All Chapters of Adik Angkatku, Istriku: Chapter 61 - Chapter 70
115 Chapters
Bab 61
Mendadak Pulang “Hendra, dua agenda berikutnya bisa kamu tangani?” tanya Angga pada Hendra. “Bisa saja, pak. Sebaiknya jika tidak dapat menemuinya bapak menghubunginya dahulu. Mereka sangat menjaga kesopanan dalam berbisnis.” Jelas Hendra. Aku menintanya menghubungi sekarang untuk meminta maaf. Sekalian pesankan tiket ke Jakarta malam ini. Sepertinya aku memutuskan kembali ke Jakarta. Mas Angga sudah dalam perjalanan ke Jakarta. Selama di pesawat pikirannya tak tenang. Alisha juga sudah tak menghubunginya lagi. Mudah-mudahan tidak ada apa-apa pada Arjuna. *** “Oma, Alisha bawa Arjuna ke rumah sakit saja ya. Panasnya tidak turun-turun. Semakin mengigau juga. Alisha takut Oma.” Oma meminta sopir menyiapkan mobil. Mereka akan berangkat ke rumah sakit membawa Arjuna. Sekarang sudah pukul satu malam. Saat aku akan masuk ke dalam mobil sebuah mobil berhenti dan turun sosok yang aku kenal. “Mas Angga.” Bukannya pekerjaannya banyak di sana. Mengapa dia pulang? “Mau di bawa ke masa Al
Read more
Bab 62
Mencari Tahu Isi Hati   “Tak perlu menjawab sekarang. Mas hanya merasa jika menunggu hingga tiga pekan ke depan itu terlalu lama.” Aku tak menjawabnya, hanya mengangguk walau tak yakin apakah bisa memenuhinya atau tidak. Aku bangun dan kembali duduk di samping Arjuna yang masih tertidur. “Sudah hampir pukul delapan, Sha. Mau ke kantor? Kalau iya biar mas saja yang menjaga Arjuna.” “Tadi pagi Dania sudah aku kabari. Kemungkinan hari ini tidak ke kantor. Tapi nanti setelah makan siang ada rapat. Dania masih mencoba melakukan penjadwalan ulang. Aku masih menunggu kabar darinya.” Jawabku menjelaskan. Paling tidak, jika nanti Arjuna bisa pulang siang ini. Aku akan ke kantor setelah mengantar Arjuna pulang. Rapat bisa dimulai dan aku akan menyusul secepatnya.
Read more
Bab 63
Pilihan Alisha “Arjuna, Papa antar bunda dahulu ke kantor ya. Papa nanti langsung kembali. Kalau mengantuk Arjuna bisa tidur dahulu.” Kulihat Arjuna mengangguk. Aku naik ke kamar untuk berganti pakaian. Tak lama turun kembali dengan blazer cream dan tas dengan warna senada. Aku pamit dan menyalami Oma dan Nenek. Mencium pipi gembul Arjuna yang membalas mencium pipiku. Mas Angga juga pamit pada Oma dan Nenek. Serta melakukan tos dengan Arjuna. Arjuna tertawa senang dan melambaikan tangannya pada kami. “Papa, hati-hati ya. Bunda jangan cemberut terus sama Papa ya.” Aku memandang sekilas Mas Angga yang tersenyum mendengar ucapan jagoannya. Kami berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan sopir. Mas Angga mengambil kunci dari sopir dan melangkah ke pintu sebelah. Sopir membukakan pintu samping kemudi. Setelah aku naik pintu ditutupnya. Tak lama mesin menyala dan kami mulai berangkat. Aku menghubungi Dania yang menjawab jika Pak Andi dan tim sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Read more
Bab 64
Keinginan Mama dan Bunda “Oma, kami bingung untuk menjawab beberapa keinginan dan pertanyaan Arjuna belakangan ini,” Mas Angga memberanikan diri memulainya. Oma dan bunda saling berpandangan, masih belum memahami arah pembicaraan ini. Aku juga belum bisa menyampaikannya menunggu Mas Angga melanjutkan ucapannya. “Arjuna meminta adik perempuan. Menurut oma bagaimana seharusnya kami menjawabnya? Arjuna pasti belum memahami sepenuhnya.” Oma tersenyum mendengarnya. Oma sesaat melempar pandangan pada bunda yang duduk di sampingnya. Bunda hanya terdiam dan menarik napas dalam. “Angga, oma bukan mengajari Arjuna yang tidak baik. Oma hanya ingin kalian berdua berdamai dengan hati kalian. Oma tahu almarhum Tyo adalah putra oma satu-satunya. Kehadiran Arjuna seakan menggantikannya dengan generasi yang berbeda.” Oma menarik nafas sesaat sebelum melanjutkan ucapannya. Oma berjalan ke dalam ruang kerja dan kembali dengan membawa dua buah foto. Diletakkannya foto tersebut di atas meja. “Angga,
Read more
Bab 65
Shinta dan Satria“Jadi kalian belum menikah?” tanya Adrian penasaran.“Doakan ya, Alisha masih belum bisa menerimaku.”Adrian memandang tak percaya, pemilik Anugerah Aksara masih ditolak oleh Alisha. Bagaimana jika nanti aku juga menyatakan perasaanku.Aku meminta pemilik ShaBra yang hadir pada rapat kemarin karena aku ingin melihat Alisha. Selama ini aku hanya bisa memandangnya melalui foto di media sosial saat dia memenangkan beberapa lomba di Paris.Setelah sekian lama menanti saat yang tepat aku harus bersaing kembali dengan Angga. Dulu saat Sekolah Menengah Atas (SMA) aku mengalahkannya mendapatkan gadis yang sama-sama kami sukai. Walau aku akhirnya menikahi mama Ryan bukan gadis yang kami rebutkan.Alisha menghubungi, menanyakan apakah kami sudah selesai makan malamnya? Nanti mau makan lagi di rumah atau tidak, jika mau akan disiapkan.“Arjuna, bunda tanya nanti mau makan lagi di rumah tidak?” tanyaku pada Arjuna.“Tidak Papa, aku sudah penuh. Tidak muat lagi.”“Oke.”Kusampaik
Read more
Bab 66
Kegelisahan Alisha“Kamu bilang apa sama Mas Angga?” tanyaku pelan agar tak terdengar tamu di samping kami.Dania menggeleng, dia menunjukkan HP yang tak mengirim pesan apa pun. Namun dia teringat foto yang tadi diambilnya sesaat setelah akad telah diunggah di statusnya. Dania mengecek siapa saja yang sudah melihatnya. Ada nama Pak Angga di sana.Ditunjukkannya pada Alisha jika dia melihat foto di statusnya. Dania meminta maaf dan akan menghapus foto itu. Aku mencegahnya. Biarkan saja Dania jika dihapus malah menimbulkan kecurigaan. Aku membalas pesan Mas Angga, bahwa aku menangis bahagia karena sahabatku menemukan kebahagiaannya.Setelah rangkaian akad selesai, tamu undangan dipersilakan menikmati hidangan yang disediakan. Aku dan Dania mencari makanan yang ringan namun mengenyangkan. Saat mengambil salad, seseorang menepuk bahuku.“Alisha... benar kan?”Aku berbalik dan mengenali jika orang yang menepuk bahuku tak lain Adrian, pengusaha muda pemilik Bhaskara. Aku mencoba tersenyum p
Read more
Bab 67
Waktu yang Tepat Setelah turun dari pelaminan aku mencari Dania. Aku akan mengajaknya kembali ke kantor. Aku merasa gerah di sini, entah karena suasananya atau karena ucapan Satria padaku. “Dania, minta sopir bersiap, aku akan kembali ke kantor. Nanti kalau kamu mau pulang lebih cepat silakan. Hari ini sudah izin kan?” Dania menghubungi sopir agar bersiap di pintu masuk. Ibu Alisha akan kembali ke kantor. Setelah menghubungi sopir mereka pamit pada Shafira dan Fathir yang masih mengobrol. “Sampaikan ya pada Satria dan Shinta kami mau kembali ke kantor. Besok malam kami akan datang lagi, jangan bosan,” ucap Dania pada Shafira. Shafira mengangguk dan berjanji akan menyampaikan pada Satria dan Shinta. Aku langsung melangkah saat melihat Adrian berjalan ke arah kami. “Ayo Dania, sopirnya sudah menunggu,” ucapku sambil menarik tangannya. Dania melambaikan tangganya dan berjalan ke arah pintu gerbang masjid. Adrian yang kalah langkah dari kami akhirnya berhenti di dekat Shafira menan
Read more
Bab 68
Keluarga KecilSebelum Mas Angga kembali dari masjid, Arjuna sudah terbangun. Aku menemaninya di kamar agar saat terbangun Arjuna tidak kaget. Setelah Arjuna terbangun, dia duduk di kasur dan melihat sekeliling.“Bunda, ini kamar siapa?”“Ini kamar bunda sayang. Jika bunda lelah bekerja, maka bunda akan istirahat di sini.”“Papa Angga juga?”“Papa Angga juga. Tapi di kantor Papa dong. Ini kan kantor bunda.”Suara pintu dibuka, dan kami menoleh ke arah pintu. Mas Angga sudah membawa makanan ringan yang kuminta. Arjuna langsung turun dari tempat tidur dan menyambutnya.“Papa Angga... Papa dari mana?”Mas Angga mengangkat kantong yang berisi makanan rinan kesukaan Arjuna juga minuman ringan. Diambilnya dan diberikan pada Arjuna. Segelas mochaccino diberikan pada Alisha.Arjuna langsung meminumnya. Aku tersenyum melihat pipi gembulnya bergerak saat meminum dari sedotan. Mas Angga juga membeli kopi panas untuknya sendiri. Aku mengajak mereka melanjutkan minumnya di sofa.***Angga meminta
Read more
Bab 69
Mengalah Pada Keinginan Arjuna   Setelah puas bermain Arjuna meminta membeli baju baru. Arjuna tadi melihat ada keluarga yang mengenakan baju yang sama saat bermain. Mama dan Papa serta dia menggunakan kaos dengan gambar yang sama, Arjuna juga mau memilikinya. “Arjuna mau beli baju apa, bukannya sudah banyak baju hadiah Oma dan Nenek?” tanyaku heran. Selama ini Arjuna tidak pernah meminta membeli baju, pasti mainan yang diinginkannya. Setelah kutanya mukanya ditekuk dan cemberut. Kalau sudah begini mau tak mau kami pasti akan menuruti. “Kalau meminta pada bunda sikapnya bagaimana? Papa kan sudah mengajari Arjuna.” Mas Angga memintanya agar tak lagi cemberut. Arjuna kemudian datang mendekat padaku, memegang tanganku. Ditariknya nafas kemudian dipaksakannya tersenyum. “Bunda cantik, Arjuna kali ini hanya mau baju. Janji mainan dari Papa Angga, diganti baju saja boleh ya?” tanya Arjuna sambil merayuku.
Read more
Bab 70
Kesakitan Arjuna “Sha, semua mas serahkan pada keputusanmu. Apa pun yang membuat kamu bahagia mas akan mendukungnya. Kamu tidak usah khawatir," ucapku pelan.Setelah mengucapkannya mataku kembali ku pejamkan. Alisha merasakan kesedihan dari ucapanku. Mas, maafkan Alisha belum bisa menerima cinta mas. Alisha hanya bisa berdoa suatu hari nanti dia bisa membuka hatinya.Perjalanan selanjutnya sepi, tak ada yang berani memulai percakapan. Pikiran Alisha melayang saat ada Mas Tyo di sini, dia bisa memberikan solusi dari kegundahannya. Membuat dia tenang. Mas Tyo, Alisha kangen. Diusapnya pipi gembul Arjuna, tak terasa air matanya menetes. Aku ambilkan tisu dan memberikannya pada Alisha. Alisha terkejut, dia kira aku tidur, ternyata... Diambilnya tisu dan mengucapkan terima kasih dengan suara yang terdengar lirih. Aku menarik nafas dalam. Meminta maaf sudah membuatnya bersedih. Alisha tak berani menjawabnya. Sesampainya di rumah besar, aku mengendong Arjuna dan langsung dibawa ke kamarnya
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status