All Chapters of Menjadi Istri Milyuner : Chapter 31 - Chapter 40
95 Chapters
31. Balada Kehamilan
"Kamu gak pa-pa? Kok kayaknya agak pucat?" tanya Kartika khawatir setelah mengamati wajah Rieka. "Gak pa-pa kok, cuma agak mual aja." "Rieka itu tadi abis pingsan, Ma. Jadi ya masih agak lemes gitu badannya." Edwin ikut menjelaskan. "Pingsan? Edwin! Kamu gimana si? Istri hamil malah gak dijagain? Kamu dimana waktu Rieka pingsan?" "Di kantor, Ma." Edwin nyengir mengakui kesalahannya. "Bukan salah Mas Edwin kok, Ma. Kami belum tahu kalau aku hamil, jadinya aku berangkat kerja dan datang ke acara amal setelahnya. Abis itu lemes banget rasanya seluruh badan." Rieka mencoba untuk membela Edwin dan menjelaskan kejadiannya. "Kamu kecapekan ya? Kamu harus banyak istirahat dan banyak makan biar gak lemes lagi." Kartika memberikan sarannya. "Baik, Ma." Rieka menurut saja. "Kamu jangan kerja dulu. Jangan sibuk-sibuk, jangan banyak gerak juga." "Tu dengerin," seru Edwin mendukung ucapan Kartika. "Iya ... " Rieka tak
Read more
32. Baby Bee
Edwin terbangun dari kenyamanan tidurnya karena mendengar suara-suara yang beberapa hari ini selalu terdengar di pagi hari. Suara apa lagi kalau bukan suara Rieka yang muntah-muntah di wastafle kamar mandi. Mungkin inilah yang namanya morning sickness, sindrom khas para ibu yang sedang hamil muda seperti Rieka. Biasanya sindrom ini akan sembuh sendiri dengan semakin bertambahnya usia kehamilan.Edwin bangkit dari kasurnya dan buru-buru menghampiri Rieka di wastafle. "Honey ... " Sapa Edwin tanpa sanggup lanjutkan perkataannya.Edwin hanya mampu menghampiri dan mengusap lembut punggung Rieka untuk membantu sedikit meringankan penderitaannya. Tak tega rasanya melihat istrinya itu setiap pagi harus menderita begini.Rieka membasuh mulut dan wajahnya dengan air saat sudah merasa cukup lega. Sudah tak ingin memuntahkan lagi segala isi perutnya. Rieka menarik napas panjang beberapa kali dan mengatur pernapasannya yang tid
Read more
33. Hadiah Kehamilan
Sore harinya Rieka sudah bersiap-siap dan berdandan sedikit lebih lengkap daripada biasanya. Senang sekali akhirnya dirinya bisa keluar rumah. Memang sejak kejadian pingsannya, hampir seminggu ini Rieka hanya berdiam di rumah. Edwin melarangnya kemana-mana. Hanya tiduran dan istirahat saja dirumah selama kondisi kehamilan-nya belum stabil.Betapa kagetnya Rieka saat Edwin tiba dan meminta Rieka turun menghampirinya ke car port. Disana telah hadir sebuah mobil Vellfire putih yang masih ber-plat nomer putih juga. Fresh form the showroom kayaknya ini. Rieka mengerutkan dahinya, mobil siapa ini? Jangan bilang kalau Edwin ...Jangan bilang kalau Edwin tadi menanyakan warna favorit Rieka karena mau beli mobil baru? Padahal Rieka mengira Edwin ingin membelikan baju, tas atau sepatu saja sesuai dengan warna favoritnya. Nyatanya? Mobil mewah kelas sultan dengan harga milyaran begini yang dibelinya? Haduuh buat apaan coba?"Gimana Honey? Kamu
Read more
34. Harap Sabar
"Tapi aku pengen ngasih layar TV di sini, sama nata dikit passenger seat ya." Edwin menunjuk arena yang nanti akan diberikan pembatas. Alibinya si mau pasang layar TV."Kamu itu ya ... ini aja udah berapa duit kamu keluarin buat beli mobil hah? Masih mau keluar duit lagi?" Rieka tak tahan untuk mengomeli suaminya."Murah kok ini, cuma 1,2-an. Gak semahal BMW atau Porche-ku yang bisa mencapai 3-an."Rieka makin ternganga mendengarnya. Gila! Beneran gila suaminya ini kalau sudah ngomongin duit."Tapi aku suka banget lho sama mobil keluaran BMW. Meski udah tahunan masih enak banget dipakainya. Apa aku beli aja ya itu The Five yang baru launching." Edwin masih kepikiran soal mobil baru itu. Memang sebagai pecinta BMW rasanya jadi terpanggil untuk menambah isi garasinya. Yah biar yang lama dipakai nganterin Ijah ke pasar aja."Mas Edwin ... Udah ada tiga mobil mewah Lo di rumah.""Nambah satu lagi kan gak
Read more
35. Ada Apa dengan Si Bos?
Joko meletakkan gagang pesawat telponnya dengan helaan napas panjang. Mengakhiri panggilan interkom dari Edwin yang meminta dirinya untuk ke ruangannya. Entah ini sudah yang keberapa kalinya bosnya itu memanggil dirinya hari ini."Ya Pak? Bisa saya bantu?" tanya Joko dengan takut-takut.Edwin diam saja tidak menjawab, malah menatap Joko dengan tatapan yang setajam silet.'Mampus, salah apa lagi ini aku?' Joko panik.Edwin menghela napas panjang beberapa saat kemudian. Tapi kemudian terdiam lagi, malah seperti merenungi dan memikirkan sesuatu. Joko sudah deg-degan menantikan apa yang akan diucapkan bosnya itu. Perintah? Keluhan atau caci makian?Kok kayaknya mood si Bos jelek banget seharian ini? Kenapa ya? Padahal belakangan setelah menikah Bosnya ini jadi lebih anteng dan gak banyak tingkah. Lebih ceria dan jarang marah-marah. Seperti sudah menemukan pawang yang bisa menjinakkan dengan baik. Memelihara dan menyenangkan serta me
Read more
36. Ngidamnya Nyonya Bos
"Yaudah buruan Papa Bee pulang, gak pakek lama." Rieka merengek sebelum mengakhiri panggilan telpon.Edwin mengambil napas panjang-panjang. Memasukkan oksigen banyak-banyak ke dalam otaknya, untuk mengembalikan kewarasannya.'Sabar Edwin, situasi ini ga lama kok. Paling lama cuman sembilan bulan. Lagian yang bikin Rieka hamil kan kamu sendiri? Jadi ya memang kamu harus tanggung jawab. Buktikan bahwa kamu bisa bertanggung jawab kepada Honey dan Baby Bee.' Edwin mensugesti dan menyemangati dirinya sendiri.Memang segala kejadian absurd yang dilakukan Rieka belakangan ini sukses membuat Edwin kelimpungan. Pusing banget rasanya kepala bagian atas dan bawah tubuhnya sekaligus. Udah gitu gak ada pelampiasan lagi, makin stressed aja rasanya.Apa aku kawin lagi aja yah, apa njajan atau cari wanita satu malam?Aaaargh Damn! Mikir apaan si? Kenapa pula jadi gak sabaran begini. Padahal cuman karena masalah kehamilan Rieka dan segala kerempongan-nya.
Read more
37. Ngidamnya Nyonya Bos (2)
Edwin segera meneruskan pesanan Rieka kepada Joko. Dengan tambahan kata 'Harus dapat sesuai dengan kriteria ini.' Dan Joko hanya bisa menyanggupi meski entah udah ngomel-ngomel kayak apa. Edwin menunggu kedatangan Joko dengan gelisah di halaman rumahnya. Tetap duduk di dalam mobil tanpa repot-repot turun. Tak sampai satu jam kemudian Joko datang dengan membawakan pesanan buat kanjeng Ratu Rieka. Memberikannya kepada Edwin yang sudah menunggunya dalam mobilnya di halaman Wijaya Manshion. "Maaf pak, Velvet Cake yang ready di toko-toko kue cuma yang empat layer. Jadi saya bawakan itu saja." Joko menjelaskan pada Edwin. "Cari di toko lain donk!" Edwin tidak tenang mendapat kue yang tidak sesuai pesanan Rieka. "Saya sudah cari di lima toko yang berbeda, Pak." "Suruh kokinya buat bikin. Gimana pun caranya kamu harus dapetin yang lima layer." "Tapi bikin kue itu lama, Pak ... " Joko melirik jam tangannya, sudah hampir jam delapan
Read more
38. Tamu Tak Terduga
Keesokan harinya Edwin dan Joko sukses diare karena kebanyakan makan kue red Velvet super manis. Seharian udah berkali-kali dia sudah bolak balik toilet untuk menyalurkan hajatnya. Alhasil mood Edwin sepanjang hari ini tidak terlalu baik untuk ke kantor. Bawaannya uring-uringan dan senggol bacok saja. Udah badan lemes karena dehidrasi, bini bertingkah aneh dan bikin pusing, masih saja berkutat dengan laporan anak buah yang gak beres, serta satu lagi kedatangan tamu yang sangat tak terduga.Selepas jam istirahat, Joko mengatakan pada Edwin bahwa ada seseorang yang meminta ijin bertemu. Betapa kagetnya Edwin saat Joko menyebutkan nama tamunya. Bagaskara Samudra.‘Ngapain dia main ke sini? Tapi Bagas meminta ijin bertemu di kantor dengan permohonan resmi begini pasti untuk omongan serius kan?’ Edwin Penasaran dengan tujuan Bagas, akhirnya Edwin mau menerima kunjungan itu."Selama siang Pak Edwin Wijaya," seorang pria berperawakan ti
Read more
39. Dokter Yang Baik
"Saya tahu benar bagaimana perjuangan papa waktu itu. Saya juga tahu benar bagaimana kacaunya keluarga kami karena kejadian itu. Jadi paling tidak saya tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama dengan apa yang kami alami."Semua orang yang mendengar perkataan Edwin menjadi tertegun dan terdiam untuk beberapa saat."Papamu itu kan Erwin Wijaya ya?" Bagyo memastikan. Kalau anak muda ini adalah pewaris Wijaya Group sudah jelas dia adalah putra dari pimpinan Wijaya Group yang sebelumnya."Benar, Om. Apa anda kenal dengan papa saya?" Edwin bertanya dengan sopan.Rieka dan Bagas sekali lagi dibuat heran dengan perubahan sikap Edwin. Ternyata benar dia adalah orang yang sangat bisa menempatkan dirinya. Caranya untuk berbicara dengan orang yang lebih tua, dengan wanita, dengan mitra bisnis serta dengan anak buahnya jelas sangat berbeda."Sekedar kenal sebagai mitra bisnis. Pantas saja beberapa tahun yang lalu Erwin terpaksa pensiun dini? Jadi karena a
Read more
40. Kembali Bekerja
"Sepertinya papa anda memang beneran pengen mantu." Edwin menyeletuk pada Bagas. Tak bisa sedetik pun rasanya melepaskan pandangannya dari wajah Rieka. Wajah cantik yang terlihat semakin bersinar dengan kilatan semangat di kedua matanya.Inilah Rieka yang dikenal dan dikagumi Edwin. Gadis cantik dan cerdas dengan segala dedikasinya di bidang medis dan kemanusiaan. Liat saja senyumannya, pandangannya, dan semangat yang terasa disetiap perkataanya. Semua yang hanya bisa dilihat oleh Edwin saat istrinya itu berbicara soal dunia kedokteran.Edwin semakin sadar bahwa Rieka sangat mencintai dunia medis, mencintai profesinya sebagai dokter. Mungkin benar separuh hidup Rieka adalah untuk dunia medis ini, sementara separuh lainnya untuk dirinya sendiri, untuk cintanya dan kehidupan pribadinya. Edwin semakin sadar pula bahwa mungkin Rieka akan lebih bahagia dengan kembali bekerja, mungkin sudah saatnya baginya untuk kembali mengijinkan Rieka bekerja. Walaupun harus
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status