Luisa tengah membantu Bik Nisa menata makanan di meja. Gadis muda yang baru sembuh itu sudah kembali bekerja walau keadaannya masih lemah. Untuk itu, Luisa tidak tega bila Bik Nisa mengerjakan semuanya. Usia mereka memang tidak beda jauh, mungkin hanya beda dua tahun saja. Lebih tua dirinya dari Bik Nisa, untuk itu Luisa lebih menganggap ART papanya sebagai teman. Kring! Kring! Telepon rumahnya berdering. Luisa mengeringkan tangan, lalu bergegas untuk mengangkat telepon. "Halo, siapa nih?""Ya ampun, HP kamu sama papa gak bisa ditelepon daritadi.""Huaa... Mbak Jasmin. Apa kabar? Kapan balik?""Sehat, aku, Mas Pram, dan Nugie akan pulang minggu depan. Bilangin papa ya, Luisa.""Oke, jangan lupa oleh-oleh.""Siap, jangan lupa juga aku dijemput. Kalau sopir papa gak bisa, kamu dan Edmun saja yang jemput ya." Luisa diam. Tidak mungkin ia ceritakan nasib rumah tangganya pada sang Kakak. "Oke, Mbak. Salam untuk Nugi danas Pram."Luisa baru saja menutup telepon rumahnya, saat suara pap
Read more