All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 11 - Chapter 20

260 Chapters

11. Jebakan Cristy

Tidak seperti biasanya, malam ini Edmun tidak bisa menelan nasi yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Semua itu karena ancaman Levi. Seharusnya ia tidak perlu khawatir tentang hal itu, karena tidak mungkin juga Levi mengecek setiap hari apakah ia bercumbu dengan istrinya atau tidak, tetapi jika berurusan dengan Levi. Apa yang ia katakan, pasti akan ia buktikan. Tidak pernah main-main untuk urusan bisnis, apalagi menyangkut utang milyaran. "Makanan ini enak banget. Kamu katany gak punya duit, Mas, kenapa bisa memesan makanan mahal dan enak seperti ini?" tanya Luisa sambil tersenyum, meskipun di hatinya begitu penuh dengan tanda tanya. "Ini dikasih tetangga sebelah kiri, dia ulang tahun pernikahan. Mungkin ia mengira kita adalah pemilik tempat ini. Namanya rejeki, tidak mungkin aku tolak kan? Apalagi kamu memang sedang lapar. Ya sudah, makan yang banyak, setelah ini kita pulang!" Edmun berusaha keras men langsung nasinya, sampai seperti orang tercekik. Luisa yang terlalu asik makan mak
Read more

12. Dua Kapsul Obat

"Langsung saja, Cris, apa maksud kamu mengundangku ke sini?" tanya Edmun tanpa berbasa-basi. Wanita yang baru saja menaruh dua cangkir teh di atas meja itu tertawa pendek. Ia duduk dengan kaki kanan naik ke paha kiri, sehingga kain kimono yang barbahan satin itu melayang jatuh menggantung di paha kanan dan terpampanglah kulit pahanya yang putih menggoda. Edmun menahan napas, mengatur detak jantungnya yang tidak karuan. Di saat ia tidak boleh menyentuh sang Istri, disaat itu pula Cristy seperti sedang memancingnya. "Aku minum dulu." Edmun mengambil cangkir teh yang ada di depannya sebagai bentuk pengalihan rasa gugup. Teh hangat itu ia cicipi perlahan karena masih sedikit panas. Namun, karena Cristy terus saja menatapnya, meskipun teh itu panas, ia tetap menyesapnya hingga setengah. Cristy bersorak dalam hati. Ia bangun dari duduknya, berjalan menuju lemari nakas yang ada di ruang tamu. Dengan kunci yang menggantung di dinding, ia buka lemari untuk mengeluarkan satu buah map. Wanita
Read more

13. Jebakan Levi

Luisa tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan mertuanya. Ia dan Edmun menikah bukan baru sebentar, tetapi sudah dua tahun lebih tiga bulan. Banyak suka yang mereka lewati bersama, bahkan saat mereka banjir rejeki dan memutuskan untuk liburan ke Turki, mertuanya pun diajak. Baru bulan inilah suaminya mengalami kesulitan ekonomi dan mertuanya sudah ingin mencarikan madu untuknya? Luisa mengepalkan tangan dengan kuat. Ia tidak terima jika sampai Edmun benar-benar melakukan apa yang barusan mamanya katakan. Suaminya juga belum pulang dan tidak tahu ke mana. Ponsel tidak aktif dan pesan WA sejak kemarin hanya ceklis satu saja. Di satu sisi ia khawatir akan keadaan suaminya yang belum pernah seperti ini. Paling tidak, jika pulang larut atau pulang pagi, Edmun selalu memberi kabar. "Bik, saya keluar dulu ya." Luisa sudah rapi dengan rok pendek, meskipun tidak terlalu tinggi hingga hampir semua kulit pahanya terlihat. "Mau ke mana, Non?" tanya Bik Noni yang sedang menyapu halaman r
Read more

14. Harga Diri yang Terkoyak

Luisa menangis sambil memeluk tubuhnya dengan selimut. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga ia seperti orang gila yang membutuhkan sentuhan. Jika tidak segera mendapatkan apa yang diteriakkan oleh sel darah dalam badannya, pastilah ia benar-benar menggelepar. Apa yang terjadi padanya pun ia tidak mengerti? Lalu, setelah semuanya terjadi, apa yang harus ia lakukan? Ia sudah tidak ada harga dirinya sebagai istri dan juga wanita. Ia sudah menodai cinta dan janji suci pernikahannya. Pintu terbuka, Luisa mendapati Levi; pria dewasa yang membantunya membebaskan rasa panas dalam badan. Pria itu bertelanjang dada, hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang hingga betisnya. Luisa baru sadar, mereka ada di apartemen pria itu. Levi membawakan nampan berisi teh dan juga seperti piring kecil berisi potongan kue. "Pak Levi, s-saya." Luisa tergagap. "Sudah, jangan menyalahkan dirimu. Ini, minum dulu." Levi mengulurkan cangkir teh pada Luisa, tetapi wanita itu enggan. Ia mengg
Read more

15. Luisa tidak Berani Pulang

"Saya rasa, saya pulang ke rumah orang tua saya saja, Pak. Ada penjaga rumah di sana dan saya mungkin akan istirahat di sana untuk dua malam." Levi menekankan laju mobilnya saat mereka hendak sampai di perempatan. "Kamu yakin? Orang tua kamu gak akan curiga dengan cara jalan kamu? Mungkin dua hari baru pulih." Luisa mendesah penuh penyesalan. Namun, semua sudah terjadi dan ia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan bersama dengan pria dewasa bernam Levi. "Tidak, Pak, saya rasa di sanalah tempat paling aman untuk saat ini." Luisa sudah memutuskan. Begitu tiba di perempatan, Levi memilih jalan lurus menuju rumah orang tua Luisa, sedangkan kalau belok ke kanan, barulah menuju rumah tinggal wanita itu. Luisa tertidur saat mobil benar-benar berhenti di depan rumahnya. Lelaki setengah baya yang bernama Yadi, langsung mengintip siapa tamunya. "Luisa, bangun, kita sudah sampai!" Wanita itu tersentak kaget. Matanya terbuka lebar saat menyadari bahwa dirinya sudah berada di d
Read more

16. Edmun yang Nekat

"Jangan, Pak, saya mohon! Jangan sampai Mas Ed tahu kejadian kemarin. Saya akan melakukan apapun agar Pak Levi tidak mengatakan apa-apa pada suami saya.""Apapun? Kamu yakin? Apa kamu mau saya minta bercerai dari Edmun, kemudian kamu menikah dengan saya?""Kalau itu tentu saja tidak mungkin, Pak. Saya mencintai suami saya. Apa tidak ada yang lain, Pak?""Apa kamu mau terus tidur bersama saya tanpa ikatan? Pasti tidak'kan? Saya pun tidak mau. Oleh karena itu, coba pikirkan tawaran dari saya. Lekas sembuh ya, nanti saya hubungi lagi. Saya harus ke Jepang untuk beberapa hari ke depan. Salam untuk Edmun."Sambungan itu pun terputus. Tawaran yang diminta Levi membuat kepalanya sangat pusing. Ia sangat mencintai suaminya, tentu ia tidak mau bercerai dari Edmun apapun alasannya. Apalagi ini semua adalah kesalahannya sendiri. Edmun benar-benar tidak memaafkannya jika sampai suaminya itu tahu, ia tidur dengan pria lain. Makan pun sudah tidak bisa ia teruskan. Luisa memilih turu dari ranjang d
Read more

17. Ketahuan

"Ah, i-itu, a-aku hanya ingin melihat kursi pijat di kamar papa. Ya, kursi pijat papa, ini badanku pada sakit habis begadang diajak teman lihat proyek jalan, jadinya pengen dipijat. Lumayanlah lima menitan, Sayang. Badanku enak lagi. Nanti kalau aku punya uang, aku akan beli kursi pijat seperti yang di kamar papa. Enak banget, pijatannya pas. Ayo, temani aku makan!" Lusia tidak sempat mengomentari jawaban suaminya. Tangannya sudah terlanjur ditarik ke ruang makan. Edmun nampak gelisah karena uang yang ia sembunyikan di dalam baju kemejanya, membuat kulit perutnya gatal. Pria itu makan dengan cepat karena ia harus segera pergi dari rumah mertuanya. "Kalau kamu masih betah di sini, kamu di sini saja dulu, Sayang. Aku mau melakukan perjalanan bisnis ke Bali. Doakan semua lancar ya." Bola mata Luisa membesar. Ia senang dengan perkataan Edmun yang sepertinya sudah memulai kembali bisnisnya. "Beneran, emang udah mulai lagi, Mas? Sama siapa?" tanya Luisa antusias. "Ada temen kuliah dulu.
Read more

18. Kemarahan Pak Darmono

Luisa terus menghubungi ponsel suaminya, tetapi tidak aktif. Ia begitu penasaran ingin menanyakan apa yang sebenarnya suaminya lakukan di kamar sang Papa. Luisa memutuskan pulang ke rumah, berharap ada informasi yang bisa ia dapat tentang suaminya dari Bik Noni. "Eh, Nyonya sudah pulang, mau saya buatkan teh atau kopi, Nyonya?" tanya Bik Noni yang menyambut Luisa dengan senyuman. Luisa menggeleng cepat, lalu bergegas naik ke kamarnya. Bik Noni hanya bisa menghela napas, sejak semua barang berharga di rumah ini diambil paksa orang yang tidak dikenal, kedua majikannya menjadi aneh. Untung gajinya masih dibayar, kalau tidak, ia pun tidak berani betah bekerja bersama Luisa. "Bik, Bik!" Seru Luisa dari lantai atas. "Ya, Nyonya." Bik Noni menghampiri majikannya; berdiri di anak tangga pertama. "Tadi Mas Edmun ke sini? Bawa baju? M-maksud saya bawa tas?" tanya Luisa panik. "Iya, Nyonya. Pakai ransel yang untuk naik gunung itu yang besar. Katanya mau ada urusan ke Malang," ujar Bik Noni
Read more

19. Tamparan

Luisa menangis tersedu di depan sang Papa. Mau mengelak pun tiada guna, karena sudah jelas bukti CCTV kamar papanya menunjukkan suaminya yang telah merampok uang dan surat berharga. Sampai saat ini ia masih tidak tahu untuk apa uang begitu banyak dirampok suaminya? Mereka mungkin saat ini tengah kesulitan ekonomi, tetapi bukan berarti ia juga membenarkan tindakan suaminya. Jika sudah begini, ia pun tidak bisa membela suaminya. Menahan papanya agar tidak memaksanya bercerai. "Kamu itu bodoh, Luisa! Papa sudah merasa ada yang tidak beres saat suami kamu beli showroom motor dan juga mobil. Belum franchise minimarket di dua titik, usaha bisnis join dengan teman dan yang lainnya. Padahal setahu Papa, Edmun tidak begitu banyak tabungan untuk modal. Sekarang sudah jelas, dia berutang untuk bisnis dan bisnisnya mangkrak, sehingga ia harus bayar utang dengan cara apapun. Bahkan istrinya sendiri pun bisa ia jual jika sudah tidak punya jalan keluar lainnya. Lihat, dia merampok kamar Papa. Po
Read more

20. Kabur

"Mas! Jangan lari kamu! Dasar maling! Mas!" Sekeras apapun Luisa berteriak, mobil yang ditumpangi suami dan juga mertuanya sudah melaju kencang meninggalkan lobi parkir mal. Meninggalkan dirinya yang hanya bisa berderai air mata melihat kepergian sang Suami dan mertua yang tidak mempedulikannya. Semua berakhir. Pernikahan yang ia impikan hanya berpisah saat maut datang, ternyata tidak dikabulkan Tuhan. Suaminya pergi meninggalkan dirinya dan banyak utang di luaran sana yang ia tidak tahu berapa jumlahnya. Luisa memesan ojek online kembali untuk pulang ke rumahnya. Ya, rumah itu adalah rumah mereka berdua dan bukan tidak mungkin rumah itu pun sudah digadai oleh suaminya karena surat rumah sudah tidak ada lagi di tempatnya. Dengan berat hati ia terpaksa meminta Bik Noni untuk berhenti bekerja karena ia dan Edmun akan berpisah. Sementara itu, Edmun dan ibunya memang tidak pulang ke rumah, melainkan mereka pergi ke sebuah kos-kosan. Sudah dua hari mereka tinggal di sana. Tepatnya Bu Me
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status