All Chapters of Menjadi Istri Milyuner : Chapter 41 - Chapter 50
95 Chapters
41. Calon Mantu
Sesampai di Wijaya manshion, Rieka langsung memberikan bungkusan makannya kepada Ijah untuk disiapkan di piring. "Aku makan di atas aja, Bi." Rieka naik ke kamarnya ke lantai dua. Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya terasa sangat lelah setelah sampai di rumah. Padahal tadi di rumah sakit tubuhnya baik-baik saja dan penuh semangat. Mungkin karena belum terbiasa saja ya? Rieka menyempatkan diri untuk mandi, berganti pakaian baru kemudian mencoba menyantap Manggo Rice yang diberikan Sari untuknya. Ternyata rasanya lumayan juga, manis asam dari mangga dan gurih dari ketan bergabung menjadi satu. Yang paling penting tidak membuat Rieka eneg dan ingin muntah. Rieka bisa menghabiskan seporsi makanan itu dengan aman. Selanjutnya mungkin karena kenyang, Rieka jadi semakin ngantuk saja. Dirinya pun merebahkan diri di kasur dan terlelap disana. Rieka baru bangun sore harinya saat mendengar suara di kamar. Suara Edwin yang baru datang dari kantor dan sedang melepas pakaian kerjanya, berganti denga
Read more
42. Kencan Buta
Sore harinya setelah jam kerja kantor berakhir, Bagas tidak langsung pulang. Sengaja menunggu di kantor yang lokasinya lebih dekat dengan restoran Imperial tempat dirinya harus menghadiri kopi darat yang dicanangkan oleh papanya.Tak lupa Bagas juga menuruti saran papanya untuk mandi dan membersihkan dirinya biar wangi. Bagas juga mengganti pakaian kerjanya dengan kemeja kasual yang lebih santai. Ditambahkan jas hitam juga sebagai pelengkap penampilan. Yang penting terlihat rapi dan bersih aja kan?Bagas beranjak pergi ke restoran Imperial dan mencari private room yang telah dipesan oleh papanya. Betapa kagetnya Bagas saat membuka pintu ruangan ternyata sudah ada seseorang disana.Bagas mendapati seorang wanita berambut panjang duduk di kursi yang menghadap ke pintu masuk. Pasti dia gadis yang dikatakan papanya tadi?"Selamat sore, Dokter Caca." Bagas menyapa dengan seramah mungkin. Ingin memberikan kesan pertama yang baik untuk
Read more
43. Simpaty
"Kamu kan yang deket sama salmonnya, jadi ambilin buat aku" Perintah Rischa seenaknya pada Bagas.Bagas mengangkat sebelah alisnya, kesal juga sebenernya diperintah-perintah begitu. Tapi dia nurut saja mengambilkan, daripada si nona jutek ini gak mau makan."Aku mau salad juga," tambah Rischa."Iya-iya," Bagas juga menuruti mengambilkan salad."Minumnya gimana? Katanya kamu lagi diet? Berarti air putih ya?" Bagas sengaja mengerjai Rischa kali ini. Salah sendiri sok-sokan diet. Makan tu air putih hehe."Eh?" Rischa masih kepikiran caramel machiato pesanannya tadi. Tapi harga dirinya menghalangi untuk menyebutkan nama minuman itu. Takut dikira gak konsisten dietnya sama cowok di depannya, gengsi."Iya aku minum air putih aja, siniin tu sebotol mineral water." Rischa menjawab dengan bangganya.Bagas sudah cekikikan dalam hati menghadapi tingkah gadis itu. Asli manis banget, keras kepalanya itu lho. Khas banget sifat para sultan dan sulta
Read more
44. Ketegasan Nyonya Wijaya
"Keluhannya apa Pak?" Rieka memulai proses Anamnesa kepada seorang pasiennya. Mengamati baik-baik wajah, ekspresi dan raut muka pria muda di hadapannya itu. Kok kayak bukan orang sakit gitu? Terlalu sehat dan segar wajahnya."Saya demam dok, gak enak badan. Sakit semua rasanya badan saya," Jawab si pasien."Ada yang lainnya?" Rieka menanyakan sambil menulis di catatan rekam media pasiennya."Saya kemarin dan hari ini tidak masuk kerja, jadi saya minta surat ijin sakit dua hari Dok." Si pasien menambahkan.Rieka tersenyum menanggapi, jadi ini tujuan utamanya? Ketahuan banget niatnya bukan untuk berobat tapi minta surat sakit. Tipe pasien yang paling dibenci oleh Rieka. Pasien nakal yang memanfaatkan surat sakit."Mbak tolong tensi, dan periksa suhu badan pasien." Perintah Rieka kepada perawat sekaligus asistennya."120/80 mmHg, dan 36,5 derajat Celcius Dok." Fatiya, perawat Rieka menjawab setelah melakukan pemeriksaan kepada pasien itu."Dari pemeri
Read more
45. Suatu Kejanggalan
Betapa kagetnya Rieka saat memasuki rumah ternyata Dimas sudah ada disana bersama tiga orang pria. Rupanya mereka yang katanya tadi ingin mengajukan proposal dana kepadanya.'Aduh kok langsung si Ger? Kenapa gak sorean aja sih? Aku kan kepengen rebahan dulu, capek banget.'"Selamat siang Bu Bos," sapa Dimas sumringah menyambut Rieka dengan senyuman lebar khasnya."Selamat siang Nyonya Paradana." Ketiga pria lainnya kompak memberikan salamnya juga kepada Rieka."Ya selamat siang, silahkan duduk, " Rieka mempersilahkan para tamunya untuk mengambil duduk. Sementara dirinya sendiri juga ikut duduk berhadapan dengan keempat pria itu."Begini Bu Rieka. Mereka bertiga kebetulan ingin mengajukan proposal untuk mendaftarkan diri sebagai lembaga penerima kucuran dana kita." Dimas memulai memberikan introduction."Silahkan dimulai menyampaikan maksud kalian satu persatu." Rieka langsung saja mempersilahkan ketiganya untuk berpresentasi. Ingin
Read more
46. Dua Fraksi
Malam harinya saat Edwin tiba dari kantor, suasana kamar masih gelap. Lampu kamar bahkan tidak dinyalakan entah karena alasan apa. Rieka kemana?Edwin menyalakan lampu dan mengedarkan pandangannya, betapa kagetnya Edwin saat didapatinya tubuh Rieka yang terbaring di atas kasur. Dengan dua buah dokumen tergeletak di samping tubuhnya."Honey? Honey? Kamu kenapa?" saking cemasnya Edwin buru-buru mendatangi istrinya itu. Edwin meletakkan telapak tangannya di kening Rieka, agak hangat. Sedikit lebih hangat daripada suhu normal. Tapi tidak terlalu panas juga yang sampai bisa menyebabkan demam.Perlahan Rieka membuka matanya dan keheranan melihat wajah Edwin tepat dekat sekali di hadapannya. "Hubby?...""Honey kamu kenapa? Jangan bikin aku takut donk." Tanya Edwin khawatir."Gak pa-pa kok cuma capek aja," jawab Rieka."Kan sudah aku bilang kamu jangan capek-capek." Edwin memprotes keras, takut Rieka terlalu memaksakan diri se
Read more
47. Panti Asuhan
Keesokan harinya Rieka dibuat syok dan kaget saat mendapati adanya flek kecoklatan di celana dalamnya. Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu dengan Baby Bee? Perdarahan? Rieka benar-benar khawatir demi memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.Seharian Rieka tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Bahkan sibuk mencari-cari informasi tentang flek pada kehamilan di sela-sela kesibukannya. Rieka membaca-baca artikel bahkan sampai jurnal medis tentang hal ini.Apakah normal terjadi ataukah sesuatu yang berbahaya bagi kehamilannya? Tetapi karena Rieka tidak merasakan adanya suatu rasa kesakitan dan jumlah flek yang terjadi sangat sedikit, dirinya memutuskan bahwa ini termasuk hal yang normal dan biasa terjadi.Beberapa jurnal mengatakan terjadinya flek atau perdarahan ringan, normal terjadi pada fase perlekatan janin ke dinding rahim. Kalau dihitung-hitung memang usia kehamilan Rieka sekarang sudah sampai di Minggu kedelapan. Sudah waktunya untuk perlekatan juga. Atau bisa juga terjadi sebag
Read more
48. Ngedrop Lagi
"Baiklah saya harus pulang sekarang, terima kasih atas sambutannya." Rieka mohon pamit kepada seluruh penghuni panti yang mengantarnya sampai parkiran."Saya nanti akan menjadi guru kalau besar." Seorang anak perempuan menyeletuk."Saya akan menjadi dokter!" Abhi ikutan menyeletuk."Saya akan jadi arsitek yang akan bangun rumah buat teman-teman." Seorang anak laki-laki lain ikutan berkata tak mau kalah."Saya akan jadi koki.""Saya akan menjadi koki pasty.""Saya polisi.""Saya angkatan laut.""Kami akan membuatkan kue yang enak untuk Nyonya Wijaya lagi."Satu persatu anak menyatakan cita-citanya kepada Rieka dengan tatapan yang berbinar-binar, penuh harapan. Membuat Rieka benar-benar terharu akan kesungguhan mereka."Belajar yang rajin ya, jadilah anak baik dan tumbuhlah menjadi orang dewasa yang bermanfaat." Ujar Rieka menyemangati sebelum masuk kedalam mobilnya. Dalam hati dirinya bertekad untuk terus menyalurkan dana untuk panti asuhan ini. Demi menjamin kehidupan dan pendidikan pa
Read more
49. Perdarahan
"Mas Edwin?" Rieka berusaha bangkit dari posisi rebahannya. Edwin yang melihatnya refleks membantu Rieka duduk dan bersandar di head bed. "Kamu kenapa, El?" tanya Edwin sambil mengamati wajah Rieka yang terlihat lemah dan tak berdaya. "Aku, aku gak tahu ... Aku gak tahu apa yang terjadi dengan tubuhku sendiri ... " Rieka menjawab dengan ekspresi wajahnya yang seakan berselimut mendung. Mendung yang siap untuk menitikkan air hujan. "Kamu kecapekan lagi? Liat badanmu sampai kayak gini? Aku kan sudah bilang sama kamu, jangan terlalu diforsir tenagamu. Kamu itu harus banyak-banyak istirahat." Edwin menumpahkan segala kekesalan dan rasa khawatirnya dengan mengomeli Rieka. Rieka diam saja tak sanggup menjawab. "Kamu jangan lupa, El. Badanmu itu bukan milikmu sendirian sekarang, ada Baby Bee disana juga. Kamu gak kasian sama dia?" Rieka sekali lagi tak sanggup menjawab. Hanya air matanya yang sudah mengalir sangat d
Read more
50. Something Wrong
Segala kehebohan langsung terjadi di Pradana manshion seketika itu juga. Edwin membangunkan Ijah untuk ikut bersama mereka ke rumah sakit, serta Hasan untuk mengantarkan mereka. Hanya perlu beberapa menit saja persiapan, sebelum akhirnya mereka berangkat melaju menuju ke tempat pengobatan itu. "Kita mau ke rumah sakit mana, Pak?" tanya Hasan dari balik kemudi. "Hartanto Medika," Rieka menjawab di tengah isakan tangis dan derai air mata yang sekuat tenaga berusaha dibendungnya. "Lho kok kesana? Disana kan spesialis obgyn-nya laki-laki?" Edwin memprotes keputusan Rieka. "Mas, ini darurat." Rieka tak ingin berdebat untuk hal yang sudah jelas. Rieka tahu benar situasi ini harus cepat dan tepat penanganannya. Kalau di rumah sakit lain belum tentu stand by dokternya pada jam segini. "Tapi nanti dia liat-liat kamu." Edwin tetap tidak tenang. "Nanti cuma di USG aja kok. Setelah tahu keadaan Baby Bee baru diputuskan a
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status