalau tamparannya berakibat cukup fatal pada Suri. Padahal ia hanya menggunakan seperempat tenaganya."Mas Pras memukul saya bukan karena saya menantang-nantang Mas Pras, Bu. Tapi karena kami bertengkar dan Mas Pras digugat oleh nuraninya sendiri. Mas Pras itu sudah lama berselingkuh dengan Bu Murni, atasannya sendiri. Saya dan Wira sudah dua kali memergoki Mas Pras sedang berdua-duaan dengan atasannya itu. Saya juga punya videonya kalau Ibu ingin melihatnya." Suri memutuskan untuk menceritakan semuanya saja. Ia tidak mau Bu Siswoyo hanya tahu dari sisi Pras, yang tentu saja membela dirinya se
Read more
29. Ibu Mertua Bijak.
"Ibu pulang dulu ya, Ri? Ingat baik-baik pesan Ibu, jangan membuat keputusan di saat kamu sedang emosi. Endapkan dulu emosimu beberapa waktu. Baru setelahnya lanjutkan apa yang baik menurutmu." Bu Siswoyo menepuk-nepuk pelan bahu Suri. Keprihatinan tergambar jelas di raut wajah tuanya. Namun ia tidak bisa melakukan apa-apa. Pras dan Suri sudah dewasa. Sebagai seorang ibu, ia hanya bisa memperingati dan menasehati keduanya. Namun segala keputusan tetap ada di tangan mereka berdua. "Untuk segala kepahitan yang kamu alami karena ulah Pras, Ibu minta maaf. Ibu sudah memperingatinya kemarin. Pras berjanji bahwa ia tidak akan main tangan lagi padamu. Namun masalah Murni, sayangnya Pras tidak menjanjikan apa-apa. Sekali lagi, Ibu minta maaf ya, Ri? Ibu tidak berhasil menyadarkan Pras akan kesalahannya," ucap Bu Siswoyo sungguh-sungguh. Sebagai seorang ibu ia sudah berusaha keras. Mulai dari membujuk sampai akhirnya mengancam Pras. Tapi apa mau dikata, anaknya tetap tidak mau mendengarkan
Read more
30. Amarah Damar.
"Belum, Mbak. Paling juga sebentar lagi. Oh ya, saya mau bilang, tas-tas rajutnya habis semua lho, Mbak. Sisa delapan pieces yang model clucth itu, kemarin sore sudah terjual semua," lapor Ninik gembira. "Sweater dan syal, sisa beberapa piece saja. Itu juga sudah ada pemiliknya semua. Nanti sore atau besok akan diambil pemiliknya," lanjut Ninik lagi. "Alhamdullilah. Saya ada sisa dua lusin dengan warna berbeda di rumah beberapa perajut. Nanti sore atau besok pagi saya antar ya, Nik? Model-model lainnya insyallah lusa sudah selesai semua." Suri ikut gembira. Usaha rajutnya sekarang semakim laris. Begitu juga dengan online shopnya. Suri craft and Creations sekarang bisa mencapai omzet tujuh puluh juta dalam waktu dua minggu. Profitnya adalah setengah dari omzetnya tersebut. Setelah dipotong dengan biaya produksi, ia masih mengantongi sepersekian rupiah. Alhamdullilah."Selera customer di butik ini sudah bergeser ya, Nik? Dari yang tadinya menengah ke atas, jadi menengah ke bawah. Say
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status